Bagian 38Acara malam itu berlangsung lancar. Aku masih membantu Sidni berberes di kamarnya, kemudian memeriksa keadaan Bu Sinan yang sempat tak enak badan. Ada untungnya punya dua abang yang juga berprofesi sebagai dokter. Bang Sastra juga Bang Sunan sangat sigap memeriksa kondisi Bu Sinan sehingga para anggota keluarga tak perlu khawatir. Suster yang ditugaskan selalu mantau kondisi ibu Sinan saat menunjukkan gelagat yang tidak baik juga sangat membantu.
"Kamu layanin suami kamu saja Disa. Ibu udah ada yang temanin. Apa kamu lupa ibu juga dokter?"
Aku tersenyum menatap Bu Sinan. Bang Sunan memberi kode padaku jika dia keluar kamar lebih dulu. Jadi selain perawat masih ada aku sama Bang Sastra.
"Iya Bu. Disa bentar lagi juga naik kok. Hanya mastiin ibu istirahat. Soalnya ini udah mau jam dua belas malam,"jawabku
"Iya Dis. Malam pertama lo ini, hati-hati suamimu marah kamu gak ada di kamar,"celutuk Bang Sastra menakut-nakutiku.
"Iya deh. Ibu istirahat yang bener, Disa naik ke atas dulu ya."
Saat berjalan menaik tangga mataku berpapasan dengan tatapan sinis beberapa sepupu Bang Sultan yang kubalas dengan lambaian tangan. Aku bahkan tidak membuang waktu menunggu tanggapan mereka karena lebih memilih masuk ke kamar Bang Sultan. Orang seperti ini, yang isi hatinya iri dengki melulu perlu dikasih pelajaran. Biasanya hatinya kurang cinta. Maka membalas mereka dengan hujatan tidak bakalan mempan. Jadi disinilah aku malam ini sedang membuka koper, memilih baju tidur dan mencari handuk juga tas yang berisi alat mandi hingga lotionku.
Butuh waktu hampir satu jam bagiku membuat rambutku setengah kering dan bersiap tidur di ranjang. Saat melihat pengaturan ranjang yang dipenuhi bunga mawar merah, aku mengernyit karena aromanya yang kurang enak. Entah para pendekor kamar ini menggunakan wewangian apa hingga bisa menimbulkan perpaduan aroma seperti itu. Jadilah aku membersihkan ranjang dan mengumpulkan semua bunga diatas ranjang ke dalam keranjang lalu menaruhnya dibawah tempat tidur.
Saat menilai sekeliling dan mengatur suhu pendingin ruangan, saat itulah aku mendengar bunyi handle pintu dan melihat bang sultan masuk kamar. Seperti biasa wajahnya terlalu datar tanpa ekspresi seolah menganggapku tak ada. Aku mau melihat sejauh apa dia bisa menganggapku tidak ada padahal kami berada dalam satu kamar. Atau dia marah karena kuminta menaikkan resleting kebayaku saat rapat berakhir tadi?
Setelah mengatur suhu aku masih diam dan mengoles lotion beraroma kayu manis ke seluruh tubuhku. Tak ketinggalan parfum lembut yang sengaja kusemport di berbagai titik biar bang Sultan menyadari keberadaanku. Meski aku yakin tidak aka nada sesuatu terjadi diantara kami, namun setidaknya jika aku mau rencananku berjalan lancar aku harus bisa jadi teman bicara yang baik.
Lima belas menit kemudian aku melihat bang Sultan keluar dari kamar mandi. Aku bisa mendengar dia membuka lemari, mungkin saja mengganti pakaian. Karena dalam kamar mandi miliknya udah lengkap berbagai macam perlengkapan pribadi pria mulai dari facial wash, deodorant, pelembab, hingga parfum yang sering banget ku endus aromanya.
Aku sengaja mengangkat sebelah kakiku dan menaruhnya di nakas yang tingginya hanya setinggi pahaku, seolah sedang mengolesi pelembab secara merata. Padahal aku sudah melakukannya jauh sebelum Bang Sultan masuk ke kamar.
Baju yang kukenakan adalah jenis baju tidur satin dengan potongan rendah. Weel rambutku? Setengah basah cenderung kering. Jadi, aku tidak yakin Bang Sultan bakalan mampu mengacuhkanku. Setidaknya aku butuh Langkah awal agar bisa sedikit diperhitungkan sebagai pendampingnya. Aku ingat kata Dian saat bersabda padaku pagi hari tadi.
"Aku nih dijodohin sama pria gak tahu diri, Duda pula. Mati rasa dia. Tapi mati kutu juga lah liat aku tiga bulan lalu Lalang depan dia pake handuk, pake hotpant, kadang hanya kutang, kadang sengaja aku hanya pake handuk di tubuh bagian depan doang. Kubiarin dia liat belakangku, biar mampus sekalian, panas dingin dia kek di gurun meksiko. Akhirnya pasrah sendiri. Nah sekarang? Lihat nih, aku udah kayak kucing beranak. Hampir tiap tahun beranak pinak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Beda Usia
RomanceWarning! Bacaan untuk dewasa 18+ Bagaimana jika pria dingin berhati batu kelak akan jatuh cinta pada gadis kecil yang dia selamatkan dan ditampung sementara tinggal di rumahnya? Sultan Panembahan seorang perwira tinggi militer membawa pulang seorang...