Bagian 61

4.7K 334 15
                                    

,

Udah saya jelasin yak kalau mau baca murah ke KBM app. Ke karya karsa jatuhnya mahal kadena ini babnya banyak, kalau gak baca loncat kalain ketinggalan bagian penting. Ke KBM kalian bisa baca banyak karyaku yg lain.

Di google 148rb
Di kbm app habisin 150rb
Di karyakarsa 400rb.

🤎🤎🤎🤎🤎🤎🤎🤎🤎🤎

Bagian 61

Pesta berakhir pukul sebelas malam. Pak bupati dan wakil bupati serta pimpinan yang datang juga sudah pulang, jadi aku pamit lebih dulu pada Bang Sultan setelah memastikan semua keluarganya sudah diantar kembali ke hotel oleh Hanan juga qodril dan dua prajurit lainnya yang ditugaskan untuk antar jemput selama mereka masih di luwuk.

Aku meminta bantuan Okta juga Deta melepas baju dan mengurai rambutku. Sebagai ganti mereka hanya minta aku menginjinkannya membawa pulang bungkusan makanan yang lebih dulu diantara ibu-ibu PERSIT ke rumahku. Sudah jadi tradisi jika pesta usai maka makanan yang ada akan dibagi secara adil ke semuanya, namun karena kami pemilik acara tentu porsinya berkali lipa lebih banyak.

“Aku minta Ayam lada hitam plus daging lada hitam dong, Mbak, mau bungkus.”

“Wiss ambil meneh, sisain ajudanku ya, mereka udah wanti-wanti soalnya tengah malam mau makan lagi.”

Jam dua belas malam keadaan rumah sudah sepi. Okta juga Deta baru saja pulang setelah membantuku membersihkan rumah.Aku baru saja berbalas pesan dengan kak Sidni juga Silvi. Sidni menasehatiku untuk tidak terpengaruh ucapan kakaknya jika ingin hidup tentram. Nasehat Silvi lebih membuatku tertawa, “Mbak Disa udah tahu mamaku itu otaknya agak koslet, jadi makan waktu kalau mau mikirin semua yang dia bilang,” setelah membacanya aku tertawa. Kadang aku tidak percaya jika Silvi anak dari Mbak Sastri. Karena wajah dan sifat mereka sungguh berbeda. 

Aku menutup pintu belakang juga pintu samping. Kecuali pintu depan. Sejauh ini seperti yang orang lain katakan, wilayah atau tempat tinggal para anggota TNI adalah wilayah yang paling aman dan tidak pernah ada pencuri yang mengambil resiko untuk masuk. Biasanya jika ada kehilangan maka tidak lain dan tidak bukan orang dalam asrama yang melakukannya.

Besok pagi aku harus bangun subuh-subuh dan menyiapkan bekal untuk lima belas orang. Rencananya kami akan berwisata di pulau banggai. Bang Sultan sudah menyewa penginapan untuk menampung keluarganya. Liburan itu direncanakan berlangsung hingga senin pagi. Aku yang aka tinggal menemani bersama Qodril juga Hanan karena Bang Sultan tidak bisa nginap. Dia harus tiba sore hari. 

Jadi sebelum pukul satu aku merebahkan diri dan berniat tidur pulas. Namun saat mendengar Langkah Bang Sultan jantungku kembali dalam mode siaga. Padahal aku berharap dia bisa tinggal lebih lama agar bisa membuatku tidur pulas hingga tidak lagi menyadari kedatangannya. Aneh bagaimana aku bisa bicara santai dengannya jika itu bukan urusan ranjang. Kuakui nyaliku ciut. 

“Kali ini kamu beneran tidur atau gimana?,”suara Bang Sultan yang berat kembali terdengar. Padahal sedikit lagi aku bisa mencapai ranjang empuk yang hanya ada dalam kepalaku

“Sedikit lagi tadinya, bang,”jawabku dengan suara yang tinggal dua watt. 

Jodoh Beda UsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang