Saat kami berdua di dalam mobil suasana makin canggung. Aku merasa seharusnya aku tidak perlu berada di tempat ini.
"Hujan terlalu deras. Besok pagi Hanan yang akan ngambil motor kamu."ucapnya Datar tanpa kutanya.
Aku memilih diam.
"Sudah makan?"
Kalau jawab belum? Kenapa? Bapak mau ajak saya makan? Semua warung udah tutup.
"Belum. Makan di rumah aja. Aku lihat kanti beli banyak bahan."
"Oh, saya juga belum makan."
Hah. Terus? Masalah buatku?
"Mau masak apa malam ini?"
Serius dia ini lagi bertanya serius karena mau makan atau sedang menginterogasi? Kepalaku isinya sudah tidak singkron belum lagi aroma parfumnya yang bikin otakku traveling.
"Mie instan."
"Ohh.."
"Sepertinya enak."
"Kalau masak paling hanya untukku peribadi, kepalaku pusing, jadi maaf ya, pak. Saya tidak bisa masak untuk bapak"sergahku beralasan. Semakin sedikit interaksi kami semakin baik buat Kesehatan jantungku.
"Oh.."
Ini kenapa jalanan serasa lama sih? Biasanya Hanan atau Qodril yang mengemudi butuh sekejab udah nyampe.
"Masih lama ya nyampenya?"
"Nggak, lima menit lagi, Cuma tadi lewat rute memutar karena rute yang biasanya jalanannya banjir."
Aku memilih diam.
"Sudah buat list siapa saja yang kamu undang saat resepsi?"
"Sudah, hanya dua empat. Kebanyak teman kerja di rumah sakit,"jawabku seolah kehilangan minat.
"Undanganku juga tidak banyak. Gak sampe serratus lima puluh. Apa kamu ada usul lain? Mau dekorasi tertentu? Oh iya saya sudah minta ibu PERSIT untuk membantu persiapan termasuk baju yang kamu pakai nanti."
"Aku sudah dapat tempat sewa baju, gak perlu khawatir tentang itu, tapi aku memang butuh bantuan sih."
"Nanti Qodril juga bantuin kok,"tambahnya lagi.
"Oke."
"Maaf soal kemarin. Sebenarnya kemarin siang aku sudah menghubungi beberapa teman prajurit yang juga pakar telematika, hasilnya mereka bilang kalau dalam video itu bukan kamu, ada beberapa srutur wajah yang beda."
"Oh."
"Hanya saja aku baru selesai mengerjakan beberapa urusan jadi belum sempat bilang."
"Saya pikir karena posisi kami sama-sama diatas, jadi Bapak menyimpulkan begitu,"sergahku tanpa beban.
Namun kali ini tak ada suara. Dia juga diam seolah tahu jika moodku sedang tidak bagus. Namun aku diam bukan karena marah namun degup jantungku yang tidak mau kompromi karena melihatnya malam ini.
"Biasanya kamu manggil Abang, kenapa ini jadi panggil Bapak lagi?"
"Disa nyamannya begitu, nanti kalau udah nyaman panggil Abang baru diubah lagi."jawabku lalu masuk ke dalam rumah setelah melepas sepatu yang dipenuhi lumpur. Ah.... Besok aku harus kerja keras membersihkan sepatuku.
Saat sampai di dapur, aku langsung menuju pantri. Saat memeriksa kulkas ternyata Kanti berbelanja banyak, aku jadi ingin memasak mie kuah extra sayur. Namun karena kadung kelaparan tak ada pilihan tercepat selain mie instan. Saat melihat jumlah mie instan, aku segera memassak tiga sekaligus. Tidak tega rasanya membiarkan seseorang yang sudah menjemputmu kelaparan. Jadi sepuluh menit kemudian dua mangkok mie kari dengan toping sawi beserta telur telah tersaji di meja.
Aku sengaja makan perlahan dan memperdengarkan bunyi slurp mie masuk ke mulut dengan cara berlebihan. Caraku berhasil karena jarak dapur dan ruang tengah cukup dekat. Karena samar aku bisa melihatnya sedang membaca buku di ruang tengah.
Bang Sultan langsung duduk di depanku dan mencoba mie kuah kari yang kubuat. Saat melihatnya makan, segera kusendok sepiring nasi dan menyodorkan padanya. Seperti yang kukira dia makan dengan lahap. Bagi pria berbadan besar sepertinya, dua porsi mie memang pas untuknya. Bagiku semangkuk mie sudah cukup. Bayangan jika baju pengantin yang kupakai tidak muat membuatku bergidik ngeri. Selama tinnggal di tempat ini berat badanku memang sudah naik sebanyak lima kilo meski kata orang aku tergolong langsing.
"Lusa, ibu dan rombongan datang, aku sudah booking hotel dekat pantai, kalau kamu ada masukan lain juga bisa."
"Aku ikut baiknya saja."
"Tidak sampai dua puluh orang, namun tiga sepupuku akan ikut karena menemani orang tuanya. Sidni sama Sunan juga datang. Hanya Sasran san Sastra yang berhalangan hadir."
Aku ingin menghalaunya, jika aku sudah tahu semua info itu. Apakah dia tidak sadar atau lupa jika aku sudah masuk grup keluarga? Jadi otomatis aku tahu siapa saja keluarga yang akan berangkat. Namun pada prakteknya aku memilih diam.
"Aku akan lama di kantor, ada berkas rahasia yang harus diselesaikan, jadi pulang terlambat,"sahutnya sebelum aku membuka pintu kamar. Aku mendengar tanpa menjawab. Sekarang yang aku butuhkan ketenangan dan kamar yang hangat, aku butuh tidur yang nyenyak.
Bayangan Bang Sultan berjalan menjemputku di rumah sakit tadi masih terngiang bahkan sampai aku selesai mandi. Ini sangat gawat karena kembali hatiku mulai berharap. Saat aku selesai mandi dan memakain krim juga lotion ponselku bergetar.Randal is calling, dengan panggilan video. Ada apa ini? Segera kubuat lampu dengan pencahayaan terbatas karena baju yang kukenakan sangat tidak cocok untuk menerima panggilan video, namun aku bisa mengaturnya agar presisi hingga hanya wajahku saja yang bisa dia lihat.
"Aku ketinggalan banyak berita, are you marriage?"
Aku tertawa.
"No. no. no. no. no. ini gak mungkin, baru dua bulan yang lalu kita ketemu dan telponan, aku pikir kamu main-main, pantas kamu gak balas chatku saat kawinan adiknya suamimu, kamu ada juga di Gedung?"
"Iya pak. Aku ada, hanya sengaja sembunyi, malam itu aku gak tahu mau ngomong apa sama kamu."
"Alah... bilang aja kamu mau main sembunyi-sembunyi. Jadi? Kenapa bisa? Ayo cerita deh. Aku masih tidak percaya kamu menolakku demi dud aitu, apa menariknya dia? Dia jago dari pada aku ya soalan urusan ranjang, Dis?"
Aku kembali tertawa lebar. Bicara dengan Randal membuat Mood ku kembali bersemangat. Jelas yang dia katakan hanyalah kamuflase. Soal performa diatas ranjang, seringanya dia yang menyombongkan diri di depanku. Aku mana tahu?
"Nggak kok, performamu masih jauh diatas rata-rata, don't worry, kamu tetap terbaik,"cetusku dan mengolesi bibirku dengan lipbalm.
"Eh uangmu belum kutransfer ya, nanti sekertarisku yang hubungin kamu."
"its oke. Asal jangan gak dikirim aja, itu jasaku yang harus dibayar penuh, loh."
"Oke kalau gitu, sampai sini dulu ya bu Dandim..... selamat bertugas. Semoga kamu bisa mengemban Amanah, dan kalau ada apa-apa jangan segan menghubungiku, oke? Eitss.... kalau ada proposal baru kabari aku aja."
"Siap bos. Take care ya kamu."
Kami lalu mengakhiri percakapan. Kata siapa wanita dan pria sulit berteman? Buktinya adalah aku. Mau gimanapun situasinya, entah kenapa aku tidak bisa merasakan apapun terhadap Randal.
Beberapa detik setelah telepon dimatikan dan saat aku berdiri dan ingin tidur, tubuhku menegang. Bang Sultan berada di tengah ranjang dengan sorot mata penuh amarah. Aku menelan ludah gugup. Entah apa lagi kesalahanku kali ini.
"Oh, jadi ini alasan kamu menolak uang pemberianku? Apakah karena nilainya kecil? Begitu? Seberapa banyak hal yang belum kamu tunjukkan? Coba jelaskan dengan benar dihadapanku, biar aku tidak perlu menebak-nebak, apa Si Randal pacarmu itu, masih menerimamu jika kita bercerai?"
Aku tersenyum sarkas. Terlalu lelah menjawab, namun ini bagus dan ada baiknya. Dengan semua prasangkanya yang dituduhkan padaku, maka akan mudah bagiku meninggalkannya saat semua sudah selesai. Aku bisa menyelamatkan diriku dari perasaan menyesakkan ini.
"Dan? Performa? Kamu bilang soal performa? Kamu bahkan belum menyaksikan sendiri bagaimana performaku di ranjang. Jadi... bagaimana kalau kita buktikan sekarang lalu silahkan kamu nilai sendiri? Bagaimana?"
Suara baritonnya membuat bulu kudukku merinding. Dadaku berdetak hebat. Ya Tuhan, jangan. Ini tidak boleh berakhir seperti ini. Tidak bisa.
*********Buku JODOH beda usia masih ada, boleh beli shopi, COD, silahkan cek wallku buat konsfirmasi belinya kemana. Sementara jgn chat ke wa 081355007344 dulu krena masih dalam pengurusan. Chat ke WA admin Ruri aja.
Oh iya hanya 24 jam adminku menjual pdf 100rb/3 novel. Daftar lisnya bisa kalian
cek stori instagramku atau cek sekarang link percakapan/obrolan. Hanya 24 jam ya. Semoga beruntung.
Di wattpad update slow.
Trims.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Beda Usia
RomanceWarning! Bacaan untuk dewasa 18+ Bagaimana jika pria dingin berhati batu kelak akan jatuh cinta pada gadis kecil yang dia selamatkan dan ditampung sementara tinggal di rumahnya? Sultan Panembahan seorang perwira tinggi militer membawa pulang seorang...