Bagian 60

4.6K 317 29
                                    


Bagian 60

Hanya dua menit setelah dokter  Angkasa pergi, Bang Sultan keluar kamar dengan jaket hitam beserta dua helem. Salah satunya diberikan padaku. Aku memang lihat ada satu motor yang lebih sering ditutup di garasi, kemana-mana Bang Sultan lebih sering menggunakan mobil CRV hijau. 

Sepanjang jalan aku tidak banyak berkomentar bahkan saat pertambahan kecepatan motor yang kunaiki membuatku makin mengatatkan pelukan. Aku belum pernah tahu sisi Bang Sultan yang seperti ini. Aku mengedipkan mata berkali-kali saat menyadari jika kami telah tiba. Aku turun tak lama kemudian.

“Abang bisa pulang sekarang, operasinya bisa aja sampai pagi,”kataku cepat, sembari mengamit tangan kanannya menuju keningku. Ya. Hal yang sangat kusesali beberapa detik kemudian namun terlanjur kulakukan. Segera aku berlari menuju pintu UGD dan mencari keberadaan dr. Angkasa.

Operasi berlangsung hingga pukul tiga pagi. Salut bagaimana dr. Angkasa mampu melakukan proses pengeluaran dua bayi dengan kondisi penyulit kelainan plasenta, ditambah kondisi ibu yang mengalami pendarahan hebat. Selama sebulan bertugas menemaninya di ruang operasi banyak ilmu yang kudapatkan. Bahkan dr. Angkasa tidak segan membersihkan area yang akan menjadi sasaran pembedahannya seperti mencukur bulu pubis hingga mengajarkan para dokter pemula metode terbaru dalam penanganan pasien dengan kondisi serius. Apakah ini petanda jika aku menemukan minat ku dalam spesialisasi? 

“Suamimu lumayan pencemburu,”celutuk dr. Angkasa saat mengisi lembar laporan operasi yang diberikan oleh perawat. Aku meringis berharap dia tidak meneruskannya lagi.

“Yah maklum dok, pengantin baru,”jawabku sembari memasang senyum pepsoden

“Tadi ada tentara yang bertugas menemaniku, dia muncul secara tiba-tiba lalu membantuku menuju rumahmu setelah kuberitahu alasan kedatanganku, terus saat tiba di rumahmu, dan setelah melihat  suamimu, dia lalu pergi seperti menghilang secara tiba-tiba.”

Aku diam. Jelas pos jaga tidak pernah kosong. Meski kelihatannya sunyi jangan tertipu. Mereka sembunyi di suatu tempat. 

“Jadi, suamimu nungguin?”

“Kayaknya udah pulang dok.”jawabku

“Kalau gitu saya antar aja kamu pulang, lagipula saya yang jemput kamu malam-malam. Besok kamu masuk siang tapi hanya beberapa jam kan? Hari liburmu keesokan harinya?”

“Iya dok. Benar. Saya sebenarnya mau cuti tapi sadar diri, bahkan jatah cuti udah gak ada. Tinggal manfaatin hari libur aja ini,”jawabku lalu bergegas mengambil barang bawaanku. 

Aku akhirnya keluar dari rumah sakit bersama dr. Angkasa. Aku baru saja menerima helm darinya saat aku melihat motor Bang Sultan mendekat. Kenyataan jika dia menungguku selama empat jam  adalah sesuatu yang lain. 

Jodoh Beda UsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang