Chapter 04

995 77 103
                                    

"Hukum alam itu adil, siapapun yang menyakiti, suatu saat akan tersakiti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hukum alam itu adil, siapapun yang menyakiti, suatu saat akan tersakiti."
— Vegas Kornwit Treerapanyakun





•••





"Travis?"

Laki-laki berambut pirang itu sedang melihat kearah guci yang berisi abu mendiang Ayahnya yang bertuliskan Safe Wayar Sangngern. Kali ini rasa duka menyelimuti hati Travis ketika melihat abu sang Ayah yang begitu ia hormatin. Alice memegang erat tangan kekar milik pria tampan itu yang sudah resmi menjadi kekasihnya, ia juga melakukan upacara penghormatan untuk mendiang pemimpin klan Sangngern.

Mungkin saatnya, Travis akan melaksanakan keinginannya untuk pergi ke Jepang membawa Alice bersamanya.

"Aku sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi?" Ucap Travis.

"Aku akan bersamamu." Jawab Alice, Travis melirik kearah kekasihnya yang tiba-tiba saja menyerahkan hidupnya untuk dirinya, bahkan Travis berpikir bahwa Alice akan meninggalkan dirinya di dalam kesepian. "Kita akan berangkat ke Jepang bersama?"

"Sekarang aku hanyalah anak yatim piatu, mungkin mereka berdua akan ikut bersamaku." Ujar Travis sambil melihat guci berisi abu kedua orang tuanya.

"Iya, kita akan membawanya bersama-sama." Alice tersenyum tipis, untuk menutupi kesedihannya. "Paman Safe dan Aunty Zon juga tidak akan membiarkanmu kesepian."

Alice memeluk lembut tubuh kekar milik prianya. Dengan lembut Travis menjatuhkan kepalanya di bahu sempit milik sang kekasih sambil menangis untuk meluapkan kesedihannya. Yah, kekejaman yang di lakukan Klan Minor membuat bekas luka di hati Travis. Tapi Alice berusaha menjadi warna di kehidupan redup milik Tuan muda Sangngern.

"Semuanya sudah hilang, seharusnya aku tidak seceroboh ini?" Travis menyalahkan dirinya sendiri.

"Ini bukan salahmu?" Alice menatap mata prianya.

"Mereka pergi." Pria tampan itu tersenyum di balik kesedihannya. "Semuanya hilang dengan cepat seperti mengedipkan mata, perasaan ini terasa menyakitkan." Bahkan Travis tidak percaya bila Ayahnya menyusul Ibunya lebih dulu untuk pergi meninggalkannya sendirian.

Laki-laki itu pun tersenyum, dan berusaha menutupi kesedihannya untuk kesekian kalinya. Tetapi Travis tidak munafik bila dia berhasil meneteskan air matanya di pelukan Alice. Rasa duka yang di alami Travis sangatlah dalam. Tetapi dia tidak tahu betapa besarnya trauma yang di alami oleh Nyonya besar Klan Minor yang masih meninggalkan bekasnya.

Iya, walaupun itu sudah menjadi kejadian lampau 8 bulan yang lalu.

Travis meremas kuat jemari tangannya hingga kuku bukunya memutih, rasa marah dan duka menjadi satu. Hingga akhirnya Alice berusaha meredam amarah kekasihnya yang kapan saja meledak seperti bom atom.

03. WHY Seasons 3 | Endless Circle of Satans [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang