"Kita adalah sepasang naif untuk mengakui, tapi terlalu ingin untuk diakui tanpa tapi."
— Macau Gun Treerapanyakun•••
Venice melihat kearah samping tubuhnya dan mendapati kekasihnya yang terlihat kelelahan. Pria tampan itu pun mendekatkan keningnya pada Sam yang tersenyum manis kearahnya. Jemari kekar milik Venice mengusap lembut pipi chubby itu gemas.
Benar, kali ini Sam sangatlah lelah sehabis melayani prianya. Bahkan rasa hangat masih menjalar di perut bagian bawahnya.
Entah apa yang ada di pikiran Venice hingga menyemburkan sperma di rahim milik kekasihnya?
Menurut Sam, prianya sangatlah sulit di tebak, kadang kala kasar, bahkan sangatlah soft dan perhatian. Satu lagi, Tuan muda Minor sangatlah perfesionis. Seperti sebuah kesatuan yang sempurna.
Venice mendesah, sekarang ini pria itu bersandar pada kepala ranjang sembari menatap penuh tanya kearah pujaan hatinya.
"Bagaimana bila aku berubah menjadi Venice yang asing? Apakah kau akan membenciku?"
"Phi Venice ka—"
Jemari kekar milik Venice mengusap lembut surai coklat milik Sam. Bahkan pria cantik itu bertumpuan pada paha prianya. Sam terlihat seperti kucing kecil yang begitu patuh pada tuannya.
"Apakah kau takut padaku?"
Sam tidak mengerti maksud ucapan yang di ucapkan oleh prianya. Hingga akhirnya pria cantik itu pun mendudukan diri di hadapan Venice. Bahkan ia membiarkan tubuhnya telanjangnya terlihat jelas.
Mata tajam milik Venice setia menatap kearah mata berkilau milik Sam. Dia pun mengambil rokok dan menyalakannya, kulit putih semanis madu, bahkan lembut seperti batu giog, bibirnya yang merah, semua itu menjadi kesatuan indah di dalam diri kekasihnya. Sepertinya Sam sadar bila dirinya sedang di kagumi oleh prianya, Tuan muda Minor pun meraih pinggang kekasihnya, untuk pertama kalinya Sam menghisap rokok, dengan hati-hati pria cantik itu menyesap rokok bekas prianya, dan kali ini Sam terbatuk-batuk.
Venice hanya bersmirk.
"Uhm.. Phi.. asap rokoknya membuat Sam terbatuk-batuk, seterusnya Sam tidak akan mencobanya lagi?!"
"Aku ulangi pertanyanku? Apa kau takut padaku?!"
Kedua mata mereka saling memandang satu sama lainnya, dengan lembut Sam mengarahkan jemarinya untuk menyetuh wajah prianya. Dia terlihat begitu takut dengan semua pertanyaan yang di ucapkan oleh prianya.
"Jadi, apakah kesetianku itu menunjukan rasa ketakutan?! Memang benar trauma yang Phi lakukan padaku menyakitkan? Tapi aku tidak ingin membahasnya lagi, karena sekarang aku hanya mencintaimu bukan takut pada dirimu." Sam mengatakan dengan jujur, menaruh kepalanya di dada bidang Venice, merasakan kehangatan tangan Tuan muda Minor yang menyelus lembut punggung telanjangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
03. WHY Seasons 3 | Endless Circle of Satans [END]
Fanfic[WHY Seasons 3 "Endless Circle of Satans"] "Tanpa sadar diriku mencintaimu, hingga lancangnya diri ini dengan sejuta kesalahan mengores belati di dalam lerung hatimu."