25. Kembalinya Luna

494 71 2
                                    

Setelah menunggu sekian lama maka waktu bulan purnama ke-5 pun hadir dengan tanda-tanda sang Luna mulai menggerakkan jari jemari lentiknya membuat Jeka yang sudah tidak sabar nampak duduk di sebelahnya.

"Enggh..." Seketika Lalisa pun mengerjapkan matanya, Jeka sendiri langsung menggenggam jari jemari istrinya.

"Luna??" Lalisa nampak menyesuaikan cahaya yang menerangi matanya membuat ia sedikit kabar namun tak lama semakin jelas, terlihat di sana ada Rose Jerim juga ayah Rose, lalu matanya menatap Jeka.

"Apakah aku tertidur?" Tanya Lalisa sambil tersenyum membuat semua orang menghela nafas.

"Shh kenapa tubuhku sakit?" Tanya Lalisa merasa sangat lemah, tabib pun mengecek keadaan Lalisa. "Luna sudah membaik, tinggal butuh istirahat untuk pemulihan lebih sempurna." Ucap tabib itu diangguki Jeka.

Jeka nampak membantu untuk menyandarkan tubuh Lalisa. Ia mengelus lembut rambut sang Luna. "Anak kita perempuan atau lelaki Alpha?" Tanya Lalisa dengan wajah penuh harapan.

Seketika Jeka terdiam mendengarnya, ia tidak mau wajah bahagia itu kembali bersedih, tapi disisi lain ia tidak bisa berbohong ia tidak ingin membuat Lalisa terluka. "Kita akan mengunjunginya setelah ini." Lalisa patuh karena ia sudah tidak sabar bertemu dengan anaknya.

"Kamu sudah memberikan nama?" Jeka mengangguk.

"Aurora namanya dia begitu cantik seperti Ibu nya, ia begitu lembut suaranya bahkan tutur katanya." Mendengar itu Lalisa menjatuhkan sebutir air matanya merasa bahagia mendalam.

Esoknya...

Lalisa kini sudah semakin membaik karena seharian ia sudah mengistirahatkan tubuhnya. "Dimana putriku?" Tanya Lalisa.

Jeka mengangguk lantas menjulurkan tangannya dan disambut oleh Lalisa setelah itu mereka pun ke suatu tempat yang menurut Lalisa sangat tidak bisa ia jabarkan. "Bukankah ini jalan menuju pemakaman?" Tanya Lalisa.

Jeka mengangguk. "Kamu akan tau." Mendengar perkataan itu hati Lalisa semakin gelisah apa mungkin yang ada di pikirannya benar.

Setelah sampai Lalisa dihadapkan pada sebuah kuburan dengan tertulis nama Aurora, seketika Lalisa terjatuh begitu saja di depannya air matanya turun mengalir dengan deras begitu sakit rasanya.

"Jelaskan!" Ucap Lalisa.

"Dia meninggal saat kamu berniat menyerang para musuh, dan panah yang menancap di tubuhmu tepat mengenai kandungan mu, bukan panah biasa melainkan panah beracun sehingga kau....tidak bisa memiliki anak lagi." Seketika hati Lalisa menjerit sakit, jadi kemungkinan ia tidak bisa memiliki lagi seorang penerus, ia cacat bahkan sebagai Luna ia sangat malu ia malu tidak bisa memberi kebahagiaan untuk pack nya.

"Aurora...hiks...Ibu minta maaf tidak bisa melindungi mu." Ucap Lalisa mengelus batu nisan itu.

"Aku..Memimpikannya dia bahagia karena memiliki Ibu hebat yang bisa melindunginya, menjadi idolanya ia sangat menyayangi kita." Lalisa pun memeluk batu nisan itu penuh pilu.

"Alpha aku ingin bertemu dengan dia, hiks...kumohon..." Jeka menggeleng tidak setuju lantas membawa Lalisa kedelapannya.

"Sampai kapanpun aku tidak akan melepas mu Lalisa, suka maupun duka, kau tetap Luna ku dan aku tidak akan meninggalkanmu." Lalisa tersenyum merasa hatinya lega, tapi mengingat kembali siapa orang di depannya lantas Lalisa menjauhkan tubuhnya membuat wajah Jeka tidak mengerti artinya.

"Aku cacat, biarkan aku pergi." Mendengar hal yang pasti akan dikatakan sang Luna dengan sigap Jeka kembali memeluknya menggeleng keras akan keputusan itu.

"Kau tetap akan menjadi Luna ku!" Lisa akhirnya tidak bisa menahan air matanya, menangis keras dalam dekapan sang Alpha.

"Kau tetap akan menjadi Luna ku!" Lisa akhirnya tidak bisa menahan air matanya, menangis keras dalam dekapan sang Alpha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lalisa pun menangkup kedua pipi Jeka lantas memberikan ciuman yang dalam setelah itu tersenyum. "Kumohon..." Jeka menggeleng menatap tajam wajah sang Luna yang sudah tidak memiliki harapan baginya.

"Baik!! Aku akan memenuhi rasa egois mu kali ini, tapi jangan salahkan aku jika aku tidak bisa bertahan." Lantas Lalisa pun berjalan menjauh menuju pack.

Jeka yang tidak mengerti lantas mengejar istrinya yang menjauh dan sepertinya akan kembali ke pack.

Saat Lalisa sudah sampai di gerbangnya seluruh kawanan Wolf nampak tidak senang dengan kehadirannya. "Pergi dari pack kami! Kau sudah cacat Luna." Teriak salah satu woman wolf.

"Kau sudah tidak bisa memberikan kejayaan untuk pack kami lagi, untuk apa tetap bertahan, Alpha sangat sial memilikimu." Ucapnya wolf lain.

"Pergi!!" Sorak mereka.

"Diam!!" Teriak Jeka dengan wajah gelapnya membuat semua Wolf terdiam.

"Hormati Luna, dia mate ku jika kalian mengusirnya itu sama saja kalian mengusir pimpinan kalian sendiri." Teriak Jeka dengan marah, Lalisa lantas memandang semuanya.

"Jika kalian memang sudah tidak bisa menerimaku sebagai Luna aku tidak akan memaksa, hanya pinta terakhirku sebelum aku pergi tolong lindungi Alpha, jangan biarkan dia dalam bahaya karena kalian rakyatnya yang paling ia cintai, terimakasih."

Srakk

Lalisa pun berubah menjadi Lily lantas ia berlari menuju hutan sedangkan Jeka yang melihat itu marah ia menjadi Jack namun saat hendak melangkah para wolf menghalangi jalannya.

"Menghindar." Ucap Jack dengan aura dominannya.

"Tidak bisa Alpha, kamu harus menjaga anda sesuai keinginan terakhir Luna karena kami menghormati atas jasa sebelumnya kami akan mendengarnya."

"Dengan mengusirnya apa itu penghormatan?!"

"Tapi Alpha..."

Jack lantas mengamuk detik itu juga menumbangkan puluhan wolf yang hadir, ia murka amat murka hingga tidak berselang lama semuanya terkapar dengan keadaan sudah tidak bernyawa tubuh Jack kini sudah berlumuran darah ia menatap tajam arah hutan, namun seketika tubuhnya tumbang karena merasa sesuatu menusuk nya dari belakang.

"Apa itu tidak berlebihan Jerim? Lihatlah apa jika Alpha bangun dia tidak akan marah pada kita?" Tanya Rose.

"Kau tenang saja Rose, aku yakin Alpha tidak akan marah karena kemarahannya hanya sesaat."

Namun salah setelah Jeka sadar ia menghancurkan semua isi mansion.

Brakk

Bughh

"Ggrr...." Aneh sangat langka karena sekarang Jeka malah berubah menjadi werewolf.

"Berbahaya!!" Ucap Jerim membuat Rose nampak cemas, ia tidak mengerti karena seorang Wolf tidak akan berubah menjadi werewolf mereka hanya akan menjadi seekor Wolf biasa walau memang kekuatan mereka berbeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Berbahaya!!" Ucap Jerim membuat Rose nampak cemas, ia tidak mengerti karena seorang Wolf tidak akan berubah menjadi werewolf mereka hanya akan menjadi seekor Wolf biasa walau memang kekuatan mereka berbeda.

"Rose..." Rose menatap Jerim.

"Kutukan Alpha...kutukan Alpha...telah terbuka." Mendengar itu Rose terkejut bukan main.

"Maksudnya apa Jerim?!" Rose nampak takut setelah banyaknya pelayan berjatuhan karena amukan dari sang Alpha.

"Dia harus membunuh 1000 wolf, maka dia akan kembali seperti biasanya, jika kurang atau dalam bulan purnama pertama dia tidak menemukan wolf itu maka dia...tidak akan berubah." Seketika Rose mengepalkan tangan ia harus melakukan apa, ini bahaya bagi rakyat mereka.

"Aku...aku.....mmm.." Rose memegang pundak suaminya. "Apa hal yang bisa kita lakukan untuk mengendalikan werewolf itu Jerim?" Tanya Rose.

"Mate, hanya mate yang bisa mengontrolnya namun itu juga sedikit bahaya karena emosional werewolf sangat berbahaya bagi siapapun yang mendekat." Rose meneguk ludahnya.

"Aku akan mencari Luna!" Ucap Rose dengan yakin, ia pun berlari berubah menjadi Rere.

TBC.

THE WOLF (Lizkook/Jirose)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang