32. Dendam

396 52 0
                                    

Kini Jeka bersama June sedang membicarakan hal penting, tentunya Jeka meminta Jerim untuk ikut bergabung karena ini menyangkut keselamatan Luna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini Jeka bersama June sedang membicarakan hal penting, tentunya Jeka meminta Jerim untuk ikut bergabung karena ini menyangkut keselamatan Luna.

"Jadi bisa kau jelaskan mengapa bisa panah itu datang?" Tanya Jeka.

"Mohon maaf Alpha, tapi harus saya jelaskan bahwa ini ancaman, melihat bagaimana mereka mengincar Luna artinya akan ada balas dendam dimasa depan." Jeka nampak tidak senang mendengarnya, siapa lagi yang dendam terhadapnya padahal ia telah membunuh Ten dan itu akhir dari dendamnya sendiri.

"Jadi, siapa yang ingin mengincar Luna?" June pun bingung karena ini pertama kalinya ia bergabung dengan pack, ia tidak terlalu faham orang-orang yang dekat dengan mereka.

"Mohon maaf Beta, apa boleh saya bertanya?" Jerim mengangguk.

"Siapa musuh sebelumnya yang ingin membalaskan dendam pada Alpha dan Luna?" Jerim lantas menjawab.

"Ten, dia membenci Alpha karena telah membunuh Ayahnya sedangkan Alpha membunuh Ayahnya karena Ayahnya Ten membunuh Ayahnya Alpha dengan begitu keji." Ucap Jerim membuat June mengerti alur ceritanya.

"Apakah Ten memiliki keluarga lain?"

"Ibu nya telah lama meninggal sedangkan yang aku tau Ten adalah keturunan terakhir jadi kemungkinan..."

"Ten memiliki adik Alpha, maaf menyela tapi dia memiliki adik bernama Bambam, jadi maksud dari pertanyaan mu adalah bahwa Bambam adalah orang yang ingin membunuhku?" Tanya Lalisa membuat June tidak bisa berkutik.

"Benar sekali, tebakan anda tidak meleset Luna, saya sangat mengenal peperangan terjadi karena ada dendam keluarga atau cinta, memang klasik tapi itu memang yang sedang terjadi."

Lalisa pun duduk dipangkuan Jeka lalu menghela nafas. "Aku mengenal Bambam, dia sangat mendukung Kakak nya, dia menyayanginya jikapun dia marah itu pasti setelah mendengar bagaimana dia mati ditangan Alpha."

"Tapi ini adalah kabar buruknya, Bambam bukan hanya wolf biasa, setelah dia pergi dan mencari jati diri telah lama ia mengabdi pada demon dan mungkin kini ia menjadi pengabdi nya, hal yang aku khawatirkan adalah kemampuan Bambam yang bisa berubah menjadi Werewolf, kalian tau kan betapa dahsyat kekuatan itu, hal serupa pernah terjadi pada Alpha walau itu karena kutukan."

"Bambam memiliki jiwa kejam sehingga jika sedikit saja ia memendam dendam aku yakin semua orang akan kesulitan untuk melawannya, Alpha apakah kamu memikirkan hal ini untuk kedepannya?" Jeka nampak terdiam, mendengar cerita itu ia yakin Bambam bukan lawan yang bisa diremehkan, bahkan Ten saja pernah membunuh putrinya jika mendengar Bambam bisa menjadi werewolf ia sedikit terkejut, itu artinya akan sedikit sulit.

Hati yang penuh dengan dendam akan memudahkan Bambam untuk berubah menjadi Werewolf, Jeka tidak takut ia hanya khawatir jika sampai ia mati suatu saat dan ia tidak mampu datang menyembunyikan lagi sang Luna.

Lalisa tersenyum. "Huft, tidak usah dipikirkan, aku yakin perang akan dimenangkan jika Alpha kita percaya diri, bahkan bala tentara yang kita miliki lebih banyak dari pada Bambam." Ucap Lalisa dengan begitu tenang.

"Kamu pernah mengawasinya, mengapa sepertinya kamu sangat mengenal Bambam?" Tanya Jeka.

Lalisa mengangguk. "Tentu saja, saat itu aku tidak memiliki dendam dan disitu kami menganggap yang namanya persaudaraan, Bambam banyak bercerita mengenai perjalanan hidupnya yang tiada henti, dan berakhir membuat perjanjian dengan demon."

"Kita semua tau jika demon adalah setara dengan sifat manusia yang tidak pernah puas, tidak ada bedanya jika kita melawannya, mereka terlalu kuat karena kebanyakan hati manusia tidak sebersih itu."

"Kita sebagai wolf memiliki peluang sangat kecil jika Bambam membawa pasukan demon, para vampir pun akan ikut partisipasi jika sampai Bambam membutuhkan mereka, karena Vampir membutuhkan kekuatan mereka yang terkadang demon sendiri yang memberi."

Jeka nampak menatap lurus tidak berkedip sama sekali membuatnya seperti orang yang mati bahkan tidak bergerak sama sekali membuat Lalisa khawatir.

"Apa yang terjadi?" Tanya Lalisa dengan khawatir.

"Alpha sedang menjelajahi waktu, pasti Alpha sedang mencari cara untuk menemukan jalan keluar." Jelas Jerim.

"Apakah memang selalu seperti itu jika Alpha sedang bingung dalam bertindak?" Tanya Lalisa diangguki Jerim.

"Tentu saja, aku yakin tidak akan lama Alpha akan kembali lagi." Benar saja tidak berlangsung lama Jeka kembali dengan wajah yang tidak terbaca.

Jeka menatap Lalisa dan tersenyum lalu ia mengecup puncak kepala Lalisa dengan sayang. "Ada apa??" Jeka menggeleng kepala pertanda ia tidak apa-apa lantas Jeka membawa Lalisa kembali ke kamar mereka.

"Jerim, temui aku di luar setelah aku menidurkan Luna, juga June aku ingin berbicara serius padamu." June dan Jerim mengangguk, entahlah tapi firasat mereka merasakan hal tidak enak akan mereka dengar.

Lalisa mengalungkan lehernya lalu dengan jahil menciumnya membuat Jeka menahan erangan lalu Jeka menuntun Lalisa berbaring di ranjang.

Jeka lantas masuk ke dalam selimut lalu mengelus perut buncit istrinya. "Dia akan terlahir ke dunia." Ucap Jeka membuat Lalisa membulatkan mata.

"Apakah saat kamu menjelajahi waktu kamu melihatnya dilahirkan?" Tanya Lalisa dengan wajah ceria.

"Ya, dia menangis sepertinya ingin aku menggendongnya." Ucap Jeka dengan senyum manisnya. "Ouh ya, memang kau kemana?" Tanya Lalisa penasaran.

"Sayangnya aku sedang ada tugas, kau tau di saat dia terlahir bunga lavender sedang dalam masa suburnya dan itu membuat sekeliling pack harum akan baunya." Lalisa yang membayangkan itu menjadi senang.

"Bagaimana rupa wajah anak kita?" Tanya Lalisa.

"Dia sangat tampan bahkan wajahnya membuatku gemas sendiri jadi aku berharap jika sesuatu terjadi maka kamu harus mendengarkan apapun perintahku." Lalisa mengangguk.

"Apa aku akan mati saat aku melahirkan?" Jeka terdiam sesaat lalu menggeleng, ia pun mengelus kepala Lalisa dan memeluk tubuh itu dengan erat.

"Kamu akan hidup bahagia."

"Kamu akan pulang setelah tugasmu kan? Lalu kenapa tidak sekalian melihat putra kita saat dewasa." Tanya Lalisa membuat Jeka terkekeh lalu mencubit hidung itu.

"Aku bisa menembus waktu hanya untuk waktu dekat bukan untuk belasan dan bahkan puluhan taun kedepannya Luna." Lalisa terkekeh ia mengira kemampuan sang Alpha akan lebih dari itu.

"Jika aku bisa seperti Alpha pastinya aku akan melakukan hal yang sama, aku akan selalu melihat dimasa depanku seperti apa." Jeka terkekeh.

"Itu akan membuat tenaga Mu terkuras, karena saat kamu menggunakan kekuatan itu maka kamu harus mengumpulkan tenaga baru selama 1 bulan." Lalisa terkejut, ternyata memang tidak sembarang kita harus menggunakan kekuatan, lebih baik dipakai saat memang sedang di perlukan.

"Sebaiknya jangan digunakan lagi, aku takut Alpha akan sakit jika terlalu lelah." Jeka tersenyum dan mengangguk.

"Sudah, ayo tidur tidak baik Ibu hamil bergadang semalaman!" Lalisa mengangguk lalu ia pun tertidur saat Jeka mengelusnya dengan lembut.

"Aku mencintaimu Luna." Ucap Jeka mencium kening sang istri.

TBC.

THE WOLF (Lizkook/Jirose)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang