28. Berakhir

449 75 5
                                    

"Kalau begitu kenapa tidak berlangsung secepatnya?" Lalisa meminta Jerim untuk maju dan diangguki nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau begitu kenapa tidak berlangsung secepatnya?" Lalisa meminta Jerim untuk maju dan diangguki nya.

Setelah keduanya sepakat lolongan para wolf kian terdengar menandakan jika perang akan segera dimulai.

"Auuuuu....." Lalisa tersenyum lantas ia turun dari kereta nya dan segera menarik pedangnya lantas berlari menebas leher para Wolf lalu menghindari mereka yang hendak menerjangnya.

Tujuannya adalah Ten sehingga ia tidak memperdulikan sekitar, karena di sampingnya ada Ceta dan Delta juga Gamma yang siap di belakangnya.

Lalisa pun menghunuskan pedangnya ke arah Beta milik moon Cristal namun karena cukup ahli Lalisa sedikit kewalahan. Namun bukan Luna namanya jika ia tidak memiliki kemampuan yang menarik.

Lalisa menyeringai, ia lantas mundur satu langkah lalu memutar pedangnya sehingga sang Beta yang lengah melihat bagaimana Lalisa menebaskan pedangnya tepat di kaki Beta.

Srettt

"Arghhh..." Lalisa tersenyum lantas ia menendang tubuh itu hingga tumbang, lalu matanya menatap Ten namun karena kurang fokus salah satu warior dari musuh berhasil menumbangkannya. Lalisa terbatuk darah.

"Uhukk...."

Lalisa memegang dadanya yang sesak lantas ia menopang tubuhnya dengan pedang lalu berdiri, ia mengelap sudut bibirnya yang mengeluarkan darah lalu berkacak pinggang.

"Huh, apakah ini sudah menjadi cara licik pack mu anak muda?" Ujar Lalisa, ia lantas memutar lehernya. Lalu seketika ia berubah menjadi Lily.

Srakk

Tak lama Lalisa segera menerjangnya lalu mengoyak tubuh itu, saat merasa seseorang mendekat Lalisa segera melompat lalu berbalik badan melihat kedatangan orang yang memang sejak awal adalah tujuan ia datang ke Medan perang.

"Wah wah, Luna yang dipilih ternyata bukan sembarang, aku saja bisa ditebak kedatangannya padahal kawanan ku segan karena aku terlampau cepat." Ucap Ten melipat kedua tangan dengan angkuh.

"Dan aku bukan termasuk dari mereka!" Ten mengangguk.

"Ku akui memang itu benar jika tidak mana mungkin sampai saat kini kau hidup, padahal kau seharusnya mati bersama anakmu karena racun itu!" Lalisa menatap tajam ke arah Ten.

Mendengar itu Lalisa seketika teringat akan kematian anaknya. "Sedih? Ya kau merasakan bukan bagaimana kehilangan orang yang kau cinta, itupun terjadi saat suamimu membunuh Ayahku!" Ucap Ten.

"Kau, menyalahkan suamiku tapi kau sendiri tidak tau jika Ayahmu membunuh Ayahnya lebih awal, bahkan saat ia masih kecil lalu disini siapa yang salah hah!" Ten mengepalkan tangan.

Lantas matanya berkabut tajam. "Jangan pernah menyalahkan Ayahku karena dia orang baik!" Lalisa tertawa mendengarnya.

"Kau bahkan anak yang dibuang bukan? Jangan melupakan itu Ten, kau harus keluar dari penderitaan mu sendiri." Ten menatap Lalisa tajam.

THE WOLF (Lizkook/Jirose)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang