Woni pulang sendirian ke rumah tanpa ditemani bibinya mengingat ada rapat di luar sekolah. Belum sesampainya bersandar sehabis menggendong tas, ketika ia menaruh tasnya di sofa seseorang menarik tangannya paksa.
"Heh, ngapain narik-narik?"
"Ikut aja."
Gadis itu membawanya pergi ke suatu tempat. Dimana tempat itu tidak terlalu jauh dari rumah, yaitu ke tempat yang jauh dari keramaian, sunyi dan amat puas untuk meluapkan emosi.
Woni melepaskan tarikan yang tidak kuat dari tangan yang lebih halus dan kecil dari miliknya. Walaupun sebelumnya ia menurut tidak memberontak. "Ngapain lo ngajakin kesini? Mau nyusul ayah?"
"Ngga usah bawa-bawa yang udah pergi duluan, Kak," jawabnya.
"Terus, mau apa? To the point."
"Aku mau Kakak jawab pertanyaan yang aku ajuin, harus jujur,"
Woni manggut-manggut, "Sure. So, what kind of question is that?"
"Kakak kan yang menyebar video Kak Aleyna ke sosmed?" lugas Calista.
Woni tidak ambil beban pikiran, ia tidak kaget kalau adiknya akan tahu hal ini. Pikirnya nanti semua orang juga bakal tahu.
Ia memalingkan mukanya.
"Jawab kak. Jangan berusaha buat matiin topik."
"Kalau iya memangnya kenapa? Dan kalau ngga juga kenapa? Mau lo cari sampe ke ujung dunia siapa pelakunya?"
"Aku bener-benae ga nyangka kalau Kakak bisa setega ini sama Kak Aleyna. Aku pikir kakak akan berubah jadi lebih baik dari yang sebelumnya. Tapi apa? Kakak hancurin ekspetasi aku terhadap diri kakak. Kelakuan buruk kakak makin menjadi!"
Woni murka, lantas ia memegang kedua pundak Calista, "Hei, bocah! Lo itu masih esempe sok-sokan dewasa, ya. Lo gatau apa-apa tentang ini! Gausah ikut campur urusan gua sama si bangsat itu!"
"Kenapa? Kita ini saudara, Kak. Kita cuma punya satu sama lain untuk bertahan hidup. Sebelumnya aku memang gatau, tapi setelah Ariel datang ke kelas pagi ini, aku malu banget kakakku dikatain yang jelek-jelek."
"Ariel? Dia ngelabrak lo? Dia ngatain gua apa?"
"Gaperlu tahu. Itu ga penting. Sekarang aku minta satuuu ini aja ke kakak. Tolong takedown video itu kak," mohon Calista.
"Pfftt. Hah? Serius lo nyuruh gue hapus?" Woni membalasnya dengan tawa dan mendecih.
Calista manggut-manggut dan menyatukan kedua tangannya sangat berharap Woni melakukan permintaannya.
"Lo itu masih sangat kecil, Lis. Saat itu lo belum ngerti apa-apa. Kalaupun lo ngerti, pastinya lo akan bertindak seperti apa yang gue tindak saat ini..."
Flashback 10 tahun yang lalu...
Woni kecil yang saat ini masih berusia 7 tahun tinggal di sebuah gubuk lusuh dekat jembatan tepi sungai. Ia memiliki satu adik kecil bernama Calista yang terpaut usia 2 tahun darinya. Sang ibunda, Melda tengah menimang si adik yang tampak rewel di saat hujan lebat menerpa.
Di gubuk itu terdapat satu wanita yang melindungi anak-anaknya dari hujan yang meniup genteng rumah mereka hingga lepas. Ini mengakibatkan tetesan air dari gelapnya awan itu masuk ke dalam. Dingin, tapi hanya kehangatan pelukan ibu yang dia rasa.
Sesekali Woni mengintipi jendela, menunggu-nunggu sosok yang akan datang. Ia menunggu ayahnya pulang dengan membawa kue ulang tahun yang ia harapkan. Tepatnya hari ini adalah ulang tahun nya yang ke 7 tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEYNA [ ON GOING ]
Teen FictionPerihal crushing people memang sering didengar, bisa terjadi di sekolah, tempat kerja, bahkan dengan seseorang yang baru dikenal. Tapi pernah ngga sih lo ngecrushin tetangga depan rumah? Well, this is about it. ...