part. thirty one | H-1 Acara

17 2 0
                                    

"AARONN!!!"

Deg!

Aaron mengerjapkan matanya berulang kali tatkala namanya disebut. Ia menyadari keadaan sekitar, rupanya tadi itu hanya khayalan belaka yang tidak dia inginkan menjadi nyata. Lelaki itu hanyut dalam lamunannya sehingga tak mendengar pekikan dari Aleyna sedari tadi.

"Ih, lo kenapa? Tumben-tumbennya ngelamun gitu. Dipanggil seribu kali ngga nyaut," kesal Aleyna seraya menepuk pundak Aaron berkali-kali.

"Ng-nggak! Kaga papa. Yuk, kita pulang sekarang, udah malem."

Aaron berjalan duluan. Namun langkahnya harus berhenti ketika peka Aleyna tertinggal di belakang. "Kenapa?" tanya Aaron bingung.

"Lo serius ngajak gue pulang? Atau kita mau kemana lagi nih?"

Aaron bergeleng-geleng. "Gak, beneran pulang ke rumah."

Aleyna tersenyum lebar. Kemudian berlari pontang-panting mengejar titan didepannya. Bagaimana bisa gadis ini bertingkah lucu di waktu genting begini-genting bagi Aaron saja. Buat Aleyna mah asyik banget ini, toh balik-balik ngantongin puppy doll.

Ketika di parkiran, matanya masih melekat kepada arena menyenangkan tersebut. Senang sekali bisa menghabiskan waktu disini, terutama bisa pulang dengan membawa boneka. Alih-alih melihat lampu berkelip, Aleyna menangkap sosok yang dikenalinya sedang mengantre wahana korsel.

Lelaki tinggi berkulit putih, dengan seragam sekolah masih melekat seperti dirinya, dan wajah khas yang tersimpan di memori otak Aleyna. Semakin matanya meneliti dengdan tajam, benar saja jika yang dimaksud adalah Edgar. Gadis itu hendak memanggilnya, namun urung karena kata hati dan otaknya yang tidak sinkron. "Sekarang gue sama Aaron, ntar kalo dia liat abangnya sama calon bininya berduaan salah tanggep lagi. Ngga usah panggil, deh."

Aleyna mengedipkan matanya genit, "Edgar, i love u. Tapi lo kesini ngapain, ya?"

"Na? Udahan bengongnya?" Aaron menyodorkan helm seraya memecahkan lamunannya.

"I-iya, udah-udah."

👒💐

"Ale kemana ya, Pah? Kok belum pulang juga. Terus telpon kakakmu, Riel. Telpon sampe diangkat."

Linda, Ucup, dan Ariel berdiri di depan rumah menunggu putri mereka yang tak kunjung pulang. Jarum jam membentuk siku-siku. Satu jam berlalu sudah, tidak ada tanda-tanda Aleyna akan pulang. Linda makin khawatir.

"Nungguin apa, Jeng?" tanya Vita sekeluarnya dari kediaman, ikut berkumpul walaupun belum dapat jawaban.

"Saya dan keluarga nyari Aleyna, Jeng. Gadis saya yang satu itu belum pulang sampe sekarang. Si Edgar udah pulang?"

Pertanyaan dari Linda membuat kening Vita berkerut. Wanita itu memicingkan kedua matanya seraya menunjukkan ekspresi khawatir. "Loh, sama. Edgar juga belum pulang, nih. Kita tungguin aja atuh, Jeng. Pasti mereka lagi latihan buat acara besok lusa. Bentar lagi juga sampe," bujuk Vita yang membuat Linda merasa agak lega. Mungkin keduanya sedang dalam perjalanan. Linda sampai lupa jika Aleyna satu sekolah bersama Edgar. Tiba-tiba muncul di benak Linda untuk mempercayai Edgar agar menjaga putrinya tersebut.

***

Ucup meminta Ariel dan Linda untuk bersimpuh di dalam saja. Tentunya dengan sedikit rayuan agar Linda mau masuk ke dalam. Dan benar saja perkataan Ucup, tak lama kemudian yang ditunggu-tunggu pun pulang.

Aleyna mendenyitkan pintu lalu terkejut melihat wajah-wajah orang rumahnya. Tatapan mereka seolah akan menceramahi hingga besok. Gadis itu bisa memprediksi bahwa uang sakunya akan dipotong mulai sekarang. Atau parahnya, nama Aleyna Pavo Eleanor bakal dicoret dari Kartu Keluarga.

ALEYNA [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang