👒💐
Kringgg... Kringgg...
Waktu istirahat telah tiba. Semua murid bergegas menyerbu kantin, kecuali Olaf. Ia kembali tersisihkan. Tidak ada satu orang pun yang mengajaknya ke kantin, bahkan untuk basa-basi pun tidak ada.
"Ah, tapi ngapain juga ke kantin, toh gua juga bawa bekal buatan Mama. Lebih enak daripada buatan tante-tante kantin."
Olaf mulai mengeluarkan kotak makannya. Lumayan, menu hari ini. Tari membawakannya nugget dengan nasi, brokoli dan potongan wortel di atasnya serta yakult yang mungkin bisa disimpan untuk istirahat kedua nanti.
Yang tadinya murung, gadis itu tersenyum semringah tiba-tiba. Olaf amat suka dengan nugget. Namun, melihat itu ia jadi teringat kepada Aleyna yang selalu menggerogoti bekalnya, terutama nugget ini.
"Wih, nugget buatan nyokap lo sedap banget. Rasa nugget kemasan aja kalah enaknya."
Olaf teringat pujian Aleyna untuk nugget itu, dulu. Bahkan pernah ia membawa nugget kemasan dan Aleyna menolaknya. Aleyna benar-benar tahu rasa nugget buatan Tari daripada dirinya. Olaf yang anak kandungnya saja tidak bisa membedakannya.
Tangannya yang lemas beranjak memegang sendok sampai bergemetar. Olaf memasukkan satu nugget itu ke dalam mulutnya. Mengunyah, merasakan kenikmatan di tiap gigitannya sembari mengingat kenangan manis lainnya yang ia ukir bersama Aleyna. Hari ini dia makan sendirian tanpa diganggu sahabatnya itu. Tak terasa satu tetes air mata jatuh ke kotak makan itu.
Gue kangen lo, Le.
Setelah lima suap itu berakhir dan nuggetnya bersisa, terdengar suara,
Tek Tek Etek
Suara itu lagi. Benda bulat berwarna merah yang dimainkan oleh seseorang yang menyiksanya kemarin. Belum melihat wajahnya saja Olaf sudah ketakutan. Wajah sakitnya makin terpampang jelas setelah kulit putihnya jadi pucat. Kedua tangannya jadi dingin dan perutnya jadi sakit karena mengalami nervess. Sampai-sampai sendok di tangannya itu jatuh ke lantai. Olaf merasakan suhu badannya menurun menjadi dingin padahal aslinya ia sedang demam. Badannya bergemetar hebat karenanya
"Hai bestie-nya Elsa. How are you? Kenapa lo ga masuk kemarin, dear? Apakah tangan lo sudah diperiksa ke dokter?" sapa Woni sok iya lalu duduk di atas meja Olaf.
Olaf merasa trauma dan tidak masuk berapa hari itu karena ulah Woni. Semakin gadis itu mendekat, Olaf makin nervess melihat wajah gadis itu yang sudah seperti melihat hantu.
"Aku kangen sama kamu. Maksudku, kangen buat matahin tanganmu lagi," kata Woni dan mengangkat tangan Olaf yang mati rasa.
Lantas saja Olaf menarik tangannya yang lemas, "P-pergi lo! Jangan sentuh gue!" Olaf terbata-bata lalu membuang mukanya dan berusaha agar tidak menatap gadis kejam itu.
Woni memancarkan smirk-nya kemudian tertawa kecil melihat Olaf yang takut terhadapnya. Dengan lancang ia mencomot satu nugget di kotak itu.
"Dulu ada yang bilang kalau dia ga akan bisa nurut sama gua. But, now look at this! Akhirnya gua berhasil jinakin lo," kekeh Woni dengan kaki yang disilang.
Olaf hanya diam. Tidak ada perlawanan yang ia berikan. Gadis itu hanya menunduk, matanya berkaca-kaca seolah-olah tidak berdaya lagi.
"Terakhir lo sama Aleyna makan berdua hari Rabu, ya? Saat gua bertanya, ada sosmed ga?" tanyanya. Lalu menghela nafas kasar, "Hmm, sayangnya satu diantara kalian ngga ada yang peka. Andai aja lo peka lebih cepat, pasti lo bisa hapus video itu di hp gua."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEYNA [ ON GOING ]
Teen FictionPerihal crushing people memang sering didengar, bisa terjadi di sekolah, tempat kerja, bahkan dengan seseorang yang baru dikenal. Tapi pernah ngga sih lo ngecrushin tetangga depan rumah? Well, this is about it. ...