part. twenty nine | Diculik

33 2 0
                                    

"Yah, ban-nya kempes," keluh Aleyna ketika mendapatkan kesialan di pagi hari. Mengingat belum ada bengkel yang buka ia pun memutuskan untuk naik ojek online saja. Ditangannya terdapat kresek berisi heels untuk latihan catwalk nanti. Kini jantungnya tidak berdegup kencang lagi sebelum pergi sekolah. Berjalan di atas panggung? Tidak terlalu susah baginya. Lagian sewaktu kecil Aleyna adalah anak pecicilan yang selalu memainkan heels milik Mama-nya.

Baiklah kandidat duta sekalian. Hari ini kita akan latihan catwalk di panggung, ya. Catwalk-nya bersama pasangan masing-masing. Tapi sebelum itu mari kita ambil foto dengan heels yang dipakai.

SIAPP!

Sedari tadi mata Karaxie terus-terusan melirik penampilan Aleyna yang rapih hari ini. Ditambah lagi ketika di foto ia berada tepat di sebelahnya. Aslinya tinggi mereka sama, tapi heels milik Aleyna lebih tinggi dari miliknya. Dengan bodohnya Karaxie menjinjitkan kakinya.

Cekrek!

Lagi, 1, 2, 3!

Cekrek!

Oke. Kita istirahat sebentar, ya? Semasuknya langsung catwalk.

Aleyna bersama Zara makan seblak berdua di kantin. Kali ini Aleyna cukup bijak, ia menolak memasukkan 10 sendok cabe ke mangkuknya. Mengingat menjaga kesehatan agar lancar karantinanya sampai hari H.

"Kayaknya usaha lu buat menang seratus persen perfect banget, ya?"

"Gue ngga berharap buat menang sih, Zar. Yang penting ikhtiar aja dulu," sahutnya. "Lo tau ga sih anjir? Jayden temennya Aaron jadi panitia di karantina gue."

Zara terkekeh, "Lah? Baru tau lu? Kan dia emang anak OSIS."

"Kenapa sih pacar lo, Jayden dan Aaron bisa temenan? Gak natural aja gitu, jelas mereka beda angkatan dan rumahnya juga jauhan. Unsur bisa temenannya dari mana?" Aleyna menyeruput seblaknya sesekali.

Zara meneguk esnya sebelum menjawab. Kerongkongannya terasa lega setelah makanan tercerna ke lambung. "Aaron kan alumni sini, apa kaga temennya nembus sampe beda angkatan. Toh, tuh orang berhasil bawa pulang dua medali olimp dunia sekaligus."

Seperti mendengar berita besar, Aleyna tercengang setelah mengetahui fakta tentang lelaki abal yang menyukainya. Tak pernah ia sangka bahwa Aaron pernah mencetak rekor kemenangan apalagi tingkat dunia. Ia pikir Aaron hanya siswa nakal yang sering bolos atau bahkan tidak tamat sekolah. Begitu dalam opini tentangnya sampai kaget mendengar fakta sebesar itu.

"Nasib aja yang ga mihak ke Aaron. Banyak loh universitas yang ngundang dia, sayangnya dianya gak mau. Alhasil dikasih ke adeknya aja, kebetulan tahun ini mau lulus kan? Dan satu hal lagi, cuma Aaron yang bisa ngeharumin gedung C. Sebelumnya gedung C lebih ga diperhatiin daripada sekarang. Gatau kenapa semenjak kehadiran Aaron pembangunan terjadi. Apa ngga banyak adkel yang demen sama dia, termasuk ex-friend gue, Melbina."

"Tapi kenapa Aaron nolak undangan universitas-nya?" tanya Aleyna sesadarnya dari lamunan.

Zara bergeleng kepala tidak tahu. Dari yang Saman ceritakan tidak ada alasan khusus mengapa Aaron menolak kesempatan emas tersebut. Jika berlogika, lebih baik kuliah daripada bermain motor tidak jelas. Atau lebih bagus lagi pergi bekerja. Entahlah, keduanya sama-sama tidak tahu.

Sedangkan kesempatan emas lainnya datang kepada Karaxie. Gadis itu mengintip ke luar sebelum menutup pintu rapat. Saat yang tepat untuk berbuat jahat tatkala semuanya pergi keluar untuk beristirahat. Ia menghampiri perlengkapan milik Aleyna lalu menilik tiap barang dengan tajam.

ALEYNA [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang