part. twenty one | Dimarahi

14 3 0
                                    

Setibanya di rumah Edgar, Karaxie langsung berputar arah setelah mengantarkannya pulang. Untuk hari yang menyenangkan ini Edgar sangat berterima kasih.

"Makasih ya, Xie untuk hari ini. Seru banget."

"Seru karena ada Aleyna, Kak?" ujar Karaxie sembari menaruh helm yang baru dilepas Edgar.

"Iya juga sih. Kalau cuma kita berdua pasti jadinya sepi."

TING!
TING!
TING!

Edgar terperangah setelah mendengar deringan notifikasi di HP Karaxie. Lelaki itu berkata, "Xie? Ada pesan masuk tuh,"

"Nanti aja aku bacanya di rumah," jawab Karaxie singkat.

"Yaudah, kamu pulang gih. Hati-hati ya jangan ngebut udah malem. Jangan begadang juga besok sekolah."

Karaxie mengiyakan kemudian gadis itu perlahan lenyap dari pandangannya.

"Hari yang melelahkan."
Edgar menekan gagang pintu yang tidak terkunci. Terlihat ke dalam rumah yang tampaknya sepi. Kemudian ia menemukan Vita terbaring lemas di ranjang dengan segelas air dan obat di atas nakas.

"BUNDA??! Bunda kenapa?" risau Edgar mendekati Vita seraya mengusap kepalanya.

"Eh Edgar udah pulang? Ngga papa, Nak. Bunda baik-baik aja kok."

"Tapi kenapa ada obat di-"

"Udah pulang nih si bungsu emas?" tegur Aaron yang berdiri di depan kamar dengan tangan yang dilipat. Edgar menoleh ke belakang dan menemukan kakaknya itu dengan gelagat sombongnya. "Asyik banget kayaknya jalan-jalan ampe ditelpon kaga diangkat," sambung Aaron.

Vita menghela nafas kasar setelah melihat putranya yang satu itu. Segera Edgar membuka handphone yang ada di sakunya dan benar terdapat 30 panggilan tak terjawab dari Aaron. Ia terperangah kaget. "Maaf, Bang. Tapi ini Bunda kenapa sampe lemes begini?"

"Nih sakitnya Bunda kambuh. Untung hp gue ketinggalan makanya gue sempet balik. Pas sampe Bunda udah lemes, buru deh gue bawa ke rumah sakit. Lo liat kan kondisi Bunda sebelum lo pergi gimana? Beliau lesu," jelas Aaron.

Edgar diam mendengarkan. Ia menatap bundanya dalam.

"Udah tau Bunda ga sehatan eh lo malah langsung ngeluncur jalan ama Karaxie. Ditambah lagi, lo tau kan kalau Bunda gasuka kalau diurusin sama gue? But what? Lo masih pergi juga," tegas Aaron.

"Astaghfirullahalazim." Edgar mengusap wajahnya frustasi. Lelaki itu menarik nafas panjang lalu menggapai tangan dingin Vita. "Bun, maafin Edgar, ya? Edgar khilaf, Bun. Jujur kalau Edgar tau ini akan terjadi, Edgar ga akan pergi. Edgar bakal disini nemenin Bunda."

"Bunda bilang gapapa, Gar. Sesekali kamu bisa jalan-jalan ngga di rumah mulu juga ga salah kan?" bela Vita yang memaklumi kesalahan putra kesayangannya.

Di samping itu, Aaron yang menontonnya berdecak kecewa, "Itu yang dinamakan anak idaman?" Bila saja posisinya menjadi Edgar saat ini, mungkin sudah dicaci maki.

Edgar mengenggam erat jari-jemari Vita, ia lanjut berkata. "Edgar janji, Bun. Ngga akan ke mana-mana ninggalin Bunda sendirian lagi."

"Hadeuh, drama drama," celetuk Aaron.

"Diam kamu! Kamu ngga berhak berkomentar," bentak Vita yang mati-matian melindungi Edgar. Di samping itu ia tidak mempedulikan perasaan anak tengahnya.

Aaron pergi meninggalkan ibu dan anak itu. Perannya disini tidak berguna.

👒💐

Pacar.

Sayang
Kamu dimana?
Tadi aku ke rumah kok ngga ada?
Terus aku liat ada sekotak cokelat di depan pagar
Itu dari siapa?
Panggilan tak terjawab.
Panggilan tak terjawab.
Kara
P
P
Sayang, kamu dimana??
Cokelat tadi punya siapa?
Kara
Panggilan tak terjawab.
Chat gua knp kaga dibales sih
Panggilan tak terjawab.
Bgst.

ALEYNA [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang