part. eleven | Gedung C

72 27 3
                                    

Happy Reading💖 Jan lupa add ke list kalian yaww

👒💐

Pagi ini anak-anak Vita sedang berkumpul di meja makan. Sarapan bertiga dengan satu yang tertinggal yaitu Aaron. Anak tengah yang tersisihkan. Vita sibuk menyuapi Abraham yang sebentar lagi akan pergi bekerja. Sementara Edgar yang baru saja pergi ke sekolah berjalan kaki.

Aaron yang saat itu keluar dari kamarnya melihat pemandangan tidak mengenakkan di hati. Begitu enak hati ibunya menyuapi Abraham di depan matanya. Ada rasa tersaingi di dada. Mengapa dirinya tidak diperlakukan seistimewa itu? Apakah anak geng motor ini tidak pantas, Bun? Seburuk itukah diriku sehingga engkau tidak mau melimpahkan kasih sayangmu kepadaku? Ah, dia bertingkah begitu seperti masa kecil kurang bahagia saja. Bukankah sudah puas bermain perosotan dulu? Lagipula ia terlalu besar untuk makan disuap. Tapi, bagaimana dengan Abraham yang lebih besar darinya?

Aaron bergurau, "Udah gede kok masih disuapin? Makan sendiri dong." Disusul ketawa kecilnya guna menghibur diri sendiri. Berpura-pura tegar padahal rapuh di rumah sendiri memang sangat menyiksa.

Abraham langsung menoleh untuk melihat kedatangan Aaron. Pria berusia 23 tahun itu meminta Novita untuk berhenti menyuapi. Ia merasa malu sampai pipinya memerah.

"Udah gausah hiraukan dia," kata Vita memaksa Abraham agar membuka mulutnya karena ini adalah sesendok terakhir.

Aaron mendekati meja untuk ikut sarapan, tapi setelah melihat wajah masam Vita seakan tidak merestuinya menyentuh makanan itu.  Tidak jadi saja deh daripada mengundang keributan di pagi hari. Lelaki itu berencana untuk sarapan di luar saja.

Aaron mengeluarkan mogenya dari bagasi dan melihat anak perempuan memakai seragam abu-abu di seberang sana yang tampak tergesa-gesa untuk pergi ke sekolah.

"Mah, Aleyna pergi dulu ya! Assalamu'alaikum!!" suara cempreng gadis itu yang terngiang di telinganya.

Aaron melihat gadis itu menaiki motor Scoopy miliknya terburu-buru lalu segera meluncur. Kemudian ia bergumam dalam hati, "Cewek kemaren? Rumahnya disini?" Aaron terus melamun hingga gadis itu lenyap dari pandangannya.

"Ngapain?" tegur Abraham sambil memetik jarinya tepat di muka Aaron.

"Gapapa. Eh anak mamih udah selesai sarapannya? Buru pergi ntar telat loh," sindirnya lalu membubarkan lamunannya.

Abraham memutar bola matanya kemudian melakukan aktivitasnya dalam pergi meninggalkan adiknya itu.

👒💐

Aleyna memasuki gerbang SMA Trisatya. Sempat terlirik ke Kampus A di sana, tahu apa yang ia pikirkan? Laki-laki di seberang rumahnya. Sebelum pergi tadi pun gadis itu celingak-celinguk ke rumah Edgar mencari keberadaannya. Siapa tahu hari ini semesta membiarkannya pergi bersama Edgar, kan?

Tapi semesta tidak begitu baik. Kalaupun iya, seharusnya semesta membiarkan kampus A menerimanya. Bukan ke kampus B bahkan kampus C yang keberadaannya amat jauh. Mana gedungnya jelek lagi.

Gadis itu memarkirkan kendaraannya di parkiran kampus C. Ia memasuki lahan parkir dengan agak brutal karena tempat tersebut masih sepi. Ia merasa heran, mengapa di jam segini masih banyak yang belum datang? Diliriknya jam ditangannya, rupanya ia datang terlalu pagi.

ALEYNA [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang