7. Sumber Industria

50 14 6
                                    

"Aku bakalan tinggal di sini cuma sebentar aja. Tapi kalau kamu keberatan, aku bakalan tetap pergi." Jiho menurunkan kedua kakinya ke dalam kolam. Membiarkan kaki dan juga celana yang dikenakan olehnya basah. Ia lalu mengambil tupperware yang dipegang Jaehyun, serta mengambil dessert yang ada di sana. Niat Jiho yang tadinya ingin segera melahap dessert itu malah langsung urung, kala ia menyadari bahwa sedari tadi Jaehyun terus menatapnya. Ia pun menoleh membalas tatapan Jaehyun. "Aku boleh makan ini, 'kan?" tanyanya.

Jaehyun terdiam sebentar lalu mengangguk. Dan pada akhirnya, ia pun duduk di sebelah Jiho. Berbeda dengan Jiho, Jaehyun memilih untuk duduk bersila. Alih-alih membiarkan kakinya dibasahi air yang ada di kolam.

Untuk sesaat, Jaehyun memperhatikan Jiho yang baru saja menggigit dessert. Tanpa diberitahu pun, Jaehyun yakin bahwa Jiho menyukai makanan manis itu.

Dan entah mengapa, Jaehyun terus teringat akan penampilan Jiho pagi tadi. Yang sangat berbanding terbalik dengan sekarang ini.

"Aku hidup selama 490 tahun, dan di antara sekian banyaknya manusia ... kamu salah satu manusia yang mengeluarkan aura yang terbilang cukup positif," celetuk Jiho.

Meski sedang melahap dessert, raut wajah perempuan itu terlihat amat serius.

"Omong-omong, kuenya--"

"Dessert," sela Jaehyun. Ia melihat Jiho yang tampak menautkan alis usai mendengar ucapan darinya. "Orang-orang nyebut itu dessert. Bukan kue." Ia berdeham. "Ya, walaupun intinya sama aja, sih." Jaehyun membatin.

Jiho tertawa pelan. "Bahkan penyebutan nama kue pun telah berubah," gumamnya. Yang mana gumaman tersebut masih bisa didengar oleh Jaehyun dengan jelas.

"Selesai aku kenalin diri ke kamu tadi pagi, kamu sama sekali ga tanyain apapun tentang aku," celetuk Jiho. "Kamu beneran ga mau tau tentang aku, Jae?" tanyanya.

Jiho meletak tupperware yang telah kosong itu ke sebelahnya lalu memejamkan mata. Menarik napas dalam-dalam, lalu menepuk lantai yang di sampingnya.

Segelas air putih muncul di sana.

Jiho pun segera meneguk habis air putih itu, lalu meletakkan gelas kosong tersebut ke sebelah tupperware.

Jaehyun terperangah pada saat melihat aksi yang tidak masuk akal tersebut. Biasanya, Jaehyun hanya melihat hal-hal seperti itu melalui televisi saja. Yang mana hal itu sering disebut sulap.

Dan Jaehyun baru sadar, bahwa warna bola mata Jiho kini berubah menjadi biru lagi.

Namun, alih-alih menanyakan atau memberitahu hal tersebut pada Jiho, Jaehyun lebih memilih untuk tetap diam.

Sewaktu Jiho beringsut mendekatinya secara tiba-tiba, secara spontan Jaehyun memundurkan tubuh.

Ia mengerutkan dahi menatap Jiho.

"Aku mau mastiin sesuatu. Boleh?"

Jaehyun terdiam. Dalam jarak yang begitu dekat seperti sekarang ini, entah mengapa cukup sulit baginya untuk membalas tatapan Jiho.

Jaehyun mengangguk.

Setelah mendapat izin dari Jaehyun, Jiho meletakkan tangannya ke pundak kanan Jaehyun. Ia menyibak bagian pundak kemeja yang dikenakan Jaehyun, lalu menyentuh tanda yang berbentuk percikan air tersebut.

Sementara itu, Jaehyun hanya sekadar memperhatikan segala hal yang dilakukan oleh Jiho. Ia menyadari bahwa warna bola mata Jiho kembali normal kala Jiho menyentuh tanda tersebut. Dan lagi, liontin yang menghiasi leher Jiho terlihat kembali bercahaya.

"Kamu gapapa?" Jaehyun tampak panik saat melihat perubahan raut wajah Jiho. Ia dengan sigap menahan tubuh Jiho yang nyaris limbung.

Sementara itu, Jiho memijit pelipisnya yang terasa cukup sakit. Bahkan kepalanya pun terasa sangat pusing. Dan tiba-tiba saja, bagian luka yang seharusnya sudah baik-baik saja itu mengeluarkan darah.

Sejujurnya, setelah kejadian tadi pagi, Jaehyun sempat menaruh rasa curiga bahwa mungkin saja Jiho sedang mempermainkannya saat ini. Tetapi begitu melihat darah yang mengalir dari luka tersebut, kecurigaan Jaehyun lenyap seketika.

"Jiho, aku bawa kamu ke dalam, ya," ujar Jaehyun.

Akan tetapi, Jiho malah mendorong Jaehyun dengan sisa tenaga yang dimiliki.

"Aku butuh sedikit industria. Dengan begitu, aku bakalan baik-baik aja ...," ucap Jiho dengan lirih. Ia kemudian menjatuhkan diri ke dalam kolam.

Melihat hal itu, Jaehyun terbelalak. "Lagi?" Mengingat kejadian tadi pagi, Jaehyun sama sekali tidak memiliki niat untuk ikut menceburkan diri ke dalam kolam. Lagi, untuk yang kedua kalinya. "Jangan terlalu dipikirin, Jae. Dia bukan manusia. Jadi dia pasti bakalan baik-baik aja," ujar Jaehyun, memberi sugesti pada diri sendiri.

Omong-omong, Jaehyun merasa cukup penasaran akan beberapa hal. Salah satunya akan kalimat yang baru saja didengar dari Jiho. Sebenarnya maksud dari kalimat Jiho tadi apa? Industria? Apa itu industria?

Enggan memusingkan hal setidak penting itu, Jaehyun pun mengambil tupperware dan gelas yang ada di sana. Ia memutuskan untuk kembali masuk ke dalam rumah. Membiarkan Jiho sendirian di dalam kolam renang.

Sementara itu, usai menceburkan diri ke dalam kolam, lambat laun tubuh Jiho kehilangan daya. Jiho amat menyadari bahwa ini merupakan hal yang seharusnya tidak terjadi. Seharusnya, industria milik Jiho akan kembali jika ia menyatu dengan air.

Namun Jiho baru sadar bahwa sekarang ini ia tidak sedang berada di Mediocris Villa. Jiho berada di Bumi. Dan kolam renang ini bukanlah sungai yang seolah sudah seperti markasnya.

Tubuh Jiho kian lemas. Dan ingatan-ingatan asing terus muncul dalam pikirannya. Itu bukan ingatan miliknya, melainkan milik Jung Jaehyun. Cucu dari pemilik rumah yang bak istana ini.

Tadi pagi, sewaktu menyentuh tanda yang berbentuk percikan air yang ada di pundak sebelah kanan Jaehyun, Jiho sekilas melihat masa lalu kehidupan Jaehyun. Itu benar-benar sekilas karena Jiho merasa sangat asing dengan keadaan tersebut. Sebab, selama 490 tahun Jiho hidup sebagai aqua mediocris, ia belum pernah melihat juga belum pernah mendengar akan adanya kejadian yang seperti itu.

Demi memastikan hal tersebut, Jiho pun kembali mencoba untuk menyentuh tanda percikan air tersebut.

Ia sangat tidak menyangka bahwa dirinya benar-benar bisa melihat berbagai kejadian yang telah dialami oleh Jaehyun.

Dan dengan terjadinya hal ini, Jiho sadar. Bahwa untuk melihat masa lalu Jaehyun, Jiho harus rela kehilangan industria miliknya.

Ya, hal itu membuat industria miliknya terkuras cukup banyak.

Jiho merupakan aqua mediocris terlemah dalam kasta Mediocris Villa. Karena itu, ia berakhir jadi seperti ini. Dan karena itu pula, Jiho bertekad kuat untuk menikah dengan Kim Mingyu. Seorang keturunan Kaisar yang juga memiliki kasta paling tinggi di Mediocris Villa.

Lama-kelamaan, Jiho mulai terpejam. Tubuhnya terasa kian berat, hingga pada akhirnya menyentuh dasar kolam. Dan di saat yang bersamaan, Jiho baru ingat. Bahwa Jaehyun merupakan sumber industria yang telah berhasil ditemukan. Seharusnya, alih-alih menyatu dengan air, Jiho menyerap industria dari Jaehyun saja.

Nahasnya, penyesalan selalu muncul di bagian paling akhir.


Nahasnya, penyesalan selalu muncul di bagian paling akhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bersambung ...,

Scintilla Amoris (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang