6. Nenek dan Jiho

54 15 5
                                    

"Oy, Jaehyun. Kenapa, sih? Perasaan dari tadi diam aja. Ga kayak biasanya. Putus cinta, Bang?"

"Sembarangan aja, Win! Jaehyun mana bisa putus cinta. Dia 'kan ga punya pacar."

Alih-alih membalas sahutan dari omongan absurd temannya, Jaehyun lebih memilih untuk bersandar di sandaran kursi, lalu bersedekap dan melirik ke sebelahnya. "Omong-omong, kamu kenapa bisa ada di sini? Harusnya kamu, 'kan--"

"Jaehyun, aku udah belajar dari semalam. Dan dalam waktu beberapa jam, aku bakalan belajar lagi. Kalau kamu maunya aku belajar terus, bisa-bisa aku kehabisan nyawa."

"Win, selesai ini tolong anterin Gyuri pulang, ya," ucap Jaehyun.

Winwin, sahabatnya Jaehyun itu mengangguk. Sementara Gyuri mendengus. Perempuan itu mencebikkan bibir menatap Jaehyun. Akan tetapi, sosok yang ditatap itu tampak begitu tak acuh.

Alhasil, Gyuri berdiri dari duduknya. Ia mengambil tas selempang yang terletak di meja, lalu menendang kaki kursi yang sempat diduduki.

Bukan itu yang Gyuri mau dari Jaehyun. Bukan sikap seperti itu yang ingin dilihat Gyuri. Juga bukan kalimat seperti itu yang ingin didengar Gyuri.

Untuk mendapatkan perhatian dari Jaehyun ... mengapa terasa amat sulit?

Takkunjung mendapat respons dari Jaehyun, Gyuri pun memutuskan untuk pergi dari tempat tersebut.

"Gyul! Tunggu! Biar gue anterin!" teriak Winwin.

"Biarin aja, Win," celetuk Jaehyun.

Winwin mengerutkan kening mendengar celetukan Jaehyun barusan. Bukankah Jaehyun sendiri yang meminta Winwin untuk mengantarkan Gyuri pulang?

"Gyuri lagi marah. Dan marahnya dia ... tau sendiri 'kan bakalan kayak gimana?"

Mendengar hal itu, Winwin kembali duduk seperti semula.

"Tapi, ya, kali Gyuri dibiarin sendiri," ujar Winwin kemudian.

"Ya, udah. Gue duluan, deh, ya," ucap Jaehyun lalu beranjak pergi dari sana.

Niatnya saat ini adalah menyusul Gyuri. Sosok yang sudah dikenalnya semenjak usia yang masih begitu belia.

Dari posisinya saat ini, Jaehyun dapat melihat keberadaan seseorang yang selalu saja mengikuti ke manapun Gyuri pergi.

Ia tiba-tiba terpikirkan, bagaimana jika dirinyalah yang dibuntuti secara terus-menerus seperti itu?

"Gyul!" panggil Jaehyun.

Akan tetapi, perempuan dengan dress selutut itu tampak takpeduli dengan panggilan Jaehyun.

Jaehyun menahan tangan Gyuri, menutup kembali pintu taksi yang baru saja dibuka oleh Gyuri.

"Maaf, Pak. Ga jadi," ucap Jaehyun pada sopir taksi tersebut.

Taksi tersebut kembali melaju.

Gyuri berdecih lalu menepis tangan Jaehyun.

"Ngapain, sih, kamu? Aku mau pulang! Lanjut belajar. Sesuai sama apa yang kamu mau!" tegas Gyuri.

"Nanti lagi marahnya, aku anterin kamu dulu, Gyul," ucap Jaehyun. "Kamu tunggu di sini. Aku ambil mobil dulu."

Alih-alih menurut, Gyuri malah beranjak menyeberangi jalan.

Jaehyun menghela napas. Menyadari bahwa Gyuri lebih memilih untuk pulang bersama lelaki yang selalu saja mengikuti Gyuri selama ini.

Sebelum benar-benar pergi dari sana, Jaehyun sempat bertatapan dengan lelaki itu. Pada akhirnya, Jaehyun memutuskan untuk pergi dari sana.

Ya, tidak akan terjadi hal yang buruk jika Gyuri pulang bersama lelaki tersebut.

Scintilla Amoris (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang