"Nenek, Jaehyun kok ga ada?" tanya Jiho. Perempuan itu memeluk Nenek sebentar, lalu kembali mengalihkan atensi ke sekitar. "Padahal Jiho udah cari dari tadi."
"Terus tadi kamu pulang kerjanya sama siapa?" tanya Nenek. Raut wajah kekhawatiran terpatri jelas di wajah keriput itu.
"Jiho minta bantuan temennya Jaehyun buat anterin Jiho ke rumah," jawab Jiho.
"Winwin?"
Jiho mengangguk. "Tadi mau Jiho ajak masuk. Tapi Winwin bilang, dia masih ada urusan," jawab Jiho.
Nenek mengangguk beberapa kali. "Tapi tadi Jaehyun pamit ke Nenek, katanya, mau jemput kamu."
Jiho terdiam sebentar. "Mungkin Jaehyun punya urusan lain, ya, Nek," ujarnya. "Ah, Jiho masih belum ketemu langsung sama Kak Yuri. Semalam pas Jiho nyampe di rumah, Kak Yuri juga rupanya udah pulang duluan. Nanti Kak Yuri ada datang ke sini lagi 'kan, Nek?" tanya Jiho dengan begitu antusias.
Nenek tertawa pelan lalu menggeleng. "Sayangnya, Yuri baru aja pulang. Pas sebelum kamu sampe rumah."
Mendengar hal itu, Jiho mendesah berat. Entah mengapa, Jiho sangat penasaran dengan sosok yang bernama Yuri itu. Namun jika dipikir-pikir lagi, Jiho jadi merasa penasaran mungkin karena Nenek, Mama, dan juga Jaehyun yang kerap kali menyebut nama Yuri.
"Jaehyun bilang, hari ini kamu mau ke Rumah Sakit lagi, ya?" tanya Nenek.
Jiho terdiam sebentar. Lebih dari apapun, Jiho ingin mengangguk mengiyakannya. Akan tetapi, usai menyerap tenebris navitas yang ada pada Miyeon, pikiran dan perasaan Jiho kini benar-benar buruk.
"Iya, Nek," sahut Jiho. Well, bagaimanapun juga, Jiho telah berjanji pada Yeojin.
"Kalau begitu, nanti kamu tolong bawain itu, ya. Tolong kasihin untuk Mama," ucap Nenek sembari menunjuk ke arah tupperware yang ada di meja makan.
Jiho mengangguk seraya tersenyum. "Iya, Nek. Nanti Jiho bawain."
"Tapi tunggu Jaehyun pulang dulu. Kamu ke sana sama Jaehyun aja."
Lagi, Jiho mengangguk. "Jiho ke kamar sebentar, ya, Nek. Jiho mau mandi dulu," pamitnya lalu bergegas beranjak pergi dari sana.
Setelah tiba di kamarnya, alih-alih langsung mengganti pakaian, Jiho malah berjalan ke arah balkon.
Dari tempat itu, Jiho dapat melihat kolam renang yang letaknya cukup dekat dengan kamar Jaehyun, yang ada di lantai bawah.
"Aku rindu sungai," gumam Jiho. Tangannya bergerak memegangi liontin yang menghiasi lehernya. Ia memperhatikan liontin tersebut dengan saksama. Industria yang terisi di liontin itu masih sangat sedikit. Selain dengan cara berciuman, Jiho masih tidak tahu cara lain untuk mempercepat menyerap industria yang ada pada Jaehyun. "Apa aku harus cari sumber industria yang lain juga?" Bukankah dengan begitu, liontin tersebut akan cepat terisi dengan industria?
"Jangan cari yang lain."
Refleks, Jiho berbalik. Tatapannya tampak sedikit berbinar kala melihat keberadaan Jaehyun di hadapannya.
"Cukup aku aja." Jaehyun menarik tangan Jiho. Alih-alih menutup pintu balkon, Jaehyun hanya sekadar menarik tirai pintu balkon hingga menutupi pemandangan di luar kamar.
"Maaf, karena aku ga tepatin janji buat jemput kamu. Tadi aku ada urusan mendadak. Selesai itu, aku ke sana. Ke toserba. Tapi katanya, kamu udah pulang. Dianterin Winwin. Jadi, deh, aku buru-buru pulang ke rumah," ujar Jaehyun. "Kata Nenek, kamu cariin aku terus dari tadi. Memangnya ada apa, Jiho?" Tangan Jaehyun bergerak menyibak rambut Jiho ke belakang telinga. Setelahnya, ia menatap Jiho dengan tatapan hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scintilla Amoris (Completed)
FantasyKim Jiho merupakan seorang aqua mediocris paling lemah dalam kasta terendah di Mediocris Villa. Yang mana ia juga mendapat hukuman dari sang Kaisar karena telah melakukan berbagai tindakan pelanggaran. Kim Jiho diasingkan ke Bumi. Ia diharuskan unt...