9. Bertemu Yeojin

32 14 6
                                    

Jaehyun membuka lipatan selimut yang baru saja diambilnya di sofa, lalu ia menyelimuti tubuh Mama yang sedang terlelap.

Setelahnya, Jaehyun beranjak ke seberang Mama. Ia kembali mendekati ranjang pasien. Yang mana di ranjang itu, adiknya terbaring dalam kondisi koma selama tiga tahun lamanya.

Tangan Jaehyun bergerak mengusap rambut sang adik yang terlihat begitu lelap, seakan bangun merupakan hal yang tidak akan dilakukan. "Yeojin, mau sampai kapan kamu tidur?"

Meski sudah sering melihat, tetap saja Jaehyun masih tidak terbiasa dengan berbagai alat medis yang terpasang di tubuh adiknya.

"Loh? Jaehyun?"

Jaehyun spontan menoleh melihat Mama.

"Padahal Jaehyun udah hati-hati banget supaya Mama ga bangun. Tapi tetap aja ...." Jaehyun tertawa pelan lalu kembali menghampiri Mama.

"Mama pulang aja. Biar Jaehyun yang jagain Yeojin malam ini," ucap Jaehyun.

Mama berdecih pelan. "Nenek juga kamu suruh pulang tadi," cibir Mama. "Memangnya kamu sanggup jaga dua pasien sekaligus?"

"Sanggup, dong. Lagian, Jiho juga udah gapapa," sahut Jaehyun.

Mama memicingkan mata menatap Jaehyun. "Gapapa gimana? Tadi pas Mama jenguk, Mama lihat Jiho udah kayak mayat hidup saking pucatnya."

Jaehyun meringis. "Itu tadi, Ma. Sebelum Jiho bangun. Sekarang Jiho beneran gapapa. Besok udah boleh pulang juga. Karena itu, Nenek ga nginap," jelas Jaehyun.

"Iya. 'Kan kamu yang usir Nenek," cibir Mama, lagi.

"Ya, ampun, Ma ...," Jaehyun melengos. "Mama tuh, ya ... makin lama, kok, tambah makin-makin?"

Mama sama sekali tidak acuh akan protesan Jaehyun barusan.

"Ma--"

Ucapan Jaehyun langsung terinterupsi kala ia mendengar suara pintu.

Secara serempak, Mama dan Jaehyun mengalihkan atensi melihat ke arah pintu.

"Ah, maaf. Jiho ganggu," ucap Jiho. Perempuan itu tersenyum canggung--menyapa mamanya Jaehyun.

Jiho menutup pintu ruang rawat inap tersebut, lalu memegang kembali tiang infus dan berjalan menghampiri Jaehyun yang berdiri di sebelah Mama.

Sementara itu, Mama berdiri dari duduknya lalu menghampiri Jiho.

"Kamu masih belum sembuh, Nak. Kenapa berkeliaran kayak gini?"

Tubuh Jiho mendadak kaku. Bukan karena kalimat yang baru saja didengar Jiho dari mamanya Jaehyun. Melainkan, karena keberadaan seorang gadis yang saat ini sedang memperhatikannya.

Jiho tahu, kalau dirinya bukanlah manusia. Tapi, mengapa ia bisa melihat roh seseorang yang sedang--

"Nak Jiho?"

Jiho terperanjat.

Dan Jiho baru sadar, bahwa tatapan khawatir dari mamanya Jaehyun kini berubah menjadi tatapan prihatin.

"Lihat, Jae. Jiho masih belum sembuh begini malah kamu bilang udah gapapa," ujar Mama.

Jaehyun terdiam. Ia menoleh memperhatikan Jiho.

"Eh? Jiho udah gapapa, kok, Ma--maksud Jiho ...." Jiho mendadak terdiam. Jiho baru ingat, bahwa ia tidak mempelajari cara menyapa orang asing pada Minghao. Semenjak bertemu dengan Jaehyun, Jiho hanya sekadar ikut-ikutan saja. Jiho bahkan meniru cara bicara Jaehyun tatkala berhadapan dengan Nenek.

Jiho kembali tersenyum canggung pada mamanya Jaehyun dan meminta maaf beberapa kali. Kemudian, Jiho menoleh menatap Jaehyun. "Hp kamu dari tadi bunyi terus. Makanya aku ke sini," ujar Jiho seraya menyodorkan ponsel pintar yang dibawanya pada Jaehyun.

Scintilla Amoris (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang