16. Nenek dan Mama

42 15 12
                                    

"Temennya Jaehyun, ya?"

Secara spontan, langkah Jiho terhenti. Perempuan itu menoleh ke sekeliling, hingga pada akhirnya, ia melihat ke arah seorang lelaki yang menunjukkan letak toilet padanya.

Jiho mengangguk, lalu tersenyum--sebagai bentuk sapaan pada lelaki yang baru saja memanggilnya.

"Kenalin, gue temennya Jaehyun juga. Dong Sichen. Tapi lo panggil gue Winwin aja. Biar lebih akrab," ujar Winwin seraya mengulurkan tangannya pada Jiho.

Jiho pun segera menjabat tangan Winwin, dan ikut memperkenalkan diri pada Winwin. Setelah itu, keduanya sama-sama melepaskan jabatan tangan tersebut.

Jiho ingat, lelaki yang saat ini menyandarkan tubuhnya ke dinding itu kerap muncul dalam ingatan Jaehyun. Terutama dalam ingatan--masa-masa bahagia Jaehyun.

"Oya, lo lagi butuh pekerjaan?"

Jiho sedikit terperanjat. "Kok, kamu--ah, pasti Jaehyun yang kasih tau, 'kan?" tanya Jiho, mencoba menerka situasi saat ini.

Winwin tertawa pelan. "Karena lo mikirnya begitu, jadi anggap aja iya."

Sebenarnya, Winwin hanya sekadar menduga saja. Juga mencoba untuk berbasa-basi dengan seseorang yang baru dikenalnya.

"Lo bisa apa aja?" tanya Winwin. Sesaat kemudian, ia langsung meringis. "Eh, maksudnya ... lo punya bakat di bagian apa aja?"

Jiho terdiam sebentar. Ia sudah hidup selama 490 tahun, jadi merupakan hal yang wajar baginya jika menguasai berbagai bidang pekerjaan.

"Apapun. Aku bisa ngelakuin banyak hal," jawabnya.

Winwin memicingkan mata menatap Jiho. Ia mulai membayangkan, andai Jiho bekerja di tempatnya, pasti akan sangat menyenangkan. Karena ia bisa mengusik ketenangan Jaehyun melalui Jiho. Well, meski pada dasarnya, ia tidak tahu Jaehyun dan Jiho memiliki hubungan yang seperti apa. Dan bagaimana awal mula pertemuan mereka. Akan tetapi, begitu Winwin teringat akan keberadaan Gyuri dalam hidup Jaehyun, Winwin tanpa sadar langsung menggeleng. Ia bahkan meringis. Menyesali ide yang sempat terbesit dalam pikirannya.

"Di sebelah sini ada toserba. Mereka ada buka lowongan kerja. Nanti sebelum pulang, coba mampir dulu."

Jiho mengangguk. "Terima kasih, ya, Winwin."

"Sama-sama."

💫 💦 💫

"Nenek! Mulai besok Jiho kerja!" seru Jiho. Perempuan itu berlari ke arah Nenek, dengan perasaan antusias yang meluap-luap, Jiho langsung memeluk tubuh Nenek.

Akibatnya, tubuh Nenek nyaris limbung.

Namun, dalam waktu yang begitu singkat, tubuh Jiho langsung terperanjat. Secara spontan, Jiho segera melepaskan pelukannya pada Nenek.

Sebentar, entah mengapa Jiho merasa bahwa kejadian yang seperti ini sudah pernah dialami olehnya.

"H-halo, Ma ...," sapa Jiho yang nyaris terdengar layaknya bisikan. Jiho berdeham beberapa kali, melirik malu-malu, lalu memamerkan senyumannya yang jelas begitu canggung pada Mama. Mamanya Jaehyun, tepatnya.

"Jadi tadi--pagi-pagi banget kamu sama Jaehyun keluar cuma buat nyari pekerjaan?" tanya Nenek.

Jiho meringis. Ia ingat bahwa sebelumnya, Jaehyun sudah memberi peringatan pada dirinya. Bahwa jika Nenek mengetahui hal itu, Nenek pasti akan menentang dengan tegas.

Dan benar saja, hanya dengan melihat ekspresi Nenek, Jiho langsung tahu bahwa apa yang dikatakan oleh Jaehyun merupakan suatu fakta.

"Mana Jaehyun? Kenapa dia ngebiarin kamu kerja?" Sembari bertanya, Nenek menyingsingkan lengan baju dengan buru-buru, menoleh ke kanan dan ke kiri, demi menemukan sosok yang dicari olehnya.

Scintilla Amoris (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang