15. Obrolan Jaehyun dan Winwin

49 15 8
                                    

Jaehyun meneguk kembali kopi hangat yang disodorkan oleh Winwin untuknya. Kendati demikian, pandangan Jaehyun tidak pernah lepas dari Jiho yang sedang mengobrol dengan Minghao.

Mengenai pertanyaan yang diajukan Jaehyun, yang mana pertanyaan tersebut berkaitan dengan Gyuri, Jiho tidak memberikan jawaban yang pasti akan pertanyaan itu.

Melihat Minghao yang seakan mencari kesempatan demi mengusap rambut Jiho, Jaehyun berdecih, menatap Minghao dengan tatapan taksuka. Seakan-akan, Minghao hanya serangga yang taktahu tempat.

Dari sudut pandangnya sebagai sesama lelaki, Jaehyun cukup tahu bahwa Minghao tidak memiliki perasaan lebih terhadap Jiho. Akan tetapi, apa Minghao harus melakukan hal yang seperti itu pada Jiho? Dan lagi, kenapa raut wajah Jiho senantiasa tampak begitu cerah kala sedang bersama Minghao? Apa bertemu dengan Minghao, merupakan salah satu sumber kebahagiaan Jiho? Memikirkan hal itu, Jaehyun benar-benar merasa tidak terima.

Jaehyun berdecak pelan, lalu berinisiatif menyentuh pundak kanannya.

Seketika, perasaan senang mulai menjalar ke dalam dirinya. Dan di waktu yang bersamaan, Jaehyun merasa amat menyesal karena mencoba untuk mengetahui perasaan Jiho yang sebenarnya.

"Oke, Jiho. Liat aja pas kamu serap industria nanti, aku ga bakalan kasih semudah itu lagi ke kamu," gumam Jaehyun. "Huh! Walaupun aku suka sama kamu, aku ga segampang yang kamu kira," gerutunya.

"Oy! Lo masih waras, 'kan?"

Jaehyun berdecak. Kali ini dengan lebih kasar lagi. Ia memutar tubuhnya lalu bersedekap. "Jangan cari gara-gara, ya, Win. Gue lagi males berantem," ucap Jaehyun.

Tentu, usai mendengar hal itu, Winwin menaikkan sebelah alisnya. "Cuma nanya doang. Bukan maling mobil lo." Winwin mencemooh. "Lagian, lo ngeliatin siapa, sih, dari tadi?" Winwin mengalihkan atensi melihat ke arah pandang Jaehyun barusan. "Mbak-mbak yang lagi ngobrol sama mas-mas itu, ya, Jae?" tanya Winwin.

Winwin kembali menoleh menatap Jaehyun. Lelaki itu dengan saksama memperhatikan raut wajah sahabatnya. "Wah, jadi lo beneran lagi perhatiin mbak-mbak itu?" Nada suara Winwin terdengar begitu antusias. Ia bahkan memelotot seraya menutup mulutnya dengan tangan.

Sementara itu, Jaehyun menghela napasnya. Ia mendengus menatap Winwin. Menurut Jaehyun, memiliki sahabat yang terlalu peka, ya, seperti ini jadinya. Bahkan sebelum Jaehyun menjawab pun, Winwin sudah tahu duluan.

"Win," panggil Jaehyun.

"Apa?" tanya Winwin. Meski panggilan dari Jaehyun dijawab olehnya dalam sekejap mata, tetap saja, arah pandangan Winwin masih terfokus ke arah Jiho berada.

Menyadari hal itu, Jaehyun pun menendang kaki Winwin. "Matanya dijaga."

Winwin langsung meringis. Ia berdecih, mengomel sebentar, lalu menatap Jaehyun dengan sinis. "Gue cuma mau mastiin, kemaren Gyuri bilang, lo lagi jalan bareng perempuan. Ya, lo sendiri juga tau ... realitanya, selain sama Nenek, Tante, juga Gyuri ... lo ga akrab sama perempuan manapun."

Jaehyun menghela napas. Gyuri itu memang paling ahli dalam urusan membocorkan kehidupan pribadi orang lain.

"Jadi tujuan lo panggil gue tadi buat apa?" tanya Winwin. Ia bersedekap seraya menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.

Jaehyun berdeham beberapa kali. Dan dengan sedikit perasaan ragu pula, Jaehyun bertanya, "Lo ... ada buka lowongan pekerjaan ga?"

"Jae?!!" Winwin kembali memelotot seraya menutup mulutnya dengan tangan. "Serius lo nanyain itu ke gue?"

Decakan pelan kembali terdengar dari Jaehyun. "Lo kira, hidup gue dipenuhi dengan konten prank apa?"

Winwin tertawa lepas. "Tenang, Bro. Tenang," ujar Winwin. "Jujur sih--eh, sebentar. Papa lo ga mungkin mendadak bangkrut, dan lo yang tadinya berstatus sebagai anak konglomerat, ga mungkin mendadak jadi anak melarat, 'kan?"

Scintilla Amoris (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang