30. Jung Jaehyun {_END_}

73 12 13
                                    

"Kamu gapapa, Jae?"

Jaehyun mengerjap beberapa kali. Hingga akhirnya, ia melihat keberadaan seseorang yang sangat tidak asing. Perlahan, Jaehyun pun bangun dari tidurnya. Ia duduk, menyandarkan punggungnya ke sandaran kasur.

Kala pintu kamar terbuka, Jaehyun menoleh.

"Nek?" Jaehyun mengerutkan keningnya menatap Nenek.

"Nenek khawatir banget sama kamu, Jae."

Jaehyun meringis. Bukan karena ucapan yang didengarnya barusan. Melainkan karena kepalanya yang tiba-tiba terasa begitu nyeri. "Gyul, memangnya ada apa, sih? Masih pagi begini udah ribut banget," keluh Jaehyun.

"Kamu tanya kenapa?" Nenek memukul pelan lengan Jaehyun. "Kamu yang kenapa?" Nenek malah mengomelinya.

Gyuri mengangguk setuju. "Kamu ngapain coba pergi ke desa sendirian? Mana pingsan di pinggir sungai lagi. Ngapain, sih, Jae?" Gyuri berdecak. Ia kemudian menunjuk ke arah Ten, yang berdiri di sebelahnya. "Kamu harus tau, kemaren Kak Ten berjuang keras banget buat bawa kamu keluar dari sana."

Jaehyun melirik ke arah Ten sebentar. Lalu mengucapkan terima kasih pada Ten.

Jaehyun ingat, ia memang pergi ke desa kemarin. Tapi, untuk apa?

"Syukur ada penduduk sekitar yang masih kenal sama kamu. Coba aja kalau enggak, pasti udah dijual kamu," omel Nenek.

Jaehyun ingin membantah--tetapi, ini memang salahnya.

"Sebentar, Nek. Memangnya, orang kayak Jaehyun ada yang mau beli?" Ten bertanya sembari menatap Jaehyun dengan tatapan sinis.

Ten dan Gyuri tertawa. Sementara Nenek langsung menyetujui ucapan Ten barusan, dan kembali memasang raut wajah masam, lalu memukul lengan Jaehyun untuk yang kedua kalinya.

Jaehyun berdecak, merasa tidak adil dengan perlakuan yang didapatnya. Semenjak Ten dan Gyuri tinggal di rumah Nenek, Jaehyun tidak memiliki hari yang tenang, meski hanya satu hari pun.

Jaehyun beranjak bangun dari tempat tidur. Kemudian, ia mendorong Ten dan juga Gyuri keluar dari kamarnya. Barulah setelah itu Jaehyun turut membawa Nenek keluar dari kamarnya--dengan penuh perhatian.

"Jaehyun mau mandi dulu ya, Nek," ujar Jaehyun.

Mendengar ujaran Jaehyun barusan, Gyuri langsung mengajak Ten untuk pergi dari sana.

Sementara Nenek, lagi-lagi dibuat berdecak akan tingkah laku Jaehyun. "Mau pergi ke mana memangnya kamu pagi-pagi begini?"

Jaehyun terdiam sebentar. "Ga mau ke mana-mana. Cuma mau mandi aja," sahut Jaehyun.

Nenek menghela napas, lalu bergegas meninggalkan Jaehyun yang berdiri tepat di depan kamarnya.

Usai memastikan Nenek taklagi ada di sekitar kamar, Jaehyun langsung berbalik. Berniat masuk kembali ke dalam kamarnya.

Namun, tiba-tiba saja, atensi Jaehyun teralihkan ketika melihat keberadaan kamar yang ada di lantai atas.

Entah mengapa kamar itu berhasil menarik perhatian Jaehyun. Padahal ia tahu bahwa kamar itu sudah lama tak terpakai. Itu hanya kamar kosong biasa.

"Nek!" Jaehyun sedikit memekik. Alih-alih kembali masuk ke dalam kamarnya, ia beranjak mencari keberadaan Nenek.

"Nenek ada di dapur, Jae," ujar Ten, yang kebetulan sedang melewati kamar Jaehyun dengan segelas kopi hangat di tangannya.

Jaehyun mengucapkan terima kasih lalu bergegas menghampiri Nenek.

"Nek!"

"Ada apa? Bukannya tadi kamu bilang mau mandi? Sekarang ngapain panggil-panggil Nenek?"

Scintilla Amoris (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang