21. | Inside My Heart

1.1K 96 5
                                    

Flashdandelion
.
.
.


Seminggu berlalu sejak Jaya mengantar Jian pulang ke rumahnya hari itu. Ia menyuruh Jian untuk berisitirahat sementara dari pekerjaannya mengurus rumah Maria.

Selama itu juga Alva menghilang tanpa kabar. Tapi, Jian tidak ingin memikirkannya terlalu jauh, mungkin cowok itu memang punya urusan penting yang harus diselesaikan.

Hidup Alva tidak selalu tentangnya, meskipun tak bohong kalau Jian juga ingin tahu kabar kekasihnya itu.

Hari ini Jian berencana kembali bekerja di rumah Maria. Setelah sarapan nanti ia akan bergegas kesana. Maria memang belum menyuruhnya untuk kembali bekerja, namun tetap saja ia merasa tidak enak meninggalkan ibu hamil itu mengurus rumah sendirian terlalu lama.

"Jian ada tamu, Nak. Bisa tolong buka pintunya? Bude masih harus memasak."

Nirma berteriak dari dapur. Jian menyaut dan keluar dari kamarnya. Keadaannya sudah lebih baik dari sebelumnya. Hanya tinggal beberapa bekas di dada yang belum sepenuhnya hilang.

Masih ada lima belas menit sebelum jam tujuh, dalam hati Jian bertanya kira-kira siapa yang datang sepagi ini.

Diluar dugaan, senyum hangat milik Daren yang menyambut Jian saat pintu rumahnya terbuka. Adik majikannya itu terlihat lebih santai dengan kaos hitam serta celana bahan pendek.

"Selamat pagi, Jian." sapanya dengan lembut.

"Mas.... eh Kak Daren kok bisa disini?" cowok kecil itu mengubah sapaannya. Entah kenapa rasanya aneh memanggil Daren dengan embel-embel 'Mas'.

Bukannya menjawab, Daren justru menepuk pelan kepalanya. "Lo manis banget."

"By the way, gue kesini buat jemput lo." ucapnya masih dengan senyuman.

Jian menatapnya dengan mulut sedikit terbuka. Cowok manis itu sepertinya masih memproses kata-katanya barusan.

Yang Daren lakukan selanjutnya membuat Jian terkesiap kaget. Cowok itu mencium kilat pipi kirinya.

Jian terdiam bingung, kenapa tiba-tiba jadi seperti ini?

"Siapa yang datang, Jian?" suara Nirma muncul dari belakang.

"E-eh ini adiknya Bu Maria, bude. Kak Daren kenalin ini budenya Jian."

Kedua orang itu bersalaman. Nirma menatap Jian seolah bertanya kenapa adik dari majikannya itu sampai datang ke rumah mereka. 

Hari itu setelah Jaya mengantarkan Jian pulang dalam keadaan pucat dan demam, ia sempat berfikir bahwa Jian diperlakukan tidak baik dirumah majikannya.

Nirma begitu khawatir dan tak tega membiarkan Jian kembali bekerja.

"Nak Daren ada perlu apa kesini?"

"Saya disuruh jemput Jian, Bu. Kakak saya minta Jian buat balik kerja hari ini." Daren mengutarakan tujuannya datang.

"Kak Daren mau masuk dulu? Jian siap-siap sebentar ya." ia coba menawarkan, tidak enak membiarkan cowok itu terus berdiri.

Daren mengangguk dengan semangat kemudian  mengikuti cowok manis itu masuk kedalam.

Aroma lezat dari makanan menyambutnya begitu duduk di kursi kayu ruang tamu. Rumah Jian memang hanya terdiri dari beberapa ruangan saja. Meskipun terlihat sempit namun terasa nyaman untuk ditinggali.

Tak berselang lama Nirma menghampirinya dengan secangkir teh hangat, cocok untuk menghangatkan tubuh di antara udara dingin pagi hari.

"Silahkan, Nak."

[BL] Make You Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang