Flashdandelion
.
.
."Alva belum pulang ya, Om?"
Karin yang baru saja tiba di rumah Rahardian celingukan mencari Alva. Sekarang hampir sore, harusnya cowok itu sudah pulang dari sekolah.
"Kita baru sampai. Mana sopan santunmu?" Ardi menatap tajam putrinya.
Rahardian mempersilahkan mereka duduk. "Sebentar lagi pasti Alva Pulang."
Ardi mengamati suasana rumah temannya. Berbeda sekali dengan rumah yang dikota, disini Rahardian tak membuat huniannya terlihat megah. Malah mengusung konsep minimalis yang nyaman.
Dirinya dulu sempat kaget mendengar teman lamanya itu memilih pindah ke daerah yang jauh dari perkotaan.
"Ada sesuatu yang perlu kami bicarakan. Kamu tidak keberatan kan menunggu sebentar?"
"Nggak masalah, Om." ia mengangguk.
Karin menghempaskan tubuhnya ke sofa. Andai saja Alva tak ikut pindah kesini ia tak perlu susah-susah menempuh empat jam perjalanan untuk bisa bertemu cowok itu. Maria memang menyusahkan saja.
Biasanya Karin ikut kesini bersama Rahardian. Namun, kali ini ia sengaja kemari bersama ayahnya untuk membicarakan perjodohannya dengan Alva.
Seseorang terlihat memasuki dapur. "Lo ngapain disini lagi?" ia cukup terkejut melihat Daren yang santai menuang air minum ke gelas.
"Apes banget nasib gue ketemu lo terus." Daren menatap Karin malas.
"Jawab dulu sialan! Ngapain sih lo disini lagi?"
Kedua bahu Daren terangkat. "Suka-suka gue lah mau ada dimana. Bukan urusan lo juga."
Sepertinya dua orang itu memang tak bisa akur. Hawanya malas melihat satu sama lain. Ya, walaupun kadang Daren menghubungi Karin untuk bertanya apakah teman ceweknya ada yang bisa diajak bersenang-senang.
Karin membuang muka. Cowok itu memang adiknya Maria. Wajar juga kalau sering ada ditempat ini.
****
Alva turun dari kamarnya setelah selesai berganti baju. Tadi Rahardian menodongnya sebelum masuk ke rumah dengan perintah untuk berpakaian rapi dan menemui tamunya.
Diruang keluarga sudah ada Ardi, teman ayahnya, Karin lalu Rahardian. Alva tidak melihat ada Maria disana.
"Sudah berapa lama Om tidak melihat kamu? Sekarang Rahardian sudah kalah tinggi dengan anaknya." Ardi langsung berdiri saat orang yang ditunggu-tunggu datang.
Mereka berjabat tangan. Alva membungkukkan kepala dan tersenyum tipis.
Tak lama setelah Alva duduk, Jian datang membawa nampan berisi beberapa cangkir teh. Cowok itu masih memakai seragam sekolah.
Jian tak sempat mengganti baju karena Rahardian langsung menyuruhnya menyiapkan camilan dan minuman.
Karin mengambil teh yang diletakkan Jian diatas meja. "Aku dengar dia bekerja karena terlilit hutang, ya? Kasihan sekali."
"Setidaknya dia bukan seperti orang lain yang hanya bisa meminta." mata Alva tertuju pada Karin.
Atmosfer di ruangan itu seketika berubah karena perkataan Alva. Rahardian tak tahu harus bagaimana menanggapi ucapan anaknya. Ia hanya bisa terdiam sampai pembantunya itu kembali ke dapur.
![](https://img.wattpad.com/cover/237056980-288-k536734.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Make You Mine
Novela Juvenil[Boyslove] [Romance] [Yaoi] Hubungan manis antara majikan dengan pembantunya. Alva×Jian Start: 16-08-2020 End: - Warning! Cerita ini berisi konten tentang YAOI. So, don't read if you don't like!