2. | His Eyes

4.9K 335 5
                                    

flashdandelion
.
.
.

Pagi ini jaya sudah bersiap-siap. Ia mendapat tugas mengantar Alva ke sekolah barunya.

Setelah selesai sarapan sepiring nasi goreng tadi, ia langsung mengeluarkan mobil majikannya. Bergegas pergi menunggu di depan gerbang.

Ngomong-ngomong soal nasi goreng, itu buatan Jian. Jaya berani bersumpah itu nasi goreng terenak yang pernah ia makan.

Bahkan mengalahkan nasi goreng dari restoran ternama yang pernah ia datangi dengan Alva.

"Mas Jaya?"

Jaya menoleh ke sumber suara. Baru saja disinggung nasi gorengnya, eh orangnya sudah muncul. Begitulah pikir Jaya.

Cowok kecil itu keluar dari pintu samping rumah. Sejak Maria memintanya menjadi pembantu, baru hari ini Jian mulai tidur dirumah majikannya.

Kamar tidurnya juga terlalu bagus untuk ukuran pembantu. Jian kadang merasa tidak enak, Maria sangat baik padanya.

"Eh Dek Jian, mau berangkat sekolah juga?" Jaya bertanya.

Jian mengangguk lucu, membuat Jaya gemas melihatnya. "Iya Mas. Gimana nasi gorengnya enak, ndak?"

Acungan jempol langsung ia dapatkan dari Jaya. Jian tersenyum puas.

"Ayo kalau mau berangkat sama Mas Jaya aja, sekalian nganterin Den Alva." ajak jaya.

"Eh, ndak usah Mas. Jian naik angkot aja di perempatan depan." tolaknya halus.

Lagipula mana ada seorang pembantu yang berangkat sekolah satu mobil dengan majikannya. Itu namanya tidak tahu malu.

Akhirnya Jaya hanya mengangguk menatap Jian yang berlari kecil menjauh.

Dia gemas sedari tadi melihat cowok kecil itu dengan seragam SMA lengkap dan ransel coklat di punggungnya.

Jujur saja saat pertama kali bertemu dengan Jian, ia sempat berfikir kalau Jian itu seorang cewek tomboi.

Jaya sampai dibuat linglung dengan wajah manis Jian, tapi setelah diperhatikan ternyata Jian itu cowok. Dada Jian datar sama sepertinya.

"Ck ck! Kok ada ya cowok ayu tenan." dia geleng-geleng kepala.

"Kenapa lo senyum-senyum sendiri? Kerasukan?" tegur Alva yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping pembantunya.

Senyuman Jaya hilang lalu digantikan cengiran. "Hehe sudah siap, Den? Ayo berangkat!" jawabnya semangat. Ia membukakan pintu mobil untuk Alva.

Yang mendapat perlakuan seperti itu hanya menurut dan mengernyit heran.

Alva mendudukkan dirinya di kursi depan mobil. Dengan tak bersemangat ia mengunyah gigitan roti tawar berbalur selai kacang yang ia ambil sebelum keluar rumah.

Ia terlalu malas untuk duduk dan menikmati sarapan bersama Rahardian dan perempuan itu.

Disampingnya, justru Jaya yang terlihat bersemangat. Menginjak gas mobil dan menyetir dengan tenang, sesekali bergumam mengikuti lagu yang sedang diputar.

Alva melirik sekilas. "Yang mau masuk sekolah itu gue, kenapa lo yang semangat banget?"

"Harus semangat dong, Den! Abis lihat yang bening-bening nih."

"Ck, itu si Asih tunangan lo di kampung gimana nasibnya? Jangan selingkuh."

"Asih kan cinta sejati saya, Den. Nggak mungkin lah saya selingkuh!" Jaya menjawab, tak terima dituduh selingkuh.

[BL] Make You Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang