<flashdandelion>
.
.
.
"Gue ikut!"
Bukan Karin namanya jika tidak bisa mendapatkan apa yang ia mau.
Wajah dingin Alva tak cukup untuk membuatnya menyerah agar bisa ikut pergi dengan cowok itu. Ia tak habis pikir kenapa Alva lebih memilih mengajak Jian daripada dirinya. Dari penampilannya saja sudah terlihat memalukan.
"Lo bisa bawain barang gue, kan?" tanyanya pada Jian. Lihat saja hari ini ia akan membuat cowok itu sengsara!
"Bisa." jawab Jian. Ia segera menghampiri Karin. Namun, Alva lebih dulu menahannya.
"Kedua tangan lo masih berfungsi, kan? Bawa barang lo sendiri."
Dalam hati ia berteriak kesal. Alva dengan sifatnya memang terkadang membuatnya sakit hati. Mau tak mau ia harus menggeret kopernya sendiri.
Sebenarnya mereka hanya akan menginap satu malam tapi Karin dengan percaya diri membawa banyak baju seolah akan pernah berlibur.
Gerimis mengiringi kepergian mobil Alva. Disampingnya, Jian masih saja kagum melihat Alva yang bisa menyetir. Tentu saja tidak ada yang tidak bisa cowok tinggi itu lakukan.
Ah ada! Yang cowok itu tidak bisa lakukan, memasak dan mengurangi kadar kebucinannya. Jian memperhatikan penampilan Alva. Hanya dengan kaos hitam dan celana jeans serta rambut yang sedikit berantakan, Alva masih saja terlihat begitu menawan. Jian sampai tak percaya kalau sosok itu adalah kekasihnya.
"Ada sesuatu di wajah gue?" pertanyaan yang keluar dari mulut Alva membuat Jian langsung menggeleng lalu menolehkan wajah ke arah lain. Cowok manis itu malu sudah ketahuan sedang menatap wajah pacarnya.
"Um Mas Alva kita mau kemana?" tanya Jian mengingat Alva belum memberitahu akan membawanya kemana.
"Lo bakal tau nanti. Tidur aja kalau lo bosen" Alva mengusap lembut kepala Jian.
Jian mengangguk menurut. Meskipun ia sedikit takut karena tidak pernah bepergian terlalu jauh tapi kali ini Jian akan percaya pada Alva; seberapa jauh pun mereka pergi Jian akan merasa aman jika itu bersama Alva.
Interaksi manis dua orang itu sukses membuat satu-satunya perempuan disana merasa cemburu. Rasanya Karin ingin mendorong Jian keluar dari mobil. Alva tak pernah memperlakukannya selembut itu. Sejak pertama kali bertemu, cewek itu memang sudah menaruh rasa pada Alva. Paras tampan milik Alva mampu membuat Karin menolak semua laki-laki mapan yang pernah mencoba mendekatinya. Sayangnya Alva tak pernah sekalipun memperhatikannya. Cowok itu seolah membuat pembatas tinggi yang tak mudah dilewati oleh siapapun.
Namun, Jian dengan mudahnya bisa melewati pembatas itu, atau lebih tepatnya Alva yang sudah membukanya khusus untuk cowok manis itu. Karin mengepalkan tangannya. Itu tidak boleh terjadi! Jian sudah merebut tempatnya. Cowok kampung itu hanya pendatang baru di kehidupan Alva dan disini hanya ia yang pantas berada sisi Alva.
****
Setelah dua jam lebih menunggu, akhirnya Alva berhasil membawa Jian untuk beristirahat bersama di dalam kamar. Setibanya siang tadi, Larasati langsung menyambutnya dengan heboh. Neneknya itu tampak begitu senang saat melihatnya datang bersama Jian. Sampai-sampai Alva ditinggalkan karena neneknya yang menyebalkan itu mulai memonopoli pacarnya.
Kamar yang mereka tempati jauh lebih besar dari kamar Alva. Jian memasukinya dengan ragu-ragu. Ranjang besar dengan seprei putih menyambutnya. Dua lemari besar berdiri disisi kanan, satu sofa dengan warna yang sama diletakan di samping jendela besar. Dari sana ia bisa melihat taman besar dan bangunan yang lumayan kecil di samping kanan taman itu. Kalau di perhatikan tempat ini lebih cocok disebut mansion daripada rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Make You Mine
Teen Fiction[Boyslove] [Romance] [Yaoi] Hubungan manis antara majikan dengan pembantunya. Alva×Jian Start: 16-08-2020 End: - Warning! Cerita ini berisi konten tentang YAOI. So, don't read if you don't like!