27. | Hard to Deny

1K 83 1
                                    

Flashdandelion
.
.
.


"Aaaa... Kenalin dong sama majikan kamu. Yang kakak kelas kita itu!"

Satu teman Jian datang dan mencomot baklava yang ada di meja. Cewek bernama Ayu itu kemudian duduk di depan Jian.

"Heh main ambil aja!" Dewi memukul tangan Ayu.

Jian tersenyum melihat tingkah teman-temannya. Hari ini ia kembali masuk ke sekolah setelah satu minggu lebih izin. Kakinya juga sudah lebih baik dari sebelumnya.

Jam istirahat ini Jian menawari beberapa teman dekatnya untuk mencicipi bekal yang ia bawa. Baklava dan cookies pemberian Larasati tempo hari.

"Emang ya makanan orang kota itu enak-enak." temannya, Panji, memejamkan mata menikmati baklava di mulutnya.

Dewi mengangguk setuju. "Ini tuh makanan mahal, Ji."

Mereka berempat duduk berhadapan di dalam kelas. Dewi, Ayu dan Panji adalah teman dekat Jian. Selain karena satu sekolah, rumah mereka juga berdekatan.

"Ayo dong Jian, kenalin kita sama majikan kamu." Ayu kembali pada keinginan awalnya.

"Lah gimana mau kenalan dia aja jarang ngomong." jawab Dewi cepat.

"Hah masa sih?" giliran Panji yang bertanya.

Jian bingung menjawabnya. Tapi, Dewi ada benarnya juga. Alva memang jarang berbicara apalagi dengan orang baru. Kadang saat bersamanya saja cowok tinggi itu lebih banyak diam.

Kalaupun bersuara pasti selalu singkat, padat dan jelas. Intinya Alva hanya akan berbicara kalau ia merasa perlu.

"Eh tapi kenapa dia pindah kesini? Maksudnya kan dia itu orang kota, ngapain malah pindah ke desa." Panji kembali bertanya.

Ia penasaran juga dengan alasan majikan Jian pindah ke daerah mereka yang jauh dari pusat kota.

"Jian juga ndak tau. Tapi, katanya bu Maria mau cari suasana yang nyaman buat kehamilannya."

Panji tak mengerti. "Emangnya di kota sana ndak nyaman?"

"Ya biasanya di kota-kota besar kan itu apa namanya, yang rame itu terus bikin pusing itu loh... Ah crowded!"

"Dih sok pakai bahasa Inggris" tangan Panji menoyor kepala Ayu.

"Kampret Panji! rambut aku jadi kotor ih!"

Jian dan Dewi tertawa. Dari dulu dua orang itu memang seperti kucing dan tikus. Panji yang super jahil sedangkan Ayu gampang sekali dijahili. Tapi, herannya malah bersahabat sampai sekarang.

"Ngomong-ngomong kamu ndak jadi bantuin bude panen jeruk dong sabtu besok?"

Pertanyaan Dewi membuat Panji dan Ayu berhenti ribut. Perkebunan jeruk di desa mereka akan memasuki masa panen sabtu yang akan datang.

Dan sudah jadi kebiasaan mereka berempat untuk ikut membantu para orang tua memanen jeruk.

Jian mengangguk. "Sepertinya ndak bisa, Wi."

"Yah ndak full team dong besok?" ujar Ayu sambil menopang dagunya dengan lesu.

Berbeda dengan Ayu yang sedih, Dewi mencolek pipi Jian. "Bilang sama Mas Dito aja suruh bantu bude kamu panen sabtu besok hehe."

[BL] Make You Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang