6. | Paper Heart

3.7K 258 2
                                    

flashdandelion
.
.
.

Pagi mereka menjadi canggung. Tidak ada saling sapa sejak mereka bangun tidur.

Alva yang biasanya selalu membuka suara lebih dulu hanya berani melirik punggung kecil Jian dari meja makan. Beberapa pertanyaan berputar di kepalanya.

Apa cowok manis itu marah? Apakah ia sudah keterlaluan semalam? Entahlah Alva tak tahu.

Lagipula itu hanya sebuah ciuman. Tidak lebih, jadi Alva rasa tidak ada yang perlu cowok itu sesali.

Perhatian Alva teralih saat Neneknya datang lalu menarik kursi didepannya. Ayahnya dan Maria belum terlihat pagi ini. Mengenai perempuan itu, Alva sudah tahu dari Jaya kalau Maria sedang mengandung, tapi tentu saja itu bukan urusannya.

"Jadi, kapan Nenek akan pulang?"

Larasati mendelik tajam. "Nada bicaramu itu terdengar seperti sedang mengusir Nenek tau!"

"Memang." ujar Alva tak takut.

Ayolah, kalau Neneknya itu masih tinggal di sini, nanti malam ia akan tidur dimana lagi? 

Ruang tamu? Didepan TV? atau pilihan paling buruk ia akan tidur bersama Jaya.

Kamar Jian? Oh Alva juga tak akan keberatan, tapi ia tak mau membuat cowok manis itu risih lagi karena tidur terlalu dekat dengannya.

Ya, semalam mereka tidur berdekatan karena ranjang Jian memang hanya muat untuk satu orang. Walaupun tanpa dipungkiri Alva justru menikmatinya.

"Nenek akan pulang nanti sore. Apa kau puas anak nakal?!"

Alva tersenyum lebar mendengarnya.
"Terima kasih. Aku menyayangimu."

"Tapi Nenek tidak menyayangimu! Hm, rasanya sangat sedih harus berpisah dengan Jian." ujar Larasati dengan nada sedih.

Dari dapur Jian tersenyum mendengarnya. "Nenek mau Jian buatkan sesuatu sebelum pulang?"

Mendengar tawaran Jian membuat Larasati langsung menghampiri cowok itu lalu memeluknya erat. Ia jadi ingin punya cucu seperti Jian.

"Ah! bagaimana kalau kamu ikut Nenek pulang ke rumah. Kita tinggalkan Alva disini, anak tetangga Nenek sepertinya cocok sama kamu." canda Larasati.

"Mana bisa seperti itu." Alva menjawab tak terima.

Mendengar nada cemburu itu membuat Larasati tertawa geli. Sepertinya cucunya ini tipe seme yang posesif.

Ah manisnya!

"Kenapa kamu yang menjawab? Nenek kan hanya mengajak Jian." ujarnya kembali meledek.

Alva bangkit dari duduknya. Jian yang tadinya ikut tertawa langsung terdiam saat melihat wajah dingin majikannya itu. Cowok itu tanpa basa-basi menarik tangannya.

"Dia milikku. Jadi, Nenek jangan berbuat seenaknya." nada tajam Alva membuat Jian menciut.

Meskipun canggung, Jian lebih memilih diam dan mengikuti langkah kaki Alva dari pada protes dan membuat mood cowok tinggi itu semakin buruk.

Jaya sudah terlihat menunggu diluar. Jadi, mereka akan berangkat sekolah bersama?

"S-sebentar Mas, Jian ambil tas dulu di kamar." ucapnya menghentikan Alva.

"Tas lo udah ada didalam mobil. Masuk sekarang."

Jian hanya menurut. Ia mendudukan dirinya tenang di dalam mobil. Jaya melihat keduanya dengan heran lalu melirik wajah Alva. Ah, rupanya cowok itu sedang kesal.

[BL] Make You Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang