16. | Who is in danger?

2.1K 165 3
                                    

<flashdandelion>

.

.

.


"Jian ndak mau liat lagi!"

Jian memutar tubuhnya membelakangi layar laptop yang menampilkan adegan dua orang laki-laki yang tengah berciuman dengan panas itu mulai mengeluarkan suara-suara aneh. Hal yang baru pertama kali ia lihat itu sukses menciptakan semburat merah di pipinya.

"Eh ini videonya belum selesai, Beb."

Dewi yang sedari tadi sibuk mengunyah keripik kentang pun mencoba membalik tubuh sahabatnya. Cewek itu tertawa dalam hati, padahal sebentar lagi adegan inti dan Jian malah berhenti menontonnya.

Mereka berdua sedang berada di kamar Jian. Berhubung hari ini ujian mereka sudah selesai, Dewi memutuskan untuk menginap satu malam di rumah Jian. Ia sudah menyiapkan beberapa film boyslove untuk di tonton bersama.

Sebenarnya ia sudah menduga kalau Jian akan bereaksi seperti tadi, sahabatnya itu masih sangat polos dan menggemaskan. Dewi bahkan tidak kuat saat melihat Jian merengek memintanya untuk berhenti memutar video tadi.

"Ndak mau Wi, Jian ndak mau nonton itu lagi." ujarnya masih dengan posisi membelakangi layar laptop milik Dewi.

"Kamu malu, ya?" Dewi tersenyum lalu menusuk-nusuk pipi Jian.

Cowok manis itu menggeleng lalu segera membenamkan wajahnya di bantal. Tentu saja Jian malu, apalagi kedua laki-laki divideo tadi hampir telanjang. Jian pikir kalau ia dan Dewi akan menonton film kartun seperti kesepakatan awal mereka, namun Dewi dengan segala kelicikannya berhasil menjebak Jian.

Ya, ini adalah rencana Dewi. Gadis fujoshi itu sudah sejak lama ingin melakukan hal ini.

Anggaplah ia sedang membantu Jian agar sahabatnya itu tak terlalu kaget saat akan bercinta dengan Alva nanti. Aw! Membayangkannya saja sudah membuatnya hampir mimisan. Jangan heran karena otak seorang fujoshi memang selalu mengerikan.

"Kata Dewi kita mau nonton kartun, tapi kenapa malah nonton itu?" Jian menatap Dewi dengan bibir yang menekuk kebawah. 

"Bosen ah nonton kartun terus. Mendingan nonton film boyslove aja nih biar kamu tau kalau mau begituan sama Mas Alva."

Jian memukul Dewi dengan bantal. Tidak bisakah sahabatnya itu berhenti berbicara hal seperti itu karena demi Tuhan Jian benar-benar malu.

"Ya udah kalau gitu Jian mau tidur aja." ia bersiap menarik selimut.

"Eh jangan tidur dulu, Beb! Cemilannya masih banyak nih, lagian masih jam sembilan. Mending kita ngegosip dulu yuk." Dewi menarik tangan Jian agar kembali duduk.

"Tapi kalau Dewi mau ngomongin komik yang kemarin, Jian ndak mau."

Dewi terkekeh. "Hehehe engga bakal ngomongin itu lagi kok."

Komik yang Jian maksud adalah komik yaoi yang kemarin sempat ia tunjukkan pada cowok manis itu. Karena perbuatannya, Jian tak mau bicara padanya seharian.

"Beb, pacar kamu nggak marah kan kalau aku nginep disini?" tanya Dewi.

Jian menggeleng. Sebelumnya ia sudah bilang pada Alva kalau ia akan tidur di rumah bersama Dewi dan pacarnya itu hanya mengangguk singkat.

Sore tadi Alva mengirim pesan kalau hari ini dan besok cowok itu akan berada di kota bersama Jaya untuk mengurus sesuatu. Sebenarnya Jian sedikit khawatir membiarkan Alva pergi sebab cowok itu sedang demam dan butuh istirahat. Pacarnya itu kelelahan karena menyelesaikan banyak lukisan sekaligus.

[BL] Make You Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang