8. | Kissmark

3.7K 245 1
                                        

flashdandelion
.
.
.

Sejak Maria tahu kalau Jian berpacaran dengan Alva, entah kenapa perempuan itu jadi sedikit lega. Maria sama sekali tak mempermasalahkan jika Jian yang menjadi pacar anak tirinya itu.

Justru ini adalah kesempatannya untuk menggunakan Jian agar Alva bisa mulai menerimanya sebagai seorang Ibu.

Lain halnya dengan Jian yang mengetahuinya, cowok manis itu hampir menangis karena takut Maria akan marah dan memecatnya.

Ini juga salah Alva. Cowok itu dengan santainya selalu menempeli Jian saat cowok manis itu sedang bekerja, seolah-olah hanya ada mereka berdua dirumah itu.

Alva jadi sering merecoki Jian saat sedang memasak, mengurung cowok manis itu untuk menemaninya melukis atau tiba-tiba ada di samping Jian saat ia bangun tidur.

Jaya yang melihat dua orang itu tampaknya tak kaget. Ekspresi wajah majikannya sudah cukup menjelaskan semuanya.

Dari situ ia juga sering menggoda Jian habis-habisan sampai wajah cowok kecil itu memerah menahan malu. Rasanya menyenangkan melihat kelucuan pasangan baru itu.

Sebenarnya tak banyak yang berubah setelah mereka berdua berpacaran. Jian tetap menjadi pembantu dirumah itu. Cowok manis itu melakukan tugasnya seperti biasa walaupun Alva jadi sering membuntutinya.

Ngomong-ngomong, Alva juga jadi sedikit manja pada Jian. Seperti pagi ini, Jian harus membangunkan cowok itu dan jujur saja ini adalah tugas yang paling berat untuknya.

Sebenarnya Alva cukup mudah untuk dibangunkan, Jian tak perlu sampai berteriak, hanya saja jika cowok itu sudah bangun maka Jian akan langsung ditarik ke tempat tidur dan dijadikan guling oleh Alva.

Jika itu sudah terjadi Jian akan susah melarikan diri. Cowok itu benar-benar tak mau melepaskannya sampai Jian memberikan satu morning kiss. Alva memang selalu bisa menggunakan kesempatan dalam kesempitan.

Ceklek

Hawa dingin langsung menyentuh kulit Jian saat ia memasuki kamar Alva. Ia berjalan mengambil remote AC lalu menaikkan suhunya agar lebih hangat.

Dari subuh tadi hujan turun begitu deras dan sepertinya akan bertahan sampai siang nanti.

Jian berdiri di sisi kanan ranjang, menjauh dari tempat Alva agar cowok itu tak bisa menariknya lagi.

"Mas Alva bangun."

Alva bergerak dari tidurnya. Matanya mengerjap beberapa kali sebelum menyadari kehadiran Jian diseberangnya.

"Mas Alva mau mandi dulu atau Jian ambilkan sarapan?"

Cowok tinggi itu menggerakkan jarinya, memberi tahu Jian untuk mendekat.

"Huh?" Jian mengerjapkan mata bingung.

Alva memilih bangun lalu duduk menyenderkan punggungnya. Suara deras hujan terdengar ditelinganya.

Jian masih setia berdiri. Rupanya cowok kecil itu sengaja berdiri berjauhan dengannya. Antisipasi yang bagus menurut Alva.

"Sini." Alva menepuk pahanya.

Rona merah menghiasi pipi Jian begitu tahu maksud dari perintah Alva. Jian segera menggelengkan kepalanya.

"Ndak mau!" ucapnya menolak. Alva dibuat semakin tertantang dengan jawaban Jian. Pacarnya itu sudah berani menolak ternyata. Alva tertawa dalam hati.

"Mau duduk sendiri atau gue paksa?"

Satu hal yang Jian tahu kalau Alva itu tak pernah main-main dengan ucapannya. Ia memilih menaiki ranjang dengan ragu. Tentu saja ia harus hati-hati, siapa tau cowok di depannya ini punya rencana lain.

[BL] Make You Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang