19. | Jealous

2.1K 130 5
                                    

<flashdandelion>
.
.
.

Tidak ada pilihan lain untuk Alva selain mengalah saat dua satpam gedung itu tetap melarangnya masuk.

Sebenarnya ia bisa saja menyerobot masuk kesana tapi ia sedang tidak ingin ribut.

Langkahnya ia seret berbalik menuju tempat dimana mobilnya terparkir.

Alva menghembuskan nafas kasar. Jam menunjukan pukul delapan malam dan acara menye-menye milik ibunya itu belum selesai.

Entah sudah berapa kali Alva mengecek ponselnya, namun sama sekali tidak ada balasan dari Jian. Setelah makan siang tadi Jaya diminta mengantar ayahnya pergi keluar kota untuk urusan bisnis.

Alva menyandarkan tubuhnya pada mobil dan memejamkan mata. Udara malam kota kini kembali ia rasakan. Sedikit membuka kenangan tentang ibunya.

Kinan selalu meminta Alva menemaninya jalan-jalan di malam hari, sekedar menghirup udara malam yang dingin namun menenangkan. Ibunya itu selalu bersemangat saat melihat gemerlap lampu kota malam hari, kepulan asap dari deretan pedagang di pinggir jalan serta bising klakson kendaraan yang saling bersautan tak sabar.

Hal-hal sederhana itu memberi sedikit ruang bahagia dikehidupan ibunya yang sepi. Alva sekejap membuka mata. Nafasnya berubah lebih cepat, itu jelas bukan kenangan yang indah untuk diingat.

Tangannya merogoh saku celana, menyalakan ponselnya namun diakhiri decakan kesal.

"Sialan!" ia berlari menuju pintu masuk bangunan di depannya.

Dua satpam itu bersiap menghadangnya sebelum kemudian dua orang cowok keluar dari sana.

Cowok tinggi itu berhenti. Jian berjalan sambil sesekali tersenyum menanggapi cowok disampingnya.

Mereka berdua tampak akrab. Alva menatap pemandangan di depannya dengan tajam.

"Mas Alva?" seru Jian begitu menyadari keberadaan Alva.

"Kenapa lo bisa sama dia?" tanpa basa-basi Alva menarik tangannya Jian agar berdiri di sampingnya.

Jian menatap Alva. "Oh ini Kak Daren, Mas. Dia yang nemenin Jian tadi." cowok kecil itu menjelaskan.

"Apa kabar, adik ipar?"

"Ayo pulang." Jian bingung saat Alva tiba-tiba menariknya pergi.

Ia membungkukkan badan sebagai ucapan terima kasih sebelumnya mengikuti langkah Alva yang cepat.

Daren hanya tersenyum, tidak menduga akan bertemu dengan anak tiri kakaknya. Sepertinya ini akan jauh lebih menarik.

****


Ini berbeda dari biasanya. Jian tau Alva tidak seperti Jaya yang hobi membuka mulut tapi sejak mobil Alva melaju membelah jalanan kota, kekasihnya itu masih terdiam.

Bahkan menoleh saja tidak. Jian jadi mengurungkan niatnya untuk bertanya kenapa cowok itu bisa tau ia ada di sana tadi.

Tak lama mobil mewah Alva memasuki area parkir. Gedung tinggi berdiri menjulang di depan Jian. Alva kembali menggandeng tangannya untuk masuk kedalam. Dua perempuan di meja resepsionis segera tersenyum pada mereka.

[BL] Make You Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang