25. | Angel's Whisper

1K 89 3
                                    

Flashdandelion
.
.
.

Karin membenci Jian. Wajahnya, suaranya, tubuhnya, semuanya. Karin benci semuanya.

"Dia pikir dia pantas ada disini?"

Karin tidak pernah merasa sekalah ini. Melihat betapa mudahnya cowok itu mendapatkan hati yang telah lama ia damba. Tidak mudah untuk menyingkirkannya, tapi bukan berarti Karin tak bisa.

"Heh!" ia berteriak dari pintu belakang.

Keduanya menoleh. Jian dan Jaya dengan sarung tangan mereka tengah mencabuti rumput liar yang tumbuh disekitar tanaman. Rumput liar itu harus rutin dibersihkan supaya tak mengganggu tumbuh kembang tanaman.

Pot-pot berisi benih bunga berjejeran di rak besi yang baru dibeli. Karin memakai sandal untuk turun menghampiri dua orang itu.

"Lo disuruh siapin mobil buat check up tante Maria ke rumah sakit." ujar Karin menunjuk Jaya dengan dagunya.

"Mas tinggal dulu, ya." Jaya melepas sarung tangan.

Jian mengangguk. Pekerjaan mereka juga hampir selesai. Matanya melirik Karin yang juga menatapnya sambil melipat kedua tangan.

"Lo pasti ngerasa bangga ya bisa dekat sama tante Maria?"

"Maksudnya, Mbak?" Jian bertanya tak mengerti.

Karin berdecak. "Nggak usah sok polos! Lo pikir dengan dekat sama tante Maria bisa buat Om Ian luluh dan menerima lo jadi pacar Alva? Sampai kapanpun Om Ian nggak akan sudi anaknya punya pasangan payah kaya lo."

Tubuh Karin yang lebih tinggi beberapa senti berjalan mendekati Jian. Cewek itu melemparkan senyum remeh.

"Kapan sih lo mau sadar? Orang orang kaya lo itu menjijikkan. Stop dekat-dekat sama Alva. Biarin dia hidup normal seperti seharusnya."

Rintik hujan mulai turun dari langit yang telah mendung. Dada Jian terasa sesak. Selama ini ia hanya jatuh cinta. Apakah cintanya ini tak normal sama seperti cinta orang lain?

"Jian cuma sayang sama Mas Alva. Apa itu salah?" suaranya bergetar saat menatap Karin.

Hujan turun semakin deras tapi Karin tak peduli. Didorongnya tubuh Jian hingga menabrak rak besi dibelakangnya. Dua tangannya mencengkram erat pundak Jian.

"Salah lo yang lancang suka sama dia! Gue nggak peduli sama perasaan lo tapi cuma gue yang pantes buat Alva!"

Karin berteriak marah. Dengan cepat ia menyingkirkan tubuh Jian dan menjatuhkan rak besi berisi pot itu hingga tepat mengenai kaki kiri Jian. Ia tersenyum puas melihat cowok itu menjerit kesakitan.

Tak sampai disitu, satu kaki Karin menekan kuat rak besi itu saat tangan Jian mencoba mengangkatnya.

Tubuh Jian jatuh terduduk. Kedua tangannya masih terus mencoba menyingkirkan rak besi itu. Tak lama matanya terpejam kuat menahan rasa sakit yang mendera dikakinya.

"Nggak ada untungnya lo nyakitin dia."

Suara Alva bagai petir bagi Karin. Nyalinya menciut saat melihat tubuh tinggi itu berjalan mendekat menembus hujan.

[BL] Make You Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang