28. | Make Me Fall

945 83 2
                                    

Flashdandelion
.
.
.

Alva tersenyum tipis saat menerima uluran air minum dari tangan Nirma.

Perempuan itu tak tampak kelelahan meski telah seharian bolak-balik menggendong keranjang berisi jeruk. Sore ini semua jeruk di perkebunan sudah selesai di panen.

"Terima kasih ya sudah membantu Bude panen jeruk hari ini. Maaf kalau merepotkan."

Alva menggeleng. "Saya sama sekali tidak merasa direpotkan."

"Keluarga nak Alva sudah sangat baik sama Jian. Keuangan kami jauh membaik setelah Jian bekerja di sana. Berkat itu kami perlahan bisa melunasi hutang-hutang ayahnya." Nirma tersenyum teduh.

"Terkadang Bude merasa khawatir karena Jian harus bekerja diusianya yang masih remaja. Bude sudah pernah melarangnya, tapi ia tetap bersikeras untuk bekerja."

Alva bisa melihat raut khawatir di wajah Nirma. Bisa dibayangkan bagaimana kuatnya mereka berdua menghadapi kenyataan yang sulit.

Tak mudah bagi Jian maupun Nirma untuk mengumpulkan uang ratusan juta agar hutang itu terlunasi.

"Mungkin nak Alva sudah tau soal orang tua Jian." ucapnya menatap Alva.

"Ayahnya bukan orang yang baik. Pemarah, suka berjudi dan tak bertanggung jawab bahkan dengan dirinya sendiri. Sedangkan ibunya adalah perempuan antah berantah yang Bude sendiri tak tahu dari mana."

Faktanya itu adalah hal yang baru Alva dengar. Ia memang sudah tahu soal hutang ayah Jian, tapi ia tak menyangka bahwa cowok kecil itu sama sekali tidak pernah melihat wajah kedua orang tuanya.

Hal menyedihkan apa lagi yang Jian sembunyikan darinya?

Tangan Nirma bergerak menggenggam tangan Alva. "Apa Bude boleh minta tolong sama kamu?"

Kepala Alva mengangguk tanpa ragu. "Tolong jaga Jian untuk bude. Jaga dia kalau Bude sudah tidak ada disampingnya."

"Saya janji."

Nirma tersenyum lega. Perempuan lima puluh tahunan itu menepuk pundak Alva sebelum kembali beranjak menuju tenda dimana hasil panen dikumpulkan.

Dito banyak bercerita soal Alva padanya. Jadi, ia percaya kalau Alva bisa menjaga Jian bahkan tanpa ia minta.

Langit mulai berubah menjadi jingga. Beruntung hari ini cerah sehingga panen bisa rampung sampai sore. Bunyi jangkrik mulai terdengar. Lampu-lampu di tenda juga dinyalakan.

Dari tempatnya duduk, Alva bisa melihat Jian yang tengah memisahkan jeruk-jeruk sesuai ukurannya untuk nanti diserahkan ke para juragan.

Cowok manis itu sesekali tertawa dengan Dewi dan Ayu yang juga berada di tenda bersama penduduk lainnya.

"Ngelihatnya ndak usah serius gitu, Mas. Jiannya ndak bakal hilang kok."

Alva mendongak begitu mendengar tawa seseorang. Cowok yang pernah ia lihat disekolah itu duduk disampingnya.

"Aku Panji tapi bukan Panji petualang loh hehe. Aku yang waktu itu nebeng di mobilnya Mas." ia mengulurkan tangan.

[BL] Make You Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang