Part 25

4.2K 459 19
                                    

Tom memutuskan untuk bekerja dari penthouse saat kandungan Lily memasuki minggu tigapuluh empat, pertemuan yang harus dia lakukan akan dilakukan di ruang pertemuan hotel HC, atau jika dia harus ke kantor maka Lily harus ikut bersamanya. Dia tidak ingin meninggalkan Lily sendirian, kuatir saat Lily sendiri waktu melahirkan tiba, selain itu semua perlengkapan melahirkan Lily sudah siap di dalam mobilnya, Tom benar-benar menjadi suami siaga.

Kedatangan grandpa yang memutuskan menginap di hotel membuat Lily senang, walau setiap hari sejak grandpa menginap selalu mendengar perdebatannya dengan Tom, tentu saja perdebatan tentang hal yang tidak penting tetapi jika sudah berdebat menjadi terlihat sangat penting.

"Li, kamu dan bayimu tidak stress harus terus mendengar omelannya?" kata grandpa.

"Lebih stress seminggu ini grandpa dan mungkin nanti setelah bayi ini lahir dan bisa berbicara." Jawaban Lily membuat dua pria di meja makan menoleh padanya.

"Kenapa?" tanya grandpa.

"Karena aku harus mendengarkan omelan tiga pria yang berada dalam satu garis keturunan."

"Hahahaha......." Houston sr tertawa, dia membayangkan jawaban Lily sehingga tawanya semakin keras.

"Jangan mengejutkan putraku dengan tawamu, nanti keluar sebelum waktunya siapa mau tanggung jawab?" kata Tom yang sebenarnya kuatir grandpa tertawa berlebihan.

"Tentu saja kamu yang tanggung jawab. Lily istrimu, dia hamil anakmu, mengapa aku yang harus tanggung jawab." Grandpa menghentikan tawanya dan memulai kembali perdebatan dengan cucunya.

Lily berdiri, "Mau ke mana?" tanya Tom.

"Toilet." Jawaban singkat yang tidak perlu ditanggapi karena semakin bertambahnya usia kandungan Lily ke toilet adalah kebiasaan rutin yang semakin sering dia lakukan.

Memastikan istrinya masuk ke toilet di lantai bawah dengan selamat, Tom baru melanjutkan sarapannya.

"Jadi melahirkan secara normal?" tanya Houston Sr.

"Ya, dokter mengatakan kondisi Lily baik dan cucu menantumu itu keras kepala jika sudah memutuskan sesuatu yang dia inginkan, daripada membuatnya menangis lebih baik mengikuti keinginannya sambil memastikan kondisinya."

"Lily wanita berani, aku yakin dia bisa melaluinya sebaliknya yang aku kuatirkan dirimu."

"Ada apa dengan diriku?"

"Kamu mau menemaninya di ruang bersalin padahal kamu tidak tega melihat dia sakit, bagaimana kamu bisa menambah cicit untukku jika setelah melihat hal itu kamu takut menghamili Lily." Jika dipikir mereka akan mengobrol dengan tenang ternyata pikiran itu hanya dalam angan-angan, perkataan Houston Sr tentu saja membuat Tom kesal.

"Jangan kuatir, aku akan tetap menjalankan proyek selanjutnya, hanya saja saat akan melahirkan berikutnya jika aku tidak tega, aku akan minta Lily melahirkan dengan operasi."

"Pintar, kudoakan semoga Lily mau mendengarkan permintaanmu itu."

"Tenang saja aku sudah menyusun rencana selanjutnya."

"Rencana apa?" pertanyaan Lily membuat Tom tidak melanjutkan pembicaraan dan mencari topik aman lainnya untuk mengalihkan karena mendekati waktu kelahiran suasana hati istrinya semakin tidak bisa ditebak.

***

Semalam Lily mengalami kontraksi, Tom langsung membawanya ke rumah sakit, karena belum waktunya dokter menempatan Lily di kamar rawat yang memang sudah dipesan oleh Tom sejak awal. Kamar perawatan VVIP dari rumah sakit bersalin itu yang bukan hanya pelayanan terbaik tapi juga keamanan terbaik di rumah sakit itu.

Nice To Meet YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang