part 20

20.3K 2.3K 51
                                    

Ketegangan menyelimuti Gabriel ketika penjaga mengatakan kalau mobil sang Marquesse saat ini sudah mencapai gerbang, ia bahkan sudah berdiri dekat dengan pintu loby utama menyambut kedatangan mereka walau Clara belum datang.

"Apakah anda begitu bersemangat Duke?" Pertanyaan itu membuat Gabriel menatap kearah sumber suara, Clara menggendong Daniel menuruni tangga loby, Gabriel sontak tebuai akan kecantikan istrinya.

"Tuan duke?" Bahkan ia sampai tak sadar kalau Clara sudah sampai didepan matanya.

"Ya?"

"Mengapa anda begitu bersemangat?" Tanya Clara lagi, namun tanpa menjawab perkataan Clara Gabriel menggendong Daniel, menggenggam tangan Clara kemudian berkata.

"Aku begitu tegang, aku berharap mereka hanya akan memarahiku, tanpa membawamu dan Daniel pergi, aku tidak akan bisa hidup jika kalian pergi." Jawaban yang tidak terduga membuat Clara menguatkan genggamannya.

"Entahlah, orang tua saya tidak akan senekat itu."

Para pelayan sudah berdiri berjejer menunduk, Hendry bahkan Gabriel juga berada disana setelah berlari dengan cepat.

Sebuah mobil limosin berlambang keluarga Marquesse Elberg datang tepat ditengah tengah pintu lobi, ah rahasia dibalik pernikahan Gabriel dan Clara adalah karna sang Marquesse merupakan guru pedang Gabriel ketika masih remaja dulu.

Gabriel jadi ingat bagaimana bandelnya dirinya ketika menjadi murid gurunya itu, alasan Gabriel mau menikah dengan Clara selain karna menginginkan penerus juga karna dia ingin membalas budi atas ilmu yang gurunya berikan.

Sekarang, Gabriel yang memakan ludahnya sendiri mengakui kalau dirinya jatuh cinta kepada Clara pada pandangan pertama akan kenyamanan yang istrinya berikan itu.

Pelayan membukakan pintu bagi sang Marquesse, kedua pasangan Marquesse Elberg keluar dari mobil limosin itu diikuti banyaknya box mainan untuk Daniel.

Tatapan menusuk yang Marquesse Elberg berikan kepada Gabriel bahkan sampai membuat Raphael dan Hendry yang ada dibelakangnya merasakan tekanan batin. Yah mereka memang satu perguruan bahkan dengan Kaisar dulu mereka sudah sangat dekat.

"Selamat datang ibu mertua, ayah mertua." Kata Gabriel ketika sang Marquesse sudah berdiri didepannya, tatapannya melunak ketika sang cucu bergumam dan tersenyum seakan mengerti kalau sang kakek dan nenek datang kerumahnya.

Beruntung Gabriel menggendong Daniel, itu mengurangi intensitas tatapan dari ayah mertuanya.

"Terimakasih Tuan duke, anda terlihat baik baik saja." Perkataan yang Marquesse berikan seakan akan berharap kalau dia tidak baik baik saja sehingga anaknya pulang, membuat Hendry dan Raphael sedikit meledek Gabriel, salah siapa dirinya tidak memperlakukan Clata dengan baik.

"Sayang." Agnes yang merasa kalau itu tidak baik segera membuat David terdiam, karna kecanggungan ini Agnes menatap putrinya, tatapan matanya melunak ketika melihat  bagaimana Clara dan Gabriel bergenggaman tangan, terlihat jelas jika Gabriel seperti tak rela melepaskannya.

"Apa kabar ibu?" Clara memeluk ibunya setelah David selesai menatap Gabriel dengan sengit.

"Ibu baik sayangku, bagaimana denganmu? Apa putriku makan dengan baik? Sepertinya Gabriel tidak rela melepaskanmu hm?" Pertanyaan bertubi tubi membuat telinga Gabriel memerah, jujur ia tak menyangka jika Agnes memanggilnya dengan namanya.

"Aku baik ibu, ibu juga baik kan?"

"Kau ini, aku disini dengan keadaan sehat, kau bisa lihat sendiri kalau aku sangat sehat bukan begitu?"

"Syukurlah, lalu ayah, apa ayah baik?

"Tentuu, ayah sangat rinduu, ayah sudah menunggu kau pulang."

Deg, ah jantung Gabriel berhenti sejenak ketika David mengatakan hal itu, yaah, dia tidak ingin Clara pergi.

"Apa yang ayah katakan? Ini rumahku, bagaimana aku bisa pulang kalau sudah berada dirumah?" Clara mengatakan itu sembari menatap Gabriel dengan senyum simpul dan tulus, keresahan dalam diri Gabriel reda ketika Clara mengatakan itu.

Mereka bertatapan tanpa peduli bahwa disekeliling mereka memperhatikan gerak gerik keduanya seperti kekasih baru dan keluarga bahagia.

"Hey, berhenti menatap Putriku seperti itu!" David mengatakan itu secara tiba tiba, entahlah ia belum rela kedua putrinya diambil oleh murid muridnya yang seperti biang kerok baginya.

Entah itu Kaisar atau Duke Hamahera keduanya seperti pencuri bagi David.

"Saya hanya menatap istri saya ayah mertua."

"Aku masih gurumu terlepas kau adalah suami anakku aku."

"Diamlah sayang, Gabriel sudah seperti putraku sama seperti yang mulia kaisar, ketika pertemuan keluarga seharusnya kau tidak mengutamakan kedudukan." Agnes membela Gabriel karna dia tau bagaimana David sangat over kepada kedua putrinya.

Tanpa aba aba, Agnes memegang pipi Gabriel membelainya sama seperti ketika dia memperlakukan John, Clara dan juga Lune. Dia akan menganggap Gabriel sebagai anak kandungnya selagi Gabriel menjaga Clara dengan baik.

"Dengar Gabriel, aku tidak peduli entah itu kau adalah duke Hamahera atau seorang jendral, selagi kau adalah suami putriku yang tersayang kau juga adalah putraku." Gabriel tersenyum, ia merasakan ketulusan seorang ibu lagi, kehangatan keluarga kembali dia dapatkan ketika bertemu dengan keluarga Clara walau David ayah dari Clara seakan menyulut api permusuhan.

"Baik ibu."

Pertemuan itu berlanjut, Raphael dan Hendry juga memberi salam kepada Marquesse yang juga guru mereka. Salam salam itu terhenti ketika John kakak Clara juga datang membawa beberapa mainan sehingga kehangatan itu bertambah.

Ternyata, John, Raphael, Hendry dan Gabriel sangat akrab bahkan mereka bermain ludo bersama David, dan ketika David kalah maka dia akan memaki murid muridnya itu tak kecuali John anaknya sendiri.

Makiannya itu terkesan lucu tanpa kata kasar, seperti saat ini.

"Heii! Dasar bodoh! Kenapa kau memakan bidakku! Kau ingin aku memukul pantatmu seperti dulu huh!" Marahnya ketika John memakan bidaknya.

"Ayah! Ini namanya strategi! Lihat selain bidak ayah, bidak Gabriel juga belum keluar!"

"Cih, aku akan menang dari kalian semua!"

Clara menatap sesekali terkekeh, Gabriel juga sudah mulai akrab dengan itu.

"Ibu lihat keluargamu bahagia." Kata kata Agnes membuat Clara menatap sang ibu.

"Ya?" Clara sempat terdiam ketika dia mendengar ibunya berkata seperti itu, dengan tatapan penuh arti Agnes berkata.

"Bangunlah keluarga yang bahagia Clara, kasih sayang terlihat jelas dimata Gabriel untukmu dan Daniel, terlepas dari rumor yang beredar, ibu percaya kalau keluarga kalian akan bertahan didalam kehangatan."

"Ibu."

"Ketulusan itu terlihat sangat nyata."

"Iya." Clara hanya bisa mengiyakan karna bagaimanapun novel yang ia baca telah tiada, alurnya telah hilang dan kisah tragis tak perlu lagi ia khawatirkan.

THE EVIL MOTHER WILL CHANGE (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang