Eric tersadar di sebuah ranjang. Samar-samar sambil pandangannya mulai jelas, ia lihat jaket hitamnya berada di sebuah kursi yang nggak jauh dari ranjangnya. Kepalanya begitu perih, sampai ia mencoba bangkit. Ia meringis saat kepalanya terasa berat, dan tanpa ia sadari seseorang menahan tubuhnya yang hendak bangun dari ranjang itu.
"Masnya jangan banyak gerak dulu, tadi habis dikasih obat. Efeknya agak pusing, jadi masnya tiduran dulu aja ya." Ucap seorang suster, sambil menuntun Eric buat balik rebahan.
"Sa-saya kenapa sus?." Rintih Eric.
"Kalau itu saya nggak bisa jelasin mas, nanti dokternya kesini buat jelasin." Kata si suster. Hingga nggak lama, seorang dokter dateng dengan bersemangat masuk ke dalam kamar itu. Sontak Eric melongo kaget lihat sosok dokter itu.
"Udah sadar dia?." Kata si dokter.
"Sudah dok, masnya tadi mau bangun cuman saya suruh rebahan lagi." Kata suster.
Si dokter mengecek lengan, mata dan mulut Eric. Dan setelah Eric menutup mulutnya lagi, dia pelan bergumam. "Dokter Jeffry?."
"Hai Eric. Makin ganteng kamu ya." Sapa Jeffry. "Saya tadi kasih obat buat netralisir tubuh kamu. Kamu udah boleh pulang nanti. Yah, setengah jam lagi lah."
"Dokter pindah ke Jakarta?." Tanya Eric. Dia nggak nyangka ngeliat dokter langganannya dan Yayan dulu di Bandung. "Sejak kapan?."
"Ceritanya panjang, setelah yang terjadi sama Adrian. Saya intens jagain dia dan merekomendasikan sahabat saya buat ngerawat Adrian sampai pulih. Lalu, mamanya nawarin saya jadi kepala dokter di rumah sakit ini. So... here I am." Jelas Jeffry.
"Yang terjadi sama Adrian?. Emangnya, Adrian kenapa dok?."
"Oh, you don't know?. Adrian mengalami depresi berat sampai melakukan percobaan bunuh diri, sampai 6 kali." Kata Jeffry.
"What!." Eric tercengang.
"I thought you guys very closed!?." Ucap Jeffry.
"Dokter tau Adrian kenapa?." Panik Eric, dia baru tahu Yayan sebegitu depresinya setelah liat kejadian itu.
"Nope, I don't know. Tapi apapun itu, sekarang Yayan udah berangsur pulih. Apalagi dia juga udah menemukan kebahagiaannya sendiri. Dan punya seseorang yang spesial di sampingnya sekarang." Senyum Jeffry. Kemudian dia pun pamit. "Yaudah, saya tinggal dulu. Saya piket malam ini, setengah jam lagi kamu boleh pulang ya Eric."
Eric terdiam dan berbaring disana untuk sesaat. Dia ikutin arahan dokter Jeffry, dan nunggu selama setengah jam. Hingga akhirnya dia beranjak dan ambil jaketnya buat pergi. Di meja kasir tengah mau bayar. Petugas itu terkejut pas lihat dirinya yang sudah pulih.
"Sudah sehat mas?." Kata mbak-mbak petugas kasir itu.
"Iya udah mbak." Jawab Eric. "Saya mau bayar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Till I Get You 2 [THE END]
Teen Fiction[BL LOKAL 18+] [JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE DAN KOMEN CERITA INI YAAA..!!] {Disaranin baca Till I Get You dan Till I Get You: Friendly Fire dulu yaa} Semenjak Adrian gabung ke tim basket sekolah, Rafky makin yakin kalau pacarnya itu bisa bantu di...