Rumah sakit malam itu mendadak kalang kabut, pasalnya sang pasien rupanya butuh perawatan medis darurat yang nggak bisa ditunda lagi. Kondisinya kritis, bahkan sang kepala rumah sakit pun turut ikut andil dalam mengantar sang pasien ke dalam ruang ICU. Tak hanya itu, seluruh media sampai memberitakan apa yang terjadi pada sang pasien dan bagaimana kondisinya terkini. Nggak heran, sang pasien rupanya adalah anak dari seorang konglomerat dan juga investor utama rumah sakit tersebut. Adrian Meysaka is dying!.
Terlihat sebuah kasur pasien, tengah didorong menuju ruangan ICU dengan bantuan banyak orang yang membantu agar cepat sampai ke sana. Terlihat Rafky yang tengah menggenggam dan berusaha mengajak bicara sang pasien agar tetap terjaga sampai ke ruangan tersebut.
"Stay awake, by. Please! Stay with me!." Rafky menangis, tangannya menggenggam erat Yayan yang juga tengah menatap Rafky.
"Hold on, sunshine. Bentar lagi kita sampai, tahan!." Ucap sang kepala rumah sakit sambil berusaha tenang mendorong kasur itu.
"Dokter Jeffry.." Panggil Yayan dengan lemah.
"Hm?."
"Why you always call me "sunshine", doc?." Parau Yayan, melirik Jeffry yang berada di depan kasur menuntun mereka ke ruang ICU.
"Well, it's simple." Jeffry tersenyum, hingga ia menolehkan wajahnya ke arah Yayan yang berbaring disana. "Because you really are sunshine for everyone. For your mother, for your father, for your brother, for your friends, for your boyfriend, and of course...for me!."
"What did I do to you, doc?." Yayan lemas.
"You saved my career." Gumam Jeffry. "Entah Yayan masih inget atau nggak, dulu Yayan pernah sakit batuk-batuk dan demam sampai 2 minggu lebih. Dulu papa dan mamamu sampai panik karena kamu nggak sembuh-sembuh, padahal udah manggil dokter-dokter terbaik buat rawat kamu. Tapi semua nggak ada satupun yang bikin kamu sembuh. Your dad was my good friend in high school, dia ingat saya dan langsung menghubungi saya buat ngerawat kamu. Padahal waktu itu, saya ditendang dari rumah sakit saya bekerja dulu. Karena berkonflik dengan salah satu dokter senior disana. Dan dalam 3 hari saya menangani kamu, kamu berangsur pulih. Dan sejak itu, mama kamu ngangkat saya jadi dokter pribadi keluarga kalian hingga detik ini. Bahkan Regina dan Axel juga lah yang membangun rumah sakit di Bandung dan Jakarta, hingga menempatkan saya jadi kepala rumah sakit disana. So yeah, because of you. Saya bisa menjadi seperti sekarang. Your existence in this world is important, Yan! Trust me."
"Tuh by, kamu itu penting buat semua orang. Termasuk aku! Kamu bertahan ya, sayang. Jangan merem dulu!, aku mau lihat kamu sampe kita tua nanti!." Kata Rafky sambil wajahnya diusap pelan oleh Yayan.
Seketika Yayan tersenyum lemah, "You've planned our future, huh?".
Rafky mengangguk membalas senyuman Yayan sambil ia usap kembali wajah hubbynya yang tampan dan menggemaskan itu. Hingga nggak lama, akhirnya Yayan masuk ke dalam ruang ICU, sempat Rafky juga masuk ke sana. Namun Jeffry dengan cepat menghentikan dia.
"Rafky...Rafky! It's okay, leave everything to me." Kata Jeffry sambil menutup pintu ruangan ICU.
"But...but Yayan ..." Rafky terisak.
"I know. Tapi sekarang giliran saya yang menolong Yayan. You've done a great job keeping him sober until here. Sekarang kamu tunggu disini, Regina dan Jevan pasti bakal datang. Temani mereka ya." Kata Jeffy sambil menepuk pundak Rafky pelan, dan langsung masuk ke dalam ICU.
Seketika Rafky langsung menangis terisak-isak di depan pintu. Badannya bergetar membayangkan kalau sampai Yayan nggak selamat. Padahal mereka pacaran baru seumur jagung, tapi kenapa perpisahan selalu ada di kehidupan asmara antara Rafky dan Yayan itu?.
KAMU SEDANG MEMBACA
Till I Get You 2 [THE END]
Teen Fiction[BL LOKAL 18+] [JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE DAN KOMEN CERITA INI YAAA..!!] {Disaranin baca Till I Get You dan Till I Get You: Friendly Fire dulu yaa} Semenjak Adrian gabung ke tim basket sekolah, Rafky makin yakin kalau pacarnya itu bisa bantu di...