"Kamu kok selama ini nggak pernah cerita ke aku sih, by?."
"Well, you never ask!. Besides, I'm a Meysaka. We never show off anything and anyone."
Malam itu terjadi perdebatan kecil antara Rafky dan Yayan, selepas Kara pulang menjenguk. Rafky nampak nggak habis pikir, dirinya baru tahu siapa sosok papanya Yayan sebenarnya. Perasaan Rafky seketika campur aduk pas tahu hal itu. Ada senang, girang, kesal karena kasar ke Yayan dulu, merasa bodoh, sampai gelisah pas mikirin pertandingan final nanti. Rafky nampak berjalan mondar-mandir saking paniknya.
"Lagian kan di rumahku juga ada foto papa, ya nggak gede sih. Soalnya mama suka galau sendiri kalo liat foto papa." Ungkap Yayan.
"Masa sih?, kok aku nggak pernah liat!?." Rafky kesal.
"Seriusan by, tanya aja mbok Atun. Kan ada tuh di ruang tengah, ada bingkai foto banyak banget. Nah ada foto papa juga kok disitu." Jelas Yayan.
"Aku mungkin terlalu fokus sama kamu kali ya, by." Rafky gelisah.
"Kamu gelisah kenapa sih by?." Yayan bingung.
"Ng-Nggak...nggak gelisah kok... cuman...," Rafky berkata.
"Sini duduk dulu coba," minta Yayan sambil berusaha membangkitkan tubuhnya. Namun kemudian ia merintih kesakitan.
Seketika Rafky panik dan langsung duduk menghentikan Yayan yang tengah duduk di atas kasur itu.
"Udah...udah nggak usah duduk dulu kamunya. Jahitan kamu masih basah itu." Kata Rafky.
"Ya abisnya kamu gelisah gitu, aku kan jadi bingung." Yayan manyun.
"Nggak hubby, aku nggak gelisah." Kata Rafky sambil mengusap kepala Yayan. "Aku cuman ngerasa, bebanku jadi berat banget!".
"Eh? Berat?," Yayan garuk-garuk kepala. Rafky pun mengangguk pelan. "Berat kenapa, ubuy?."
"I-Iya, aku tuh ngefans sama papa kamu dari aku kelas 3 SD. Waktu itu pelatih basketku di SD pernah kasih liat video papa kamu lagi main, dan dari situ aku jadi suka basket. Aku jadi giat latihan, tiap hari, tiap malem sama temen-temenku. Bisa dibilang, papa kamu itu sumber inspirasi aku main basket! Dan setelah tau pacarku itu anaknya idola aku, sekarang aku ngerasa....ngerasa malu aja sama kualitas mainku yang masih nggak sebagus dia!. It's okay, kalo dia homophobic. Tapi kalo dia liat diatas sana anaknya pacaran sama cowok yang main basketnya nggak sebagus anaknya. Kan aku ..."
Rafky jadi panik. Sementara Yayan tersenyum lebar hingga giginya kelihatan, dan akhirnya tertawa kecil.
"Ubbyy, nggak usah gelisah sama panik gitu. Ubby itu mainnya udah bagus kok, cuman kan yang kubilang tadi. Teamwork kamu masih kurang, dan cara main kamu masih standart aja. Makanya aku gapapa kalo kamu nggak jagain aku demi latihan." Jelas Yayan. "Ini bukan soal kamu nggak mau jagain aku yang lagi kesakitan. Ini tentang kita yang lagi berjuang bareng supaya ekskul basket tetep ada bahkan setelah kamu lulus nanti."
Yayan pun pegangin tangan Rafky.
"I love you, hubby. That's why I don't want you to stop fighting for me." Ucap Yayan sambil tersenyum.
Seketika, kegelisahan Rafky perlahan menghilang setelah ia pandangi Yayan tersenyum dan dengerin ucapannya itu.
"I'm really lucky to have you in my world, by. You know that?." Gumam Rafky mengusap pipi Yayan pelan. "I love you so much, Adrian!".
Rafky langsung memajukan tubuhnya dan menciumi mesra bibir Yayan dengan lembut dan penuh nafsu. Hingga beberapa saat keduanya melepas ciuman itu dengan tawa.
"Good luck, hubby aku." Senyum Yayan, dan kini ia yang melumat bibir Rafky malam itu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Till I Get You 2 [THE END]
Teen Fiction[BL LOKAL 18+] [JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE DAN KOMEN CERITA INI YAAA..!!] {Disaranin baca Till I Get You dan Till I Get You: Friendly Fire dulu yaa} Semenjak Adrian gabung ke tim basket sekolah, Rafky makin yakin kalau pacarnya itu bisa bantu di...