#28: Sudden Arrival

296 29 6
                                    

Sore itu di mobil Raymond tengah menyetir, ditemani tiga orang penumpang yang bersamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore itu di mobil Raymond tengah menyetir, ditemani tiga orang penumpang yang bersamanya. Yayan, Kaisha dan Poppy. Mereka berempat tampak fokus lihat ke jalan, namun beberapa dari mereka saling melirik ke kaca spion ngeliat ke Yayan yang wajahnya nampak pucat di bangku belakang. Karena nggak seharusnya dia keluar dari rumah sakit sore itu, apalagi kemarin dia baru sadar dari kritis. Hal itu bikin ketiga temannya merasa khawatir sama kondisi Yayan yang nekat minta temenin dia pergi sore itu.

"Lo yakin nggak mau bilang Rafky juga, Yan?. Ntar ngamuk loh orangnya!." Kata Raymond sambil melirik kaca spion.

"Ng...nggak. Gue mau dia fokus ke latihan aja. Gue nggak mau dia ikut campur sama masalah gue yang satu ini." Gumam Yayan, sambil pelan pegangin bekas jahitan di tubuhnya itu.

Mereka bertiga terdiam sejenak dan menatap Yayan dengan prihatin.

"Aku teh nggak sangka selama ini kamu dan Teddy ada masalah kayak gitu. Aku jadi paham perasaannya Teddy selarang kek apa. Dan kenapa kamu nggak pernah ngelawan Teddy, tiap dia bully kamu." Ucap Poppy tersenyum miris.

Yayan terdiam sambil meringis.

"You okay, Yan?." Kaisha khawatir.

"I'm fine. Don't worry, guys." Pelan Yayan.

"Jelas kita worry! Lo tiba-tiba ngajakin kita ke tempatnya Teddy dirawat, mana lo abis operasi! Gue yakin Rafky bakal marah sama lo." Gerutu Raymond. Ia khawatir Yayan nanti tumbang di jalan.

"It's okay if Rafky gets mad at me. At least I can save someone's life." Kata Yayan dengan pandangan sayu. "Gue pernah di posisi itu dulu, dokter Reva pasti selalu nanyain pertanyaan yang sama tiap harinya. Jujur gue nggak merasa terbantu sama perawatan dan penanganannya itu."

"Terus kamu bisa jadi seperti sekarang karena apa, Yan?" Poppy penasaran.

"Well, I met my first gay friend." Yayan sumringah.

"W-Who?. Rafky?." Tebak Kaisha.

Yayan menggelengkan kepalanya, "nope. It was before I met Rafky. Kak Kenny namanya. Dia sahabatnya sepupu gue."

Yayan tersenyum lebar.

"Sama dia, gue bisa sharing segala hal tanpa musti canggung dan malu-malu. Dan dia udah gue anggep kakak gue sendiri, bahkan waktu pas gue tahu dia jadian sama Julian. Gue nggak setuju!". Jelas Yayan. "Sebelum gue kenal kak Kenny, gue ngerasa hidup gue suram banget. Dan jujur, gue masih kepengen bunuh diri. Tapi pas ketemu kak Kenny, kita langsung klik. Gue nyaman ngomong sama dia, dia ngerti posisi gue dan gue jadi bisa ungkapin perasaan sedih gue ke dia. Dan dari situ, gue bisa tenang. Gue bahkan bisa perlahan move on berkat ketemu kak Kenny daripada ke dokter Reva. Itu juga yang gue rasain ke Teddy sekarang. I realized that I was a terrible friend to Teddy, but I was the only one who understood how he was feeling right now. Whatever he's done to me so far, I still consider him a friend".

Till I Get You 2 [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang