34 | Seonhwa dan putri Wooyoung

1K 98 6
                                    

.
.
.

Di dalam sebuah ruangan megah bernuansa khidmat.

Ruangan yang dipenuhi berbagai macam barang simbol status dan kekuasaan ini terlihat gelap, karena hanya sebatas cahaya yang menembus dari kertas jendela dan selanya. Di atas meja kayu koko terdapat sebuah pembakar dupa yang terus mengeluarkan asap, menguar kemana-mana, bercampur dengan nuansa khidmat ruangan remang untuk menambahkan rasa keagungan penguasa.

Di atas yedan, raja Yeonjom berbaring miring dengan jubah merah kerajaan, terpejam sembari menghirup asap dupa yang menguar disana. Meski sudah berumur hampir kepala enam, namun nafasnya dalamnya masih teratur bagus, kebugaran tubuhnya terjaga di beberapa bagian tertentu atas perawatan maksimal dari seluruh pelayan.

Berbaring miring di atas yedan tanpa ikseonkwan-nya, menikmati pijitan seorang dayang muda yang memangku kepala agungnya dan terus memijat lembut. Gerakan intim antara raja dan dayang ini ditampilkan begitu saja di hadapan dua dayang dan kasim pribadi yang menjaga dari sisi ruangan.

Bagaikan raja singa yang tidak bisa diganggu.

Dayang muda yang berumur sekitar dua puluh tahun itu memang terlihat cantik. Bukan jenis yang memukau, akan tetapi lemah lembut menggoda, menimbulkan keinginan laki-laki untuk melindungi.

Mata sipit rubahnya kini tengah melengkung mencerminkan hati yang bahagia, melihat ke arah sang raja tua yang biasanya ditakuti tengah terbaring diatas pangkuannya.

Namanya Seonhwa, gadis yang telah berhasil naik ke atas ranjang naga.

"Jeonha," panggilan lembut dengan unsur manja yang kental terdengar dari bibir merah dilapisi pewarna bibir itu. "Hamba sudah melayani anda selama lebih dari sebulan, apakah ada pelayanan hamba yang membuat hati agung anda tidak puas?" Tanyanya mendayu.

Namun yang ditanya, raja Yeonjom yang agung, masih terpejam erat seolah tidak mendengar sedikitpun.

Seonhwa juga tidak mengusik lagi.

Dia terus menguleni pelipis sang raja, memijat bahunya, tanpa berkata lebih lanjut.

Melayani anggota keluarga mulia sejak kecil membuatnya mengerti, bahwa kedekatan dan keakraban dengan mereka tidak akan menghapus status pelayannya. Tahu kapan harus menjilat dan kapan melipat ekor patuh, bagai anjing baik di rumah. Seperti itulah nasib takdir pada budak majikan.

Bahagia saat berguna, terbengkalai saat sudah tak terpakai.

Dan dibuang begitu saja seperti pakaian usang.

Sadar akan hal mendasar ini juga merupakan pijakan yang membuatnya dapat menaiki ranjang sang raja sebulan yang lalu. Meski perlakuan yang didapatnya sangat kasar dan tidak layak untuk wanita, namun semua itu dia terima dengan patuh. Menjadi pelampiasan emosi memuncak sang raja sekalipun, ditampar dan diseret pun, akan dia terima.

Karena dia adalah Seonhwa, wanita yang berambisi besar mencapai atap kekuasaan.

Dan terlahir sebagai budak istana menjadikan cara di atas sebagai tangga pendakiannya.

"Dayang Im..."

Panggilan dari suara serak terdengar tiba-tiba dan memenuhi ruangan raja tersebut. Ringan terucap, tapi menyebar membawa penindasan resmi. Ucapan raja adalah kehendak Tuhan, pribahasa itu memang benar adanya.

Dayang Im yang sedari tadi menunggu patuh mendekat selusin langkah dengan tubuh membungkuk, "hamba di sini, Jeonha."

"Seonhwa telah melayaniku dengan baik, angkat menjadi dayang istimewa, dimandatkan untuk terus melayaniku seumur hidupnya." Raja Yeonjom memberi titah lisan yang menggema agung dalam ruangan itu, lalu melirik gadis muda yang sudah memasang wajah berbunga.

BECOME WIFE OF MALE LEAD (LADY HWAYOUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang