20 | menyelinap keluar istana

1.2K 123 0
                                    

.
.
.

Menatap cermin tembaga yang menampilkan sosok wanita muda yang kecantikannya sejelas bulan purnama di malam hari, Hong Minhwa mendecak kagum sendiri.

Pegang wajahnya, sangat mungil. Lihat kulitnya, begitu putih seperti giok susu. Lalu ada hidung tinggi feminim. Bibir seperti kelopak ganda mawar merah. Sepasang mata terbuka lebar yang berair jernih. Cantik dan sempurna. Pantas saja Yi Jeon sampai bisa mengalami sedikit perubahan olehnya, ternyata karena tubuh indah ini yang mendukung sebanyak sembilan puluh persen.

Dayang Jang datang dan menggelung kepang rambut tebalnya. Menancapkan sebuah tusuk rambut panjang nan mewah yang terbuat dari emas dengan bentuk ujung burung phoenix disana. Memasang beberapa tusuk rambut kecil berupa bunga-bunga lain, lalu memberi sentuhan akhir. Dan selesai.

"Mama, anda sangat cantik!" Yedam berjingkrak kegirangan. Mata sipitnya menipis krisis saat menyengir lebar.

Hong Minhwa dipapah sopan oleh dayang Han dan beranjak bangun. Tertawa senang dengan hiburan kelakuan Yedam kali ini. "Kau hanya melihatku memiliki hasil akhir, tanpa melihat perjuanganku berganti pakaian secara tiba-tiba. Lihat perut bulat ini, apakah masih tetap menarik?"

"Mama, bahkan ketika anda mengandung anak kesepuluh, anda akan tetap terlihat cantik!" Yedam tanpa ragu berkata lantang setuju.

Membuat dua dayang seniornya menggeleng lelah tak berdaya. Meski sudah dibilang untuk jangan menjadi terlalu antusias akan sesuatu, tapi kesukaan gadis ini pada nonanya sudah berada pada tahap fanatik. Untung dia terlahir sebagai perempuan, jika berwujud laki-laki, putra mahkota mungkin sudah membunuhnya sejak jauh hari.

Hong Minhwa yang baru selesai membakar dupa bersama dayang Jang tadi segera memelototinya ganas, "mulut gagak! Kau pikir aku kucing?" Dia menunjuk dahi si bodoh yang pasti jarang terpakai itu gemas.

Mulut gagak, mulut yang mengucapkan sembarangan kata hingga menjadi kenyataan.

Mengusap perut, dia mengeluh dalam hati tentang betapa hebatnya wanita zaman ini yang dapat memiliki anak belasan banyaknya dengan sukarela. Disini hanya ada obat pencegah kehamilan yang sedikit dianggap tabu dan bahan-bahan pembuatannya masuk dalam jajaran tanaman beracun. Tidak ada pil terencana.

Dirinya pun terpaksa harus meminum obat tersebut jika ingin menunda atau membatasi jumlah anaknya, karena mengingat betapa subur rahimnya dan sperma berlimpah suami bau itu, sudah dipastikan bisa membuat dirinya menjadi kucing sungguhan.

Dalam buku pun, Yi Jeon dan Hong Minhwa asli yang memiliki hubungan retak dan bercelah sedalam jurang masih dapat memiliki empat orang anak dari sepuluh tahun pernikahan. Putra pertama yang lahir dan meninggal di tahun pernikahan pertama, putra kedua---yang akan dipaksa menjadi raja boneka oleh para menteri diusia delapan tahun---yang lahir ditahun ketiga, lalu ada dua putri tak tertulis namanya dengan yang termuda berumur tiga tahun ketika ayah mereka dihukum mati.

Jadi dia akan mencari seseorang yang ahli dalam meracik obat tanpa harus membuat rahimnya melemah.

"Bin-gung Mama, Saeja Jeoha telah tiba."

Hong Minhwa terkejut dengan kehadiran yang agak cepat dari perhitungannya itu dan menyahut singkat, "persilahkan masuk." Menyuruh para dayang yang membantunya berdandan untuk membereskan peralatan dan segera keluar.

Melihat sosok tinggi yang semakin menawan memakai pakaian bangsawan mulia yang terasa santai serta topi hitam bergandul sederetan batu giok hias kecil. Penampilannya sudah bukan seperti seorang putra mahkota yang dingin, tetapi putra bangsawan yang kaya-raya. Memang benar jika pakaian emas bisa membuat pengemis menjadi dewa, apalagi dia yang terlahir sudah seperti dewa itu sendiri.

BECOME WIFE OF MALE LEAD (LADY HWAYOUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang