9 | enam bulan pernikahan : ulang tahun ke-17 Yi Jeon

2.8K 197 0
                                    

.
.
.

"Ahhh!"
"Hnggh!"

Suara tertahan dan lega itu terdengar bersamaan didalam kamar redup yang hanya diterangi oleh lilin malam disetiap sudutnya saja. Terlihat dua sosok tumpang tindih diatas kasur luas nan tebal yang dibuat dari bahan penyesuai cuaca berwarna merah muda bersulam lambang naga kerajaan itu beralih memakai pakaian dalam seadanya, lalu kembali berbaring saling memeluk.

Hong Minhwa yang telah kehabisan energi untuk berbicara sekalipun dibantu memakai pakaian dalam dan ditarik kedalam sebuah pelukan dengan patuh. Merasakan pelukan hangat yang entah kenapa bisa membuat hatinya tentram, dia yang sudah diombang-ambing selama dua jam penuh sejak makan malam berakhir ini menerima dengan lapang. Hanya bisa meratapi hari esok ketika tubuhnya terasa pegal-pegal.

Sementara, Yi Jeon merasakan kepuasan tersendiri dilubuk jiwa lelakinya, terutama ketika melihat gadis yang telah menjadi wanita sekaligus istrinya selama sebulan ini masih menunjukkan pesona bunga merekah malu dengan mata berair yang menghanyutkan hati siapapun.

Namun kini merasakan tubuh lemah dan lembut yang terasa ringan dipelukannya, dia merasa agak menyesal karena berperilaku agak kasar malam ini, memaksanya selama dua jam tanpa henti.

Yi Jeon mengeratkan sosok bertubuh ringan dan ramping yang seolah bisa menghilang kapan saja dari tangannya ini kedalam pelukannya, "terima kasih," dia berbisik ringan ditelinga putih kemerahan yang beraroma memabukkan, lalu menggigitnya kecil.

Dan sang empu telinga pun bergidik geli, lebih menyusutkan tubuhnya kedalam pelukan serigala kelaparan yang sering mengusilinya seperti ini bagai kucing mengantuk, protes diam-diam karena titik sensitifnya diganggu.

Yi Jeon tersenyum tipis namun tulus tanpa diketahui wanita yang telah menemaninya selama sebulan tak terasa tersebut. Meski sibuk akan kewajiban masing-masing, dan hanya bertemu diwaktu malam yang terasa singkat, dia merasa sangat puas.

Wanita ini selalu menatapnya penuh perhatian, tidak pernah menuntutnya untuk membagi waktu, melayani serta menemaninya dengan keanggunan wajah luar biasanya, dan sering mengucapkan kalimat lembut penuh kasih sayang yang ikut meluap dari sepasang mata indah berairnya. Sampai ketika tubuhnya demam karena menyesuaikan cuaca dan kehidupan istana yang mungkin berbeda dari rumahnya dulu, wanita ini tidak mengirim satu pelayan pun untuk mengabarinya yang waktu itu sedang menjalani ujian penutupan buku.

Begitu ditanya, dia hanya menatapnya dengan senyum hangat diwajah yang masih pucat dan berkata, anda harus mendapatkan nilai penuh dari para guru kerajaan dan membanggakan Jusang Jeonha, Jeoha.

Jika bukan karena kasim Yoon yang mendapat laporan diam-diam dari salah satu anteknya yang berada dalam jangkauan putri mahkota, mungkin dia tidak akan pernah tahu perihal sakitnya. Setelah itu pun Yi Jeon mendapat ceramah singkat dari sang nenek karena sudah lalai terhadap keluarga, yang dia terima dan renungkan hampir semalaman.

Sejak usia pernikahan sebulannya, Yi Jeon menerima tugas dan materi pelajaran yang berkali-kali lipat dari para guru kerajaan atas kemauan ayahnya. Membuatnya menimbun dan menahan rasa lelah serta keluh dalam hati, hingga melupakan banyak hal, bahkan harus menunda jam makan atau tertidur diruang belajarnya. Hanya beberapa kali makan malam bersama setiap harinya, Yi Jeon sungguh tidak sempat meluangkan waktu lain untuk wanitanya ini, kadang membuat hati dinginnya merasakan apa itu rasa bersalah.

"Mungkin aku akan jarang menemanimu kedepannya, Bin-gung." Dia berbisik rendah, yang tentu tidak didengar karena lawan bicaranya telah masuk kedalam mimpi.

Menarik selimut untuk menutupi tubuh istrinya agar tidak kedinginan , yang juga menandakan datangnya waktu satu bulannya kebersamaan mereka ini, lalu ikut terlelap bersama dengan damai.

BECOME WIFE OF MALE LEAD (LADY HWAYOUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang