.
.
."Bin-gung Mama, hamba punya ramuan untuk dicoba."
Hong Minhwa tertegun di tengah kesedihannya.
Apa yang barusan dia dengar?
Menatap wajah tirus dan cekungan mata khas rupa para kutu buku pada Oh Jeong, Hong Minhwa merasa linglung dan melupakan kebingungan hatinya. Melihat lurus ke arah sepasang mata jernih yang memancarkan rasa percaya diri dan keyakinan tinggi tersebut, yang entah datang dari mana.
Hingga suara marah tabib Heo terdengar barulah menariknya dari kebingungan.
"Omong kosong! Bahkan jika kau memang setia pada Bin-gung Mama dan ingin menghiburnya, bagaimana kau bisa berbicara sembarangan seperti itu? Siapa Seseon Mama ini dalam hal statusnya, bahkan jika berumur pendek, juga harus secara terhormat dan mulia! Bulan sebagai bahan percobaan karir awal pengobatan mu, Oh Jeong-ah!"
Oh Jeong tidak menggubris teguran tabib Heo, bahkan tidak menolehkan kepalanya barang sekali.
Mata gelap dalam karena sering membaca buku di tengah malam hanya dengan cahaya lilinnya terus menatap lurus pada sang putri mahkota. Punggungnya tegak tanpa takut akan status sang majikan atau pangeran kecil yang sangat agung di bibir tabib Heo.
Hong Minhwa beralih melihat bayinya yang sudah semakin kehilangan kemerahannya, tanpa tanda-tanda sadar kembali. Lepas dari rengkuhan dayang Jang, dia mencondongkan tubuh untuk meraih tangan mungil di sana, dan tidak mendapati genggaman darinya membuat perih kenyataan kembali menampar.
Seharusnya ketika jemarinya disentuh, Aga akan menggenggam kuat dan tersenyum untuk menampilkan sederet gusi merah muda harum seorang bayi. Meskipun baru sebulan di dunia usianya, tapi kepintarannya dalam menanggapi emosi sejak dalam rahim tidak pudar sedikitpun.
Dan kini tangan mungil tersebut hanya terdiam.
Haruskah dia mencoba?
"Oh Jeong-ah." Hong Minhwa memanggil tanpa menatap si empu nama.
"Hamba di sini, Mama." Oh Jeong menyahut formal.
"Mulai detik ini, keselamatan Seseon kuserahkan padamu, apa kau sanggup?"
Hong Minhwa bertanya datar dan penuh ketenangan yang tidak normal. Matanya menajam dan mengembalikan aura bangsawan agung yang mulia. Membuat keputusan akhir tanpa keraguan dalam suara indahnya.
Tabib Heo terkejut, "Mama! Sama sekali tidak boleh, Mama! Ini, ini hanya akan memutuskan harapan hidup Seseon Mama dengan sembarang obat!" Protesnya.
Dayang Jang yang sedari tadi diam pun turut bersuara, "Mama, meskipun Oh Jeong memiliki kepintaran yang menonjol, tetapi dia hanya pernah mengobati flu pada dayang dan kasim yang tidak punya uang pengobatan. Bagaimana bisa kasus keracunan Seseon Mama ditangani? Mohon pertimbangkan kembali, Bin-gung Mama!"
Oh Jeong juga tidak menggubris masukan dan larangan itu.
Dia juga tahu diri, keadaan ini sama sekali bukan tempat dimana dirinya, seorang tabib yang belajar di bawah pengaruh status putri mahkota dan hanya pernah mengobati penyakit-penyakit ringan, menangani keadaan genting kini. Jika dalam keadaan biasa, diberi perintah pun belum tentu dia lakukan.
Tapi menghadapi situasi putus asa sang majikan yang telah memenuhi impiannya akan ilmu pengobatan, berjasa besar pada hidupnya, mana mungkin Oh Jeong diam saja ketika sebuah cara pengobatan terlintas di benaknya?
Hong Minhwa mengangkat tangan, menghentikan protes dua orang yang terus berlanjut. Setelah keduanya terdiam pasrah, di situlah dia membuka mulut.
"Aku membuat keputusan ini bukan karena sudah memasrahkan nyawa satu-satunya putraku, bukan juga karena tidak mempercayai pengobatan para tabib kerajaan lain," Hong Minhwa menatap lurus mata dayang Jang dan tabib Heo. Ucapannya bernada mutlak dan hanya bisa dikeluarkan dari seseorang yang telah berada di kasta tinggi seumur hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BECOME WIFE OF MALE LEAD (LADY HWAYOUNG)
RomanceBerpindah tubuh. Bahwa sebuah dunia dalam fiksi online bisa menjadi kenyataan. Dan dia benar-benar masuk kedalam dunia tersebut, menjadi Hong Minhwa. Siapa Hong Minhwa? Apa karakter ini adalah protagonis? Tentu bukan, kehidupan penuh perjuangan tid...