.
.
."Minhwa memberi salam kepada Daebi Mama, Jungjeon Mama, semoga kalian sehat selalu dan panjang umur selamanya."
Memberi hormat dan mengucap salam kesejahteraan kepada tetua keluarga adalah salah satu tugas kewajiban sebagai istri sah putra mahkota. Membungkuk dan bersimpuh dua kali seta lainnya, lalu kembali duduk manis nan anggun di atas bangseok yang berhadapan langsung dengan yedan.
Di bangseok utama adalah ratu Jinseo yang masih dengan keanggunan bodhisatva. Sementara di atas yedan, sudah pasti tetua paling tua di keluarga kerajaan ini, ibu suri.
Menggunakan hanbok mewah bersulam emas dengan lambang naga kerajaan. Tiga wanita paling mulia sektanah Chosun telah berkumpul di dalam ruangan paviliun ibu suri itu.
Ratu Jinseo yang pertama buka mulut, "kau terlihat sedikit tirus, Bin-gung. Setelah merawat Seseon, kau pasti sudah berusaha keras hingga kelelahan." Ucapannya penuh rasa simpatik dengan segala kasih seorang ibu yang nyata. "Kalau tidak, aku akan menambah daftar pelayan halamanmu, bagaimana?" Usulnya.
Lalu ratu Jinseo menoleh ke dayang Choi sedikit dan melambaikan lengannya, "kirimkan ginseng segar untuk Bin-gung sekarang juga. Aku ingin setelah salam pagi ini, ginseng itu sudah sampai ke tangan Bin-gung langsung."
Dayang Choi membungkuk patuh. "Baik, Jungjeon Mama." Dan melaksanakannya.
Ibu suri mengangguk puas. Antara mertua dan menantu harus ada ikatan harmonis yang terjalin.
Dan Hong Minhwa segera membungkuk anggun sedikit, "Minhwa berterima kasih atas perhatian Eommamama." Tersenyum lembut, "namun pelayan yang ada sudah sangat cukup, Eommamama dan Halmamama tidak perlu khawatir."
"Kalau begitu jangan sungkan untuk meminta jika kau atau Seseon memerlukan sesuatu." Ratu Jinseo tak memaksa.
Lalu ibu suri tertawa senang.
"Benar, benar, kita sebagai keluarga harus bersatu. Jangan terpengaruh situasi diluar istana dan menggoyahkan pondasi stabil halaman belakang istana ini! Kalian mengerti?" Nasihat dari wanita tua itu mutlak.
"Baik, Eommamama."
"Baik, Halmamama."
.
.Hong Minhwa mengangkat tangan untuk menghalangi sinar matahari yang menyengat di atas kepala.
Menghirup udara yang menghantar wewangian daun ketika sudah memasuki musim dedaunan kini.
Aroma daun dan bunga yang ada di halaman hilir silih berganti.
Sudah berapa lama ia berada di dunia ini? Berapa lama sejak ia tinggal di dalam istana ini?
Waktu berlalu begitu saja, dengan kejam mengabaikan segalanya.
Melihat pohon sakura yang ketika itu baru ditanamnya hanya setinggi pinggang, kini telah tumbuh setinggi dua meter dengan bunga bermekaran di seluruh bagian dahan. Indah berwarna.
Di atas gazebo taman belakang istana timur ini, melihat ikan warna-warni di dalam kolam teratai yang terlihat jernih, dan merasakan hembusan semilir angin.
Hong Minhwa yang bersandar santai di kursi goyang menyipitkan mata dan menghisap ringan teh yang diseduh oleh dayang Jang di samping.
Hmm, terasa lebih enak dibanding buatan Yedam. Lebih ringan dan pas di lidahnya.
Dayang Jang yang sedang mengipasi api kompor teh tersenyum, "Bin-gung Mama, mungkin anda tidak tahu, gadis Yedam itu membeli buku rakyat jilid terbaru kemarin. Dia menghabiskan uang saku bulan ini demi membeli jilid lengkap itu." Ujarnya menahan tawa.

KAMU SEDANG MEMBACA
BECOME WIFE OF MALE LEAD (LADY HWAYOUNG)
De TodoBerpindah tubuh. Bahwa sebuah dunia dalam fiksi online bisa menjadi kenyataan. Dan dia benar-benar masuk kedalam dunia tersebut, menjadi Hong Minhwa. Siapa Hong Minhwa? Apa karakter ini adalah protagonis? Tentu bukan, kehidupan penuh perjuangan tid...