3 | Yi Jeon : sang pilihan takdir

3.2K 257 2
                                    

(on mulmed = raja Yeonjom dan putra mahkota Sejeon)

.
.
.

"Saeja Jeoha*, Jusang Jeonha meminta anda untuk hadir ke halamannya." Seorang kasim tua bertubuh lurus bagai pohon pinus yang kerap diterpa angin membungkuk kearah pintu besar yang terlihat agung, sepasang pintu itu dijaga oleh beberapa pengawal kerajaan serta puluhan dayang dan kasim yang berbaris rapi tertata.

(*Saeja Jeoha = yang mulia putra mahkota)

"Baiklah, aku mengerti." Jawaban acuh tak acuh dari sebuah suara berat yang halus terdengar setelah jeda hening beberapa saat.

Suara yang kental akan ketidakpedulian itu sampai membuat beberapa dayang serta kasim muda bergidik ngeri, seakan telah melakukan kejahatan tak terampuni, mata mereka menunduk fokus ke hidung dan hidung mengarah lurus ke dada. Jika seseorang berdiri didepan mereka, niscaya orang tersebut hanya bisa melihat puncak kepala para dayang dan kasim muda tersebut.

Kasim tua yang merupakan kepala kasim istana putra mahkota itu, kasim Yoon, sudah terbiasa dengan sikap sang majikan agung. Menepi perlahan dari depan pintu, menunggu sesaat, sampai sepasang kasim senior yang bertugas membuka pintu melakukan tugasnya.

Ketika sosok remaja tinggi beraura agung melangkah keluar dengan setelan resmi kebesarannya sebagai sang penerus tahta, seluruh abdi dan bawahan yang bertugas maupun menunggu diluar serentak membungkuk dalam takzim.

Remaja itu tinggi walau wajahnya masih meninggalkan sifat kekanakan. Dengan ikseonkwan* hitam, jaryungpo* berwarna biru kelam bagai langit malam dengan lambang naga kerajaan yang dijahit dari benang perak mulia sebagai bulannya, sabuk giok yang menggantung tertahan di pinggang, dan sepatu hitam berbahan mulia yang dijahit lambang naga melingkar dibeberapa bagian dengan benang perak yang sama menutupi hingga pertengahan tungkai betisnya, dan keluhuran setelan keagungan statusnya tersebut didukung oleh ekspresi dingin dan acuhnya seolah meremehkan semua makhluk hidup.

(*Ikseonkwan = mahkota bagi raja dan pangeran penerus tahta)
(*Jaryungpo = jubah kebesaran bagi raja dan pangeran penerus tahta yang dibedakan hanya menurut warna (merah bagi raja dan biru bagi pangeran pewaris))

Dialah satu-satunya putra yang dimiliki oleh raja Yeonjom diusia tuanya. Lahir dari rahim selir kesayangan raja Yeonjom, Yeon, namun segera diadopsi oleh ratu Jinseo ketika diangkat menjadi putra mahkota pada umur satu tahun.

Putra mahkota Sejeon, bernama Yi Jeon.

Melihat kesopanan berlebihan dari para abdinya, Yi Jeon tidak peduli. "Ayo pergi." Dan melangkah pergi dengan sederetan pengawalan.

Jarak antara istana raja dan miliknya tidak terlalu jauh, juga tidak dekat. Harus melewati beberapa halaman divisi yang dijalani dengan tertib oleh ratusan dayang dan kasim yang terus berorganisir dengan rapi. Ketika mereka melihat dia, sang majikan tertinggi selain raja dan ratu, mereka segera menghentikan perjalanan atau kegiatannya, untuk membungkuk hormat sampai langkah kaki majikan mereka tidak terlihat dalam pandangan ketika membungkuk.

Yang tidak diketahui oleh Yi Jeon sendiri adalah bahwa ketika batas hormat itu sudah berakhir, para dayang muda akan mencuri intip kearahnya dengan khayalan dan harapan semu.

Seluruh dayang adalah wanita raja.

Dengan aturan tersebut mengharuskan para dayang ini mengabdikan hidup sampai akhir hayatnya terkecuali mereka mendapatkan anugerah raja. Keberuntungan berupa tidur dan disukai oleh raja. Menaikkan status mereka menjadi dayang pribadi atau bahkan selir.

Tapi kebanyakan raja tidak tertarik dengan dayang karena mereka berasal dari kalangan bawah, lebih menguntungkan jika raja menikahi putri salah seorang menterinya karena akan mendapat dukungan dan finansial utama dari seluruh keluarga menteri tersebut.

BECOME WIFE OF MALE LEAD (LADY HWAYOUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang