23 | oh Jeong si tabib wanita

1.1K 130 0
                                    

.
.
.

"Saeja Jeoha, sepertinya anda perlu berlibur."

Park Junho menyeletuk tiba-tiba didepan sosok majikan seumuran itu. Dengan pakaian pejabat biru tingkat tujuh, dia tersenyum ceria seperti orang yang bahagia di pernikahannya. Melihat pemandangan istana timur halaman putra mahkota yang indah di musim gugur, memiliki nuansa hati bahagia memang tidak aneh.

Hanya saja, duduk didepan dua orang yang memasang wajah sama datar berbeda frekuensi saja membuat dia terlihat seperti orang bodoh. Tersenyum sendiri, disaat orang disampingnya memasang wajah terlilit hutang.

Dan Park Junho sendiri merasakan kebodohannya.

Tapi mau bagaimana lagi? Penderitaan ini hanya bisa dirasakan olehnya dan pelayan halaman ini. Para pelayan halaman ini mungkin sudah terbiasa atau yang lebih parah adalah terkontaminasi oleh suasana suram majikan mereka, jadi tidak sedikit yang memasang wajah sama.

Tapi dia, Park Junho tidak terbiasa, dan tidak akan bisa. Berada didepan dua orang ini sama menyiksa disuruh menghadap tembok seumur hidupmu. Dan hatinya menjerit frustasi. Menjadikannya setengah gila setelah bekerja selama beberapa hari ini.

Karena tidak ada teman berbicara selain dua 'tembok', dia sampai mengajak berbicara burung liar dan berharap musim dingin turun salju segera datang. Dia ingin membuat manusia salju untuk teman berbicara.

Kalian berpikir dirinya malang? Benar, Park Junho juga mengasihani dirinya setiap hari.

Sekarang tiga dari mereka sedang duduk di sebuah gazebo diatas danau buatan di istana putra mahkota ini. Terlihat berantai dengan buku dan cangkir teh hangat, namun kenyataan tak seindah itu.

Dua tembok ini membicarakan hal-hal tentang pembunuhan, penyiksaan, interogasi, bukti suap, tawanan, korban, dan situasi ekstrim lainnya. Walaupun dia tahu dua orang ini sedang merencanakan hal baik bagi kerajaan yang masuk dalam kasus ekspedisi mingguan atau kasus terkenal ditengah-tengah rakyat, tapi kalian yang mendengar pembahasan langsung mereka akan merasa bahwa keduanya lah yang melakukan semua tindak tersebut.

Mereka membicarakan korban termutilasi dengan ekspresi sama seperti melihat manusia berjalan atau bernafas setiap hari. Normal sekali.

"Berlibur?" Yi Jeon meliriknya ringan. Tapi merasa sedikit tertarik. Setelah melihat kinerja bawahan baru ini, dirinya mengakui arti sebutan jenius tersebut.

Remaja serampangan ini sering melakukan hal aneh seperti berbicara dengan burung, entah apakah sungguh mengerti bahasa burung dia tak mengerti, tapi jelas remaja ini tak merasa bosan melakukannya. Menerima hasil kerja selama beberapa hari telah membuatnya puas, jadi Yi Jeon tidak mempermasalahkan tindakan tidak wajar tersebut

Park Junho segera mengangguk penuh semangat, "benar, berlibur, Jeoha. Menikmati hal-hal yang anda sukai dan ingin lakukan ketika sedang sibuk berkerja selama ini. Impian anda diwaktu senggang." Jelasnya. Betapa hati berharap majikan ini akan sungguh mengambil libur dan membiarkannya cuti juga.

Dia ingin bersantai, hiks! Jangan lihat senyum lebarnya, nyatanya hati sedang tersiksa hingga lebam berdarah akibat melayani majikan ini.

Yi Jeon diseberang terlihat sedikit merenung.

Lelaki muda itu menoleh kearah langit diluar gazebo, terdiam lama, lalu menatap Heejun.

"Apa sudah waktu makan malam?"

"Sudah, Jeoha." Heejun menjawab.

Yi Jeon melihat lagi pada remaja yang menatapnya penuh semangat ini, sedikit aneh. "Ada apa denganmu, Park Junho?"

"Jeoha... Selama anda berlibur akhir pekan ini, bolehkah hamba juga mengambil izin selama dua hari?" Park Junho tersenyum memohon. Tersenyum dengan mata memohon.

BECOME WIFE OF MALE LEAD (LADY HWAYOUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang