.
.
."Tabib Heo, kau pasti mengerti apa yang harus dilakukan saat ini."
Tabib Heo menelan ludahnya kasar dan menahan rambut halus yang berdiri.
Mengerti? Mengerti apa?
Dia teraniaya. Memiliki majikan seperti putra mahkota yang dingin dan penuh teka-teki bisa membuat nyawanya melayang tanpa mengetahui sebabnya. Setiap melayani harus berhati-hati, jika tidak maka kuburannya pun tidak akan bernama.
Tabib Heo memutar otaknya kencang.
"Jeoha... Hamba tidak berani berbohong pada Jusang Jeonha. Dan tentu saja! Juga sama sekali tidak berani mengadukan anda, Jeoha!" Tabib Heo menunduk yakin. Meski seribu takut dan seribu tidak yakin, mendalami istana selama puluhan tahun telah membantuk karakter yang stabil.
Dari pada salah sana-sini, mencoba menjilat putra mahkota dan menyanjung raja di belakang, tabib Heo mengerti jika majikan muda di depannya lebih suka bawahan yang jujur tanpa kebohongan.
Dan benar, hawa dingin dari tubuh Yi Jeon yang sudah menguarkan rasa tidak nyaman, menghilang begitu saja. Meski ini bukan jawaban yang memuaskan, dia paham dan tahu betul jika status putra mahkota tidak akan membuat semua orang bersujud untuknya.
Apalagi tabib Heo, kepala tabib kerajaan, kepala rumah sakit istana, yang memiliki banyak jasa dalam mengabdi pada negara. Status jabatan tersebut mampu menandingi gelar pejabat tingkat satu.
Yi Jeon tidak berhak mengatur pejabat tinggi.
Bahkan untuk beberapa hal, status pejabat tingkat tinggi bisa mengatur seorang pangeran sampai mati. Dunia kapitalisme dan kanibalisme yang kejam. Dunia yang memakai hukum rimba, yaitu yang kuat memakan yang lemah.
Jika seorang bangsawan membunuh rakyat jelata atau biasa mereka hanya akan dihukum kurung rumah selama beberapa lusin hari, namun jika seorang rakyat melakukan penganiayaan sedikit saja pada kaum bangsawan, maka hukumannya tidak sesederhana penggal.
Sama halnya dengan para bangsawan yang tidak bisa melangkahi majikan mereka, yakni keluarga kerajaan.
Barusan rombongan raja Yeonjom tiba tepat setelah keadaan ruangan putranya dibersihkan, sekarang sedang menunggu di ruangan utama halaman putri mahkota ini. Dan tabib Heo sebagai tabib utama tentu harus menjelaskan apa yang terjadi dan keadaan terperinci dari pangeran pewaris saat ini.
Yi Jeon tidak ingin kondisi putranya diumumkan terlebih dahulu sebelum pelaku dibalik tirai muncul.
"Jangan menjelaskan keadaan Seseon yang tiba-tiba membaik, katakan saja seperlunya."
Tabib Heo mengerti, "baik, Jeoha."
Jika ada yang melihat atau mendengar percakapan diam-diam mereka di sudut lorong paviliun putri mahkota tersebut, tidak mungkin untuk tidak terkejut. Kenyataan bahwa putra mahkota dan seorang pejabat tinggi bersekongkol menutupi kebenaran dari raja adalah pengkhianatan.
Hukumannya adalah pembasmian tiga generasi keturunan. Generasi orang tua, anak, dan cucu.
Dan tabib Heo bukannya lebih patuh pada putra mahkota dari pada rajanya, tetapi kondisi saat ini memaksanya seperti dua belalang yang berada di atas tali yang sama. Putra mahkota yang terbuka pengkhianatannya hanya akan mendapat hukum turun tahta paling parah, namun tidak dengan keluarganya.
Jadi tabib Heo menyanggupi.
"Kalau begitu hamba pamit, Jeoha." Setelah memiliki pemahaman tersembunyi yang sama, dia membungkuk hormat.
"Tunggu."
Tabib Heo menunda langkahnya. Menunggu penasaran akan intruksi yang tiba-tiba datang ini.
"Tabib Heo, kau telah berjasa karena berhasil menyelamatkan nyawa Seseon. Mengerti?" Ucapan Yi Jeon dalam dan berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BECOME WIFE OF MALE LEAD (LADY HWAYOUNG)
RomanceBerpindah tubuh. Bahwa sebuah dunia dalam fiksi online bisa menjadi kenyataan. Dan dia benar-benar masuk kedalam dunia tersebut, menjadi Hong Minhwa. Siapa Hong Minhwa? Apa karakter ini adalah protagonis? Tentu bukan, kehidupan penuh perjuangan tid...