.
.
."Ini?"
Hong Minhwa bingung dengan sebuah amplop surat yang tiba-tiba diberikan Yi Jeon. Menatap mata tajam gelap itu lagi, setelah lelaki itu mengangguk barulah dia mengambilnya.
Meski agak sulit membuka surat sambil menggendong Aga, namun tidak menghalangi kelancaran dia membuka surat tersebut. Mengeluarkan selembar kertas tunggal di dalamnya, Hong Minhwa hanya mendapati dua kata huruf hanji yang ditulis dengan gaya rapih nan tegas di atas kertas yang dilipat itu.
Yi Hwan
"Yi Hwan... " Hong Minhwa merasa otaknya kosong sesaat.
Kata ini... Mana mungkin dia tidak mengerti?
Hwan dalam hanji adalah matahari, ditambah kata marga Yi yang selain bermakna <paling terutama> atau biasa diartikan <termulia>, kata Yi juga berarti <satu>.
(Ensiklopedia author)
"Satu-satunya harapan yang menyinari keluarga kita, memberi kehangatan seperti matahari kecil." Yi Jeon perlahan menjelaskan dengan tatapan tak lepas dari tubuh putranya. "Maka dari itu aku ingin menamainya Hwan, Yi Hwan. Semoga dia selalu memiliki hati yang hangat di tengah keadaan istana ini."
Seketika paragraf lengkap yang menjelaskan nasib kematian cepat putra sulungnya dalam buku berkelebat dalam ingatan. Disusul dengan serangkaian peristiwa keluarga mereka yang retak, menyebabkan keadaan mentalitas putra kedua terganggu di tengah tanggung jawab sang ayah yang dilimpahkan pada tubuh kecilnya.
Membayangkan bagaimana dia dipaksa untuk menghafal ratusan karakter hanji, mengkaji masalah politik, dan berhadapan dengan ancaman nyawa setiap ada kesempatan. Dan semua itu terjadi sejak usianya baru menginjak delapan tahun, tepat setelah kematian sang ayah yang meminum racun di depan matanya.
Selama delapan tahun besar dalam situasi orang tua yang tak akur, dilanjutkan dengan kematian mendadak sang ayah, lalu beban berat dari kakeknya.
Anak kecil mana yang tahan?
Setelah menanggung hidup seperti itu selama lebih dari dua puluh tahun, putra keduanya menghembuskan nafas terakhir di usia akhir dua puluhan. Hong Minhwa dalam buku hanya bisa menanggungnya juga. Setelah memiliki rumah tangga yang dingin, menjadi janda di usia muda, lalu harus menggiring mayat putranya ke peti mati dengan tangannya sendiri.
Dan sekarang dengan putra sulungnya yang masih hidup berkat efek kupu-kupu, mungkin saja putra keduanya terhindar dari semua malapetaka tersebut. Bisa menjalani hidup tentram dan usia panjang.
Tapi bagaimana jika efek kupu-kupu melimpahkan nasib putra kedua kepada putra sulungnya?
Kemungkinan yang sama sekali tidak ingin dilihat oleh Hong Minhwa.
Jadi, Yi Jeon harus naik tahta.
Ketika dirinya menjadi ratu negeri ini, maka masa depan anak-anaknya tidak lagi terkekang takdir.
Tanpa disadari, tetesan air mata mengalir ketika bayangan masa depan yang menyeramkan itu teringat. Membuat mata dan hidungnya perih. Tangan yang masih memegang kertas nama itupun diletakkan di atas dada untuk menahan rasa sakit dan pengap yang seketika muncul.
Hong Minhwa menundukkan kepala. Tak ingin raut wajahnya saat ini dilihat oleh Yi Jeon. Jika saja rambut wanita zaman ini boleh digerai seperti masa modern, maka Hong Minhwa akan menyampirkan rambut ke depan untuk menutupi kedua sisi wajah.
Namun tiba-tiba, sesuatu terjadi begitu alami, membuatnya yang tengah menahan sedih tertegun.
Yi Jeon memeluk dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BECOME WIFE OF MALE LEAD (LADY HWAYOUNG)
RandomBerpindah tubuh. Bahwa sebuah dunia dalam fiksi online bisa menjadi kenyataan. Dan dia benar-benar masuk kedalam dunia tersebut, menjadi Hong Minhwa. Siapa Hong Minhwa? Apa karakter ini adalah protagonis? Tentu bukan, kehidupan penuh perjuangan tid...