36| tragedi Aga (2)

1.2K 115 6
                                    

.
.
.

"Geledah setiap sudut tempat ini! Jangan ada yang terlewatkan!"

Heejun berdiri di tengah halaman putri mahkota dengan lusinan prajurit berseragam gelap di belakangnya. "Jangan ada yang boleh keluar-masuk. Bahkan jika seekor semut ingin lewat, aku harus mengetahuinya." Terakhir menatap bengis kepada seluruh insan yang hadir disana, baik para pelayan, tabib, maupun penjaga. Tatapan tajam dari mata yang dinaungi alis pemilik bekas luka robekan pedang, yang menggaris sepanjang hari telunjuk orang dewasa, membuat yang lain bergidik dan menggigil.

"Siap laksanakan, tuan!"

Menatap tajam pergerakan prajurit bawahan pribadi putra mahkota yang telah dilatih dengan cermat, tidak membiarkan seseorang melakukan suatu hal kecil pun tanpa sepengetahuannya.

Prajurit berseragam gelap adalah pasukan khusus yang dilatih sejak mereka berusia belia untuk ditanamkan kesetiaan kepada putra mahkota, berkemampuan sebagai intelejen dan mata-mata berkemampuan beladiri tidak buruk, yang menyebar di setiap sudut istana dan tempat lainnya. Membantu majikan mereka menemukan bukti dan serangkaian data rahasia yang diperlukan. Mereka tersebar dengan menggunakan identitas berbeda.

Mereka adalah mata gelap.

Dan setelah kejadian buruk menimpa pangeran pewaris, Heejun menerima perintah dari sang majikan agung untuk menggunakan seluruh mata gelap yang tidak sedang bertugas dalam jarak tertentu. Menyelidiki kecelakaan ini, hingga tuntas ke akarnya.

Tanpa ucapan lebih ia menyetujui.

Bukannya hatinya ikut tertarik pula pada sang putri mahkota, seperti pelayan kediaman putra mahkota lain, Heejun yang berhati dingin dan telah banyak mengunyah kekejaman dunia sejak kecil tidak mengenal kata simpati, hanya ada kesetiaan pada majikannya, yaitu putra mahkota Sejeon. Melakukan tugas ini semaksimal mungkin bukan karena apapun, tapi titah mutlak sang majikan yang meminta pelaku percobaan pembunuhan putranya ditemukan.

Jika suatu hari nanti Heejun menerima dari Yi Jeon perintah sebaliknya pun, yaitu membunuh keturunannya, dia tetap akan menerima titah tersebut tanpa mengedipkan mata.

Di samping dayang Han, Yedam mengintip takut-takut pada sosok tak asing juga tak akrab yang berdiri di tengah lapangan sana. Dibandingkan dengan tubuhnya yang kecil dan imut, lelaki bertampang seram disana terasa begitu tinggi dan dingin. Meskipun mereka berada di halaman yang sama dan hanya terpisah jarak beberapa meter, namun Yedam entah kenapa merasa lelaki itu menjauhi dunia.

Dia adalah kepala pasukan pengawal Saeja Jeoha, bukan? Kami selalu berpapasan ketika Bin-gung Mama menemui Jeoha, tapi aku bahkan tidak tahu panggilannya.

Siapa ya namanya?

Yedam yang telah menunduk takut kembali melirik sesekali.

Menunduk, lalu mendongak lagi.

Mendongak untuk memperhatikan bagian tubuh lelaki itu yang terlihat unik, seolah mereka berbeda spesies meski berjenis manusia sama. Dan kembali menunduk cepat saat dirasa lelaki yang sedang mengawasi dengan ketat itu merasakan tatapannya.

Bin-gung Mama berkata bahwa jangan pernah bermain-main dengan pengawal Jeoha yang memilki bekas luka, apa maksudnya itu dia?

Omong-omong, bekas luka itu karena apa ya?

Juga... Kenapa kulitnya begitu gelap? Apa benar dia termasuk ras asing?

Tapi sepertinya selebihnya terlihat... Normal?

Yedam memutar-mutar tali atasan pakaian dayangnya, beberapa kali menendang kerikil di halaman yang sekiranya terlihat tidak berukuran tak sama dengan kerikil lainnya, terus berpikir dengan otak kecilnya.

BECOME WIFE OF MALE LEAD (LADY HWAYOUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang