#SUAMI_KECIL
#PART2***
Bukan menjawab, Agra hanya menampakkan senyum miringnya. "Siap-siap aja setiap hari aku baperin," gumam Agra dengan suara pelan.
Tok, tok, tok. Suara pintu diketuk. Terdengar suara Dinda- mamah Arleta memanggil.
"Kenapa Mah?" tanya Arleta. Pasalnya Dinda langsung masuk kedalam kamarnya, menghampiri menantu kecilnya.
"Mamah mau bicara sama kalian berdua." Dinda menatap Arleta dan Agra dengan serius. "Kalian beneran nggak ngapa-ngapain'kan?" tanyanya.
"Apaan sih Mah. Aku baru kenal, bahkan belum kenal sama nih anak!" kesal Arleta. Bagaimana tidak, orang tuanya ikut-ikutan tidak percaya kalau ia dan Agra tidak berbuat apa-apa. Ya kali.
Dinda berdecak, "yang sopan Leta! Dia suami kamu," ucapnya menasehati.
"Dia kan bocah Mah ... Leta nggak terima pernikahan ini, Leta mau pisah. Lagian kita nggak ngapa-ngapain!"
Agra menatap Arleta dengan tatapan sulit untuk diartikan. Ada segurat rasa tidak rela saat ia mendengar Arleta tidak ingin melanjutkan pernikahan itu.
"Tante aku keluar yah," izin Agra siap beranjak. Baru ingin pergi tangannya sudah dicekal oleh Dinda.
Dinda menyuruh Agra untuk tetap duduk. Wanita paruh baya itu menarik nafas dalam, menghadapi situasi seperti ini tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
"Leta, Agra ... Mamah mohon sama kalian untuk nggak main-main dengan masalah ini. Pernikahan itu adalah sesuatu yang sakral, enggak habis nikah dengan seenaknya bisa berpisah. Terutama kamu Ta, kamu itu udah dewasa. Coba pikir, apa yang akan terjadi kalau kamu cerai dengan Agra. Martabat keluarga akan hancur," jelas Dinda dinda terdengar resah.
Bisa saja seperti yang dikatakan Arleta, cerai. Tapi situasinya berbeda, berita tentang Arleta menikah sudah tersebar. Entah siapa yang menyebar luaskan.
"Berita tentang kalian sudah menyebar. Dan Agra, orang tua kamu tidak akan setuju jika kalian berpisah."
"Agra nggak mau pisah Tante," jawab Agra lantang. Entah apa yang dipikirkan cowok itu.
Arleta yang sedari tadi diam langsung menatap Agra garang. "Lo kok gitu sih?! Lo kan masih kecil, mikir dong! Kita juga masih sekolah! Kita beda umur!" sentraknya.
Agra hanya diam, tampak dari raut wajahnya ia sedang marah. Entah apa sebab dari rasa amarahnya.
"Leta!" bentak Dinda. Wanita itu beranjak, sebelum pergi ia berkata dengan tegas, "Kamu akan tinggal bersama Agra. Tidak peduli kamu setuju atau tidak. Ini juga termasuk bentuk hukuman, karena selama ini kamu nggak pernah dengerin nasehat Papah-Mamah."
***
Beberapa saat kemudian, tepatnya di kediaman Dewana. Arleta duduk di tepi tempat tidur dengan isakan kecil. Mengingat bagaimana kecewanya Mamah dan Papah-nya.
"Kenapa hidup gue apes gini sih!" Gadis itu menendang koper yang berisi pakaian yang ia bawa dari rumahnya.
"Tata?" panggilan itu kembali mengusik ketenangan Arleta. Gadis itu menatap tajam cowok berwajah imut di depannya.
"Apa Lo?!" Arleta melempar bantal kearah Agra dengan kesal. "Gara-gara Lo, gue jadi berakhir di sini."
Agra menarik nafas lelah, cowok berusia 15 tahun itu juga tidak ingin ini terjadi. Tapi mau bagaimana lagi, kedua orang tuanya tidak akan membiarkan pernikahan ini batal.
Pernikahan atas dasar keterpaksaan, atau lebih tepatnya terjebak itu dimanipulasi menjadi pernikahan atas dasar perjodohan. Karena kedua orang tua Arleta dan Agra merupakan pebisnis yang cukup ternama. Jika terkuak gosip yang tidak-tidak, maka tidak menutup kemungkinan jika bisnis mereka akan ikut kena imbasnya.
"Udah, jangan nangis. Turun makan yuk!" ajak Agra. Ia memberikan beberapa carik tisyu. "Nanti mata Tata-nya Agra bengkak." Dengan kekehan kecil cowok SMP itu lari keluar dari kamarnya. Sebelum terdengar teriakan menggema dari Arleta.
"BOCIL KAM*RET! JANGAN KABUR LO!"
Setelah teriak, Arleta baru tersadar jika saat ini ia sedang berada di rumah mertuanya. Astaga ... Arleta ....
"Ya ampun Ta ... lo bego banget sih! Ini tuh rumah orang! Belum sehari lo udah buat rusuh," gerutu Arleta. "Ini gara-gara Si Bocil, awas aja lo. Gue kasih tidur di lantai entar."
***
Arleta mengatur detak jantungnya saat ia sudah dekat dengan meja makan.
"Ya Allah ... ini gue mau makan aja kek mau hisab amal iman. Kebanyakan dosanya!" jeritnya dalam hati.
Arumi tersenyum saat melihat menantunya berjalan ke arah meja makan dengan kepala menunduk.
"Leta ... duduk Sayang!"
Arleta hanya mengangguk kaku, lalu duduk di samping kursi Agra. Gadis itu memilin jari tangannya, gugup.
"Dia siapa Mah?"
"Iyah."
"Dua'in."
Tiga orang pemuda di hadapan Arleta yang juga sedang duduk, bertanya. Arleta yang jadi pusat perhatian, makin gugup.
Agra menatap 3 pemuda di hadapannya dengan tajam saat menyadari istrinya merasa tidak nyaman.
"Dia istri aku!" jawab Agra lantang dan menarik lengan Arleta. Membawa pergi gadis itu dari meja makan.
Semua orang tercengang melihat itu, terlebih ketiga pemuda tadi.
"ASTAGFIRULLAH!"
"INi becanda'kan?"
"Mah, Koko juga mau nikah!"
BERSAMBUNG
Note: Buat readers kalau ada typo please bilang😊☺
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Kecil | Completed |
Teen Fiction"Pak, Bapak ini salah paham! Saya sama anak ini tidak berbuat aneh-aneh. Lagian mana mau saya sama anak SMP." Seorang gadis cantik berseragam SMA sedang meronta, saat itu ia sedang diseret para warga karena tidur di pos ronda bersama seorang cowok...